23. D-Day

1.2K 435 86
                                    

Manusia tidak bisa ditebak, sama seperti kehidupan. Kita semua berusaha menyembunyikan titik terlemah kita. Meski— akan ada yang selalu terlihat jelas.


[Hari kompetisi]


Kain rentang besar atau yang lebih sering disebut spanduk terlihat menjuntai dengan indah di depan sebuah gedung megah tempat sebuah kompetisi musik bergengsi akan digelar. Tujuh lelaki dengan barang bawaan masing-masing cukup terkesima, tak menyangka kalau hari ini merupakan hari dimana kerja keras mereka membawa nama bimbingan musik ternama tempat mereka belajar.

Tak ada yang boleh memecahkan fokus mereka hingga penghujung hari nanti.

"Ayo tersenyum!" Teriak seorang lelaki yang berjarak beberapa meter dari mereka, cukup menarik perhatian. Suaranya bersumber dari Osaki Yangyang, begitu ceria menyoraki saudara perempuannya yang akan berlomba sebentar lagi. Sempat Shotaro memintanya untuk mengecilkan volume suara, namun Yangyang seolah tak terusik dan terus melakukannya.

"Sampai bertemu nanti." Kata Grace dengan rekahan senyumannya sebelum bergabung dengan temannya yang lain.

"Kami mendukungmu." Balas Shotaro yang menunjukkan kertas lebar dukungannya pada Grace, terkesan menggemaskan. Mendadak Yangyang menariknya, menaikkannya ke udara dengan riang.

"Kenapa aku tak punya keluarga seperti mereka?" Gumam Zhong Chenle di antara rekan-rekannya yang terkesan iri dengan dukungan dari keluarga kecil Osaki. "Hanya dua saudara, namun dia seolah menerima seisi dunia."

"Aku rasa tak perlu lagi mencari alasan kenapa ia begitu teguh." Kata Jaemin.

Kini bukan lagi spanduk yang menjadi fokus mereka, tetapi tentang Osaki bersaudara yang terus memenuhi pandangannya. Selang beberapa menit berlalu, Grace pun meninggalkan saudaranya dan bergabung dengan team Savior, mendapat sambutan senyum hangat dari Renjun. "Sudah siap?"

"Tentu."

Beruntung, hari ini Grace sudah bisa menyebarkan sisi riangnya sebelum tampil. Tidak seperti keadaan sebelumnya yang terus murung, kesulitan untuk melakukan hal lain. Setidaknya mereka harus saling mendukung sebagai teman satu teman, meski terkesan sepele.

Mereka pun masuk ke dalam gedung, melihat nama event yang terpampang jelas di tengah lobby.

"Selamat datang di Le Reve Music Event." Ucap Mark Lee. "Aku bahkan baru menyadari jika gedung ini punya nama."

"France vibes." Sambung Jeno Abraham.

Mereka tampak bodoh untuk hal ini ; baru tahu tentang tempat yang telah selama itu mereka huni di jadwal tertentu.

Usai terkesima dengan identitas gedung tersebut, Team Savior beranjak masuk ke dalam hall. Beberapa anggota melihat orangtuanya dalam balutan bib and tucker. Grace sendiri mencari saudaranya, sementara Jisung hanya diam karena ayahnya tak kunjung muncul.

"Mari kita ke belakang panggung." Ajak Mark, selaku leader untuk hari ini. "Mentor Kim meminta kita untuk bersiap-siap." Sambungnya yang diangguki para anggota.

Setibanya di backstage, para pemusik junior ini kembali memvalidkan posisi masing-masing. Yang awalnya mereka tampak santai, seiring acara berlangsung, mereka semakin gugup. Grace, Chenle serta Jisung berada dalam raut yang sama.

Renjun meraih tangan Grace. "Tidak apa-apa, semuanya akan berjalan lancar. Kau begitu mati-matian saat latihan."

Bibir Grace menggenam, berusaha menanamkan ucapan Renjun pada dirinya guna menggeser kegugupan tersebut. Dilihatnya Jaemin yang menenangkan Jisung, Mark yang beralih meyakinkan Chenle. Kami selayaknya rekan dekat, batinnya. Setelah seorang staff datang untuk memberi aba-aba, team ini kembali berinteraksi dengan kompak.

Hingga saat itu akhirnya benar-benar tiba.

Mereka memijakkan kaki di atas panggung, yang ditatap langsung oleh banyak orang dan ahli. Di umur mereka yang masih semuda, mereka akan menunjukkan hasil berlelah-payah kemarin hari. Di tengah-tengah itu, mata Grace menemukan kehadiran Shotaro dan Yangyang. Mereka tersenyum, menonjolkan betapa bangganya mereka saat ini.

Beberapa menit kemudian, Team Savior resmi menampilkan lagu mereka.

Tak dipungkiri, meski hanya Huang Renjun yang menjadi vokalis dan Mark Lee sebagai rapper, namun beberapa anggota lain melakukan harmonisasi dengan baik meski sedang menggenggam alat musik, menjadikan performa mereka tidak bisa dianggap remeh. Para mentor terlampau senang, betapa membanggakannya para manusia ini.

Selepas Haechan dan Grace melakukan sinkronisasi antar keyboard dan gitar klasik sebagai penutup Dear Dream, riuhan tepuk tangan menyambut mereka, membuat mereka tercengang dengan hasilnya.



"Seperti konser." Gumam Jaemin yang membuat Jeno mengukir lengkungan tipis.


Selain membawakan performa, mereka melakukan sedikit ment untuk berinteraksi. Memperkenalkan diri, menjelaskan lagu mereka, serta tersenyum lebar, meninggalkan jati diri yang sebenarnya. Mereka saling merangkul, mempertontonkan kedekatan itu pada hal layak ramai. Membuktikan bahwa mereka tak sekadar bermusik, tetapi pandai dalam berbicara.


You guys are deserve this?


Begitu sesi mereka berakhir, para anggota kembali ke backstage dan mempersiapkan diri untuk mendengar pengumuman pemenang di akhir acara nanti. Beberapa di antara mereka menggunakannya untuk beristirahat, juga ada yang terdiam untuk mengatur nafas dan diri.

Lain halnya dengan Grace, yang menemukan rupa wajah Park Jisung yang cemas dan kembali menjauh.

Ia datang, menghampiri pemuda yang telah dianggapnya seperti adik ini untuk diajak mendekat.

"Jisung."

Yang terpanggil menoleh, tersenyum tipis mendengarnya. "Noona."

"Ada apa?"

"Hanya bersiap-siap." Seraya memainkan kedua tangannya.

"Tak usah khawatirkan tentang juara, kau telah melakukan yang terbaik."

"Tidak." Jisung menggeleng. "Bukan soal hasil dari kompetisi ini."

"Lalu?"

"Aku akan menyerahkan diri, noona. Aku akan bertanggungjawab, aku tidak akan sembunyi lagi."


To be continue

[II] THE CLASS OF EVIL ✓Where stories live. Discover now