26. Resah dan panik!

1.1K 396 63
                                    

Kedelapan pemuda itu mendekat pada jendela, melihat suasana sunyi yang tidak seharusnya terjadi di tengah kota ramai. Tak ada suara klakson mobil yang menyahut. Angin bertiup tak beraturan, menemani traffic light yang seperti tak berguna. Jalan besar benar-benar kosong, dengan beberapa kendaraan yang tersimpan tak beraturan.


Renjun membuka jendela, merasakan kekosongan yang sangat tak normal. Kemana orang-orang?


Jantung Grace berdegup kencang, menyaksikan dunia yang bekerja tidak semestinya.


"Semesta—" gumam Lee Haechan. "Akhirnya ini telah tiba."


Pandangan Grace beralih sepenuhnya pada salah satu lelaki Lee tersebut. Dalam sekejap, pikirannya mengarah pada Shotaro dan Yangyang. Spontan gadis itu berbalik, beranjak meninggalkan kelas sambil mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi salah satu dari saudaranya.


"Taro, kau dimana?"

"Oh— Eun, kami—"

"..."

"Dan— jadi, tolong— sekarang—"

"Mengapa suaramu tak terdengar jelas?"


"..."


"Jangan— dirimu—"


Sambungan terputus tak semestinya, begitu saja. Jari telunjuk Grace terus menekan tombol lift, namun sepertinya itu tidak bekerja. Tak menunggu lama, rekan Savior yang lain datang menyusulnya. Di samping itu, Mark dan Jisung memeriksa satu persatu ruangan di lantai yang sedang mereka tempati. Ruang mentor, studio, staff, bahkan kelas yang lain benar-benar kosong. Suasana terasa semakin menyeramkan, tatkala lift dan beberapa penerangan mati total.


"Kau mau kemana?" Tanya Renjun pada Grace.

"Aku ingin mencari saudaraku."

"Kurasa itu tidak tepat, ada yang aneh saat ini." Usul Jaemin, membuat mereka yang lain mengangguk setuju. "Lebih baik kita tidak berpisah."

"Lalu bagaimana dengan saudaraku?"

Haechan menimpali, "Jaemin benar. Kalian tak boleh berpisah, berpencar, atau apapun itu. Ini merupakan waktu dimana para vampir akan berkeliaran dan menambah populasinya menjadi lebih luas secara agresif. Jagalah diri kalian, jangan sampai egois kalian kembali."

"Kalian?" Tanya Mark. "Lalu bagaimana denganmu?"

Bibir lelaki itu menyeringai dengan santainya. "Karena aku salah satu dari mereka. Kuharap kalian sudah paham. Jadi, aku akan pergi. Berhati-hatilah."

Teman-temannya sontak terhenyak, menemukan fakta jika selama ini satu di antara mereka merupakan mahkluk yang bukanlah manusia biasa. Melihat respon itu, Haechan mengerti.

Dan tanpa membuang waktu lama, ia segera berbalik, berencana untuk pergi memisahkan diri.


Tiba-tiba Jisung meraih tangan Haechan, meminta melalui sorot matanya agar lelaki itu tetap bersama tinggal mereka. "Hyung."

Untuk kali ini, untuk pertama kalinya Haechan tersenyum dengan wajar, lalu berusaha melepaskan tangan Jisung. "Aku akan berubah menjadi monster, maka dari itu aku sudah tak mungkin bertahan dengan kalian. Kau mau mati? Tak sulit bertahan hidup tanpa orang asing sepertiku, bukan?"

"Tidak hyung, aku mohon. Kita baru saja bahagia tadi—"

"Tolong."

"Kau salah satu orang yang peduli padaku kan, hyung?"


Tak seperti yang diharapkan, Haechan menghentakkan tangan pemuda Park itu, berjalan menjauh menuju tangga darurat yang berada di penghujung lorong. "Anyway, terimakasih telah memanggilku hyung." Serunya seraya melambaikan tangan dan benar-benar menghilang dari pandangan.

[II] THE CLASS OF EVIL ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon