33. Akhir dari nightmare

1.1K 386 77
                                    

Terkadang, kau bisa saja menemukan hal hebat di luar jalanmu. Terkadang, kau harus lebih dulu merasa kehilangan baru bisa menghargai.







Bagaimana menurutmu jika dunia paralel itu memang ada?







Apa kau berpikir semuanya akan berjalan lebih baik di dunia ini? Apa kau akan mempercayai siapa saja?







Satu-satunya cara untuk bertahan adalah berjuang bersama orang yang percaya padamu.











"Hey!"


"Wake up!"


"Eun?"


"Ayo bangun!"







Suara-suara itu semakin menginstrupsi pendengaranku. Sayup-sayup volumenya merebak semakin membesar, membuatku perlahan membuka mata dan menemukan sekelebat cahaya yang datang di luar tempat ini. Kutemukan beberapa lelaki berusaha membangunkanku, memintaku untuk bergerak cepat, bertanya-tanya apa sedang terjadi.

Butuh waktu untukku memikirkannya, dan akhirnya aku tersadar, jika ini merupakan harapan yang terjadi.

"Ayo kita keluar dari sini!" Kata Mark Lee, bergegas membawa kami keluar dari ruang teater yang telah menjadi tempat kami beristirahat dari serangan yang terus terjadi sepangjang kegelapan.

Kuedarkan pandanganku dan menemukan 5 lelaki berjalan bersamaku.

Itu, itu memang terjadi.

Huang Renjun membantuku melangkah, masih tak begitu sadar dan kebingungan dengan kondisi ini. Semakin kami mendekat dengan pintu, cahaya matahari semakin terlihat dan membuatku antusias.








"Akhirnya—"







Gedung ini disinari matahari pagi lagi, seperti menunggu bertahun-tahun untuk menunggunya. Kini kondisi mencekam itu benar-benar menghilang, membawa kami menuju situasi yang begitu kami rindukan. Kuikuti arahan teman-temanku agar bergegas ke lantai dasar, meminta pertolongan pada siapa saja yang ada disana.

Syukurnya lift kembali bekerja seperti biasa meski kekosongan masih menemani pergerakan kami. Rekan-rekanku terus mengobrol seolah tak percaya dengan apa yang sedang terjadi di sela-sela perjalanan kami turun. Aku tak bisa berkata-kata, diriku seperti berada di penghujung jurang karena situasinya. Kurasakan seseorang menatapku dan begitu menoleh, ia masih-lah Huang Renjun.

Ia tersenyum, mengingatkanku dengan ceritanya semalam.

Yang kubisa hanyalah membalasnya meski saat teringat itu, ceritanya memang terdengar mustahil namun seperti kenyataan yang sedang terjadi.







Ting!







Pintu terbuka, membawa kami ke tempat tujuan dengan beberapa orang yang sempat menatap kami. Mereka sepertinya sama, terbukti dari langkah yang tergopoh-gopoh untuk keluar dari dalam gedung. Keramaian kembali menyelimuti perasaan kami meski masih terasa anomali.

Kami pun ikut keluar, mencari siapa saja yang mungkin kami kenal. Suasana kota yang riuh akhirnya kembali terasa bersama udara yang membawa kami semakin merasa lebih baik.

Zhong Chenle menjadi orang pertama yang menemukan ibunya. Beliau menunggu dengan perasaan tak menentu di tepi jalan dan berujung menyambut anaknya dengan tangisan.

"Ibu." Panggil Chenle, lantas memeluk wanita paruh baya itu.

Kami berhenti sejenak, memahami haru meski seharusnya kami berlanjut untuk mencari sanak-saudara kami sendiri.

[II] THE CLASS OF EVIL ✓Where stories live. Discover now