Bagian 28 - Hilang

Start from the beginning
                                    

Selama di perjalanan, aku membuka hpku dan melihat beberapa pesan masuk, segeraku buka dengan penasaran dan ternyata itu adalah pesan dari teman-temanku yang nanyain apakah aku sekolah hari ini. Aku tentu kecewa karena bukan itu pesan itu yang aku harapkan, melainkan sebuah pesan dari Damara meskipun cuman nyapa.

Aku kembali memeriksa dengan hati-hati dari atas sampai bawah kolom pesan, ternyata Damara gak ada menghubungiku apalagi menelponku! Segera ku masukan lagi hpku ke kantong tanpa membalas semua pesan yang masuk dengan kesal.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, ternyata gerbang sekolah sudah ditutup. Aku bingung gimana cara masuk karena Satpam Sekolah gak terlihat lagi ada di sana. Akhirnya aku mencari cara yaitu dengan nekat manjat gerbang sekolah. Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku terlambat masuk sekolah. Setelah selesai memanjat dan memasuki area sekolah, segera aku berhati-hati melalui jalur belakang buat ke kelasku tapi ternyata belum sempat aku masuk ke kelas, guru BK sudah menungguku dengan tatapan sinis dan dingin.

"Mau ke mana?" kata Bu Vina sambil memutar pulpen yang ada di tangannya.

"Ke kelas, Bu," kataku tersenyum masam.

"Kamu tau ini jam berapa?" kata Bu Vina sambil menunjuk jam besar yang terpampang nyata di dinding pengawas.

"Jam 08.50, Bu."

"Artinya?"

"Saya terlambat satu jam pelajaran,"

"Artinya juga kamu kena poin! Mana buku poin kamu?!"

"Baik, sebentar, Bu," kataku pasrah lalu ngambil buku poin dalam tasku. Aku berikan buku poin milikku ke Bu Vina dan, oh, tidak! Bu Vina mulai mencoret buku poinku yang masih suci nan bersih itu!

"Nah! Sekarang silakan Anda lari keliling lapangan 10 kali dan berjemur di tengah lapangan sampai jam istirahat pertama bersama teman-teman yang telat!" perintah Bu Vina tegas. Aku mengangguk dan segera berlari mengitari lapangan.

Aku menjadi pusat perhatian karena kini cuman aku seorang diri yang lari. Belum lagi ada kelas yang jam kosong termasuk kelasku yang ikut menonton, ku lihat mereka pada bisik-bisik. Setelah selesai, aku ikut bergabung sama para murid yang terlambat. Ada banyak murid yang terlambat hari ini sehingga kami bisa membentuk lingkaran.

"Tumben telat?" kata Ishaq yang berada di sampingku. Ternyata Ishaq telat juga. Alias alhamdulillah ada temen Brodi.

"Aku telat bangun hari ini," jawabku sambil melamun tanpa menatap Ishaq sama sekali. Ishaq menurunkan mukanya ke dekat mukaku dan mengamati dengan seksama.

"Kamu abis nangis? Bengkak banget tuh mata,"

"Alergi makanan," kataku menangkis dengan segera. Ishaq langsung mengangguk paham.

Selama berjemur di tengah lapangan, aku menatap lurus dengan tatapan kosong. Aku gak bisa berpikir dengan jernih karena belum makan dari kemarin malam. Aku gak merasakan sedikit pun rasa lapar, tapi aku masih bisa ngerasain sisa kesedihan kemarin yang gak kunjung hilang dari hatiku.

Ku tutup mataku buat berdamai dengan pikiranku sendiri. Tapi ternyata air mata kembali memaksa untuk keluar. Ku rapatkan mulutku dan segera ku hapus air yang sepertinya bakalan jadi genangan itu karena bukan saatnya untuk jadi orang yang menyedihkan akibat pikirannya sendiri.

Hingga selesai masa hukuman, aku menuju kelas dengan tubuh yang lunglai. Segera setelah sampai, aku langsung duduk dan membenamkan wajahku ke meja tanpa menghiraukan semua orang. Kedatanganku itu disambut Winanda dan teman kelas yang lain dengan suasana ricuh.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Where stories live. Discover now