43

1.2K 182 1
                                    

"Vivi!" teriak Luffy terkejut kemudian ia menggeram marah ketika melihat Vivi terjatuh sehabis di tembak oleh salah satu penduduk. "Omaera!" 

Para penduduk langsung menodongkan pistol mereka ke arah kami membuat kami semua mengambil sikap siaga jika sewaktu-waktu terjadi pertempuran. 

Ketika Luffy berniat menyerang mereka, Vivi langsung bangkit berdiri dan dengan cepat menahan Luffy. 

"Chotto matte! Perkelahian takkan menyelesaikan masalah! Aku tak apa-apa, hanya tergores saja!" ucap Vivi kemudian ia bersujud menghadap para penduduk desa. "Kalau begitu, kami takkan berlabuh! Tapi bisakah kalian memanggilkan dokter? Teman kami sedang menderita sakit demam parah. Tolong bantulah dia! Kumohon!"

"Vivi!" ucap Luffy sambil menatap Vivi.

"Kau tak pantas menjadi Senchou, Luffy. Tak semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan! Jika kau sampai berkelahi, apa yang akan terjadi pada Nami-san?" tanya Vivi membuat Luffy terdiam.

"Ya, gomen. Aku yang salah. Tolong panggilkan dokter! Kumohon selamatkanlah teman kami!" ucap Luffy kemudian bersujud memohon.

Untuk sesaat, para penduduk desa hanya bisa terdiam memandang kami.

"Akan kuantar kalian ke desa," ucap Dolton pada akhirnya. "Ikuti aku."

Kami langsung tersenyum setelah mendapatkan pesetujuan untuk pergi mencari seorang dokter di desa mereka.

"Tuh, kan? Mereka bisa mengerti," ucap Vivi sambil tersenyum.

"Ya, kau hebat sekali ya," tanggap Luffy.

Setelah aku selesai mengobati lengan Vivi, kami semua langsung berjalan mengikuti Dolton untuk pergi menuju ke desa, kecuali Zoro dan Karu─tentu saja karena mereka berdua menjaga kapal.

"Asal kalian tau, satu-satunya dokter yang kami miliki adalah seorang penyihir," ucap Dolton.

"Hah? Penyihir?" tanggap Usopp.

"Apa-apaan itu? Benar-benar negeri yang tak bisa dimengerti, dan sebenarnya negeri apa ini?" tanya Sanji.

"Negeri ini masih belum memiliki nama," ucap Dolton.

"Eh? Negeri tanpa nama?" tanya Vivi.

"Kerajaan seperti itu memangnya ada?" tanyaku.

"Wuah! Ada beruang! Minna, cepat pura-pura mati!" pekik Usopp histeris ketika melihat seekor beruang berjalan ke arah kami kemudian ia menjatuhkan tubuhnya di atas tumpukan salju sambil berpura-pura untuk mati.

"Itu Hiking Bear. Dia tak berbahaya. Tapi jangan sampai lupa memberikan salam," ucap Dalton dan kami semua langsung memberi salam pada beruang tersebut.

Tak lama kemudian, kami sampai di sebuah desa.

"Ini adalah desa kami, Big Horn," ucap Dolton.

"Ada banyak binatang aneh di sini ya," ucap Luffy.

"Negeri salju benar-benar luar biasa," ucap Usopp kagum.

"Nami-san, kita sudah sampai di desa mereka. Kita berada di sebuah desa!" ucap Sanji yang sedari tadi menggendong Nami dipunggungnya.

"Dengan begini Nami bisa sembuh," ucapku tersenyum sambil memegangi punggung Nami.

"Baiklah, semuanya, terima kasih," ucap Dolton pada para penduduk yang mengantar kami. "Yang tidak bertugas, silahkan kembali bekerja."

"Shikashi, apa kau yakin akan mengawal mereka sendirian, Dolton-san? Mereka itu bajak laut."

"Sepertinya mereka tak berbahaya. Begitulah menurut pengalamanku bertahun-tahun. Percayalah," ucap Dolton meyakinkan para penduduk desa.

One Piece x Reader [HIATUS]Onde histórias criam vida. Descubra agora