The Abraham

1.1K 331 70
                                    

Jeno dan Jaemin, sepasang anak laki-laki kembar yang terlahir dari keluarga keturunan bangsawan serta berdarah campuran Korea dan Greek atau Yunani. Di jaman modern seperti ini tidak menutup kemungkinan masih ada yang memelihara keturunan terpandang seperti para Abraham dan serta kepercayaan pada dewa mitologi.

Dulunya mereka akan dinamakan Ares dan Loki. Namun kerabat orangtuanya melarang dan yakin jika nama yang berasal dari nama dewa itu tak cukup baik. Mengingat Dewa Ares adalah dewa yang haus darah dan perang, begitu ambisius. Sementara Loki merupakan dewa tipu muslihat atau hebat dalam merekayasa. Dan pada akhirnya semua berujung pada nama Jeno —raja yang kuat dan Jaemin —melambangkan ambisi yang membaja.

Perbedaan mereka berdua terletak pada tekanan masing-masing. Jika Jeno merasakan beban, maka ia akan sangat menampakkan hal itu. Emosinya akan sangat terlihat, meskipun dirinya akan selalu berusaha untuk menutupi dengan senyuman dan wajah humble. Berbeda dengan Jaemin yang selalu santai dengan pembawaan yang ringan namun menyimpan banyak misteri.

Banyak yang bilang, Jaemin bisa digambarkan sebagai lautan tenang yang mematikan.

Semua orang terlahir dalam keluarga yang mempunyai cerita masing-masing, termasuk kedua lelaki tersebut. Berada di tengah keluarga haus akan kedudukan serta enggan berada pada posisi terbawah. Semuanya membuat karakter kedua bersaduara ini terbentuk sedikit menyimpang, tega melakukan apa saja untuk meluruskan keadaan.


"Kau akan tetap seperti ini?"


Mata Jaemin memincing terlalu dingin, mengamati Jeno yang baru saja mengganggu bacaannya pada buku yang berjudul The Deadly Throne. "Diamlah, aku baru menemukan konflik utama keluarga Eden."

"Kenapa kau selalu membuatku menunggu keputusan ayah?" Sambung Jeno tanpa memperdulikan balasan adiknya.

Jaemin langsung menutup bukunya dan melempar benda tebal itu ke atas ranjang. "Semua orang tak terlahir pintar sepertimu, brengsek."

"Lalu kau ingin aku tetap menunggumu?"

"Atau membiarkanmu lebih diutamakan? Memperjuangkan hak kita? Cih, omong kosong."

"Jae, dengar aku."

"Semua omonganmu hanya imajinasi. Sejak ayah sering menyanjungmu, kau seolah terpedaya untuk terus ambisius. Dasar sinting."

"Kau tahu apa yang kulakukan terhadap Grace, bukan?"

"Haha, bodoh."

"Bagaimana dengan kebohonganmu tentang sertifikat akademi luar negri itu, Jaemin?"

"Bagaimana dengan kelicikanmu tentang tugas orang yang kau suka, Jeno?"


Suasana hening sesaat, meninggalkan banyak kejenuhan di kepala Jeno.


"Kau tega membiarkan orang lain menderita karena posisimu?"

"Karena aku tak bisa melakukan hal lain."

"Namun aku tak pun bisa membiarkannya, bajingan! Tak menutup kemungkinan aku yang akan membereskan semuanya untuk menghilangkan kebusukanmu! Lalu apa peranmu untukku?"

Ibu jari Jeno terus mengikis kulit jari di sebelahnya, berusaha mengendalikan gugup dan resah meski kulit itu kini mengalirkan darah. "Aku tak akan seperti ini jika mereka tak memaksaku."

"Lalu kau juga bodoh karena mengikuti kemauannya ayah dan ibu."

"Jaemin, kau tak ingat pada janji kita untuk membalas semuanya dan membuktikan kekuatan kita? Mereka semakin menekan kita namun kenapa kau juga semakin aneh?! Kenapa?!"


Bungsu itu memandangi Jeno sebentar, tak cukup paham dengan emosinya yang memuncak. "Apa kau pernah terbangun dalam situasi yang aneh? Seolah sesuatu memperingati dirimu namun kau pun tak mengerti darimana asalnya."


"..."


"Dunia ini benar-benar mengerikan, Jeno-ya."


"..."


"Dunia benar-benar mengutukku untuk memanipulasi segalanya. Kutukan dan takdir pun terasa hampir sama."

"Maka dari itu kita tak berbeda."

"Tapi aku sudah lelah!"

"Jadi kenapa terus menyalahkanku?"

"Jika kau bertanya seperti itu, kenapa kau sendiri menjatuhkan orang yang kau sayangi untuk mempertahankan hal yang bukan urusannya?"


Jeno terdiam cukup lama. Jadi, Jaemin memang benar-benar tahu perkara file atau tugas Osaki Grace Eun yang dibuangnya malam lalu.


"Karena— aku harus menyelamatkan diriku apapun alasannya."


Jaemin mendengus.


"Padahal kau telah diberikan waktu untuk memperbaiki kesempatanmu di dunia ini." Jaemin bangkit dan meraih coatnya. "Namun kau malah menyia-nyiakan segalanya. Kau suka padanya dan kau tidak menggunakan naluri seorang lelaki untuk itu?"

"Aku tidak peduli."

"Baik, jika itu adalah prinsipmu."

Jeno berbalik dengan padangan mengikuti arah langkah Jaemin untuk keluar dari kamar megah itu.

"Maka aku pun akan melakukan apa yang aku mau."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[II] THE CLASS OF EVIL ✓Where stories live. Discover now