"AP, lo bisa diem ga si? Ini mereka mau--"

Lia memicingkan matanya jahil, "Hayo, mau ngapain?"

"Ah, skip. Ga bakal tenang gue nontonnya. Lo ngapain?"

"Mau main TOD bareng ga? Boleh milih!"

Dita langsung mengunci layar HP nya dan beralih ke belakang. "Yok!"

"Ikut dong, boleh gak?" tanya Rani.

"Ya boleh lah, ayok!"

Lia, Dita, Tiara, Rani, Prasetya, dan Bram kini sedang asik bermain TOD. Namun tamu tak diundang datang dengan sendirinya. "Gue ikutan juga."

Siapalagi kalau bukan Dewa.

"Boleh kan?" tanya Dewa sambil menatap Lia.

"Ngapain lo nanya gue?" balas AP sinis.

"Emang gue ada nanya lo? Orang gue nanya ke semua."

Emosi AP rasanya ingin meledak sekarang juga.

"TERUS KALAU DIA GA NANYA GUE NGAPAIN PAS NANYA NGELIATIN GUE?!"

Ah, sudahlah. Memikirkan Dewa hanya akan membuatnya emosi. Darahnya selalu mencapai ubun-ubun dan akan meledak kalau ada Dewa di otaknya.

Kini mereka sedang asik bermain TOD. Berbagai jenis kejujuran dan tantangan telah dilontarkan. Dan kini mereka memutar pulpen itu lagi untuk menentukan siapa target selanjutnya.

Dan pulpen itu mengarah ke Dewa.

"Sekarang giliran siapa yang nanya?" tanya Bram.

"AP," jawab Tiara sambil menunjuk Lia. Ah, Lia sebenarnya malas memberikan pertanyaan ke Dewa. Lebih tepatnya ia juga tak tahu harus bertanya apa. Bisa saja ia akan emosi setelah mendengar jawaban dari pertanyaan nya nanti.

"Gue gatau mau nanya apa, terserah kalian deh mau nanya apa." Dewa hanya melihat AP dengan tatapan jahil.

"Aish, mukanya nyebelin banget," batin Lia melihat tatapan itu.

Bram pun mengambil kesempatan itu dengan semangat. "Oke, gue sebagai perwakilan AP akan memberi pilihan kep--"

"Truth." Dewa menjawabnya dengan cepat, bahkan ucapan Bram belum selesai.

"Lo yakin? Tumben nih milih jujur."

"Ya suka-suka gue lah."

"Iya, iya. Jadi pertanyaan gue, apa sekarang lo lagi suka sama orang?"

Semua langsung terkejut mendengar pertanyaan Bram. Ada-ada saja. Tapi mereka juga penasaran.

"Ada." Kini semua langsung mengarahkan mata melotot terkejutnya pada Dewa. Mereka semua benar-benar tak menyangka nya.

"WHAT?! SERIUS LO?" Bahkan Bram yang menanyakan pertanyaan itu sampai terkejut. Setau dirinya, Dewa tidak pernah menyukai perempuan. Tapi sekarang-- wow.

Sedangkan Dewa hanya menganggukkan kepalanya. Dan tentu nya sambil menatap Lia dengan senyuman. Entah senyuman apa itu namanya, bahkan Lia dan author pun gatau.

"Dia ada disini?" Dewa mengangguk dan semakin membuat mereka terkejut.

"DISINI? IKUT TOD?!" Lagi-lagi Dewa mengangguk.

"Ayo cepet kalian berempat ngaku, siapa yang disukain Dewa?!" ucap Prasetya sambil menunjuk Rani, Lia, Dita, dan Tiara secara bergantian.

"Yakali gue, ngga lah!" sahut Rani.

"Bukan gue," ujar Tiara.

"Ya jelas bukan gue lah, yakali tiang listrik suka sama tongkat pramuka," timpal Dita.

Kini semua tatapan terfokus pada Lia.

"Ngawur, gausa ngadi-ngadi."

"Ya terus siapa dong anjir?!" ujar Bram frustasi.

"Kenapa lo yang stress? Dewa aja biasa aja," ujar Lia bingung.

"Lahiya juga ya." Bram juga bingung.

"Jangan-jangan yang Dewa sukain diantara kalian berdua?" Tebakan Lia itu mendapat tawa dari Dita, Tiara, dan Rani. Sedangkan Dewa, Bram, dan Prasetya hanya mengedikkan bahunya geli.

"Oke, oke. Lanjut aja."

Kini permainan berlanjut. Giliran Dewa yang memutar pulpen itu. Dan pulpen itu mengarah ke arah Tiara.

"Truth," jawab Tiara dengan cepat.

"Widih, ga sabaran nih," goda Lia. Sedangkan Tiara hanya memukul Lia menggunakan buku. Mereka menertawakan satu sama lain.

"Oke, oke. Sekarang giliran gue yang ngasi pertanyaan!"

"Ekhem, jadi--"

"Alay banget lo, Set," desis Lia sambil menoyor kepala Prasetya.

"Tiba-tiba kepikiran, Prasetya dipanggil 'Set', cocok juga ya namanya jadi set-an."

Semua langsung tertawa mendengar perkataan dari Dita. Bisa-bisanya ia tiba-tiba berpikiran seperti itu. Otaknya random banget.

"Ssstt, udah oi. Kapan ngasi pertanyaan nya?" Kini semua diam menunggu pertanyaan dari Prasetya. Mereka baru sadar, sedaritadi selalu saja berbicara hal-hal yang tidak penting.

"Karena topik gebetan sedang hot, jadi gue mau nanya tentang hal yang sama."

"Aaishh jang--"

"Eit, tidak menerima penolakan," bantah Prasetya sambil tertawa. Begitu juga dengan yang lainnya.

"Jadi, apakah kini Tiara sudah memiliki doi? Alias cemiwiw? Alias gebetan? Alias--"

"Gak, gak, dan gak!"

Semua langsung menatap jahil Tiara.

"Ah, skip. Gue puterin ini." Tiara pun memutar pulpen itu. Dan kini pulpen itu beralih pada Lia.

"Sasaran yang tepat!" seru Rani bahagia.

"Maksud lo?" Lia mengernyitkan dahinya bingung. "Gak, gapapa. Sekarang giliran gue yang nanya. Sekarang lo ada suka sama orang ga?"

"Buset, gue aja belum milih," ujar Lia tak percaya. Rani ini ngegas banget.

"Ya gue tau lo bakal milih truth. Ayo cepet jawab."

"Ada." Semua orang langsung menatap Lia kaget.

"APA? SAMA SIAPA? KOK KITA GAT--"

"Sama THE BOYZ, hehehehehe."

Setelah mendengar jawaban Lia, kini ia langsung mendapat sorakan kekesalan dari semua temannya.

Ctak

Jitakan dari Rani mendarat mulus di dahi Lia. Sedangkan Lia hanya tertawa sambil mengelus dahinya.

"Selain pacar halu korea lo, anjir!" Lia menggeleng atas ucapan Bram.

"Gak ada." Namun semua masih memicingkan matanya, "Ah yang ben--"

"Kalau ga percaya, yaudah. Gue mau muter pulpen." Lia pun memutar pulpen itu dan menunggu target selanjutnya.

Sedangkan Dewa sibuk bergelut dengan pikirannya, "AP ga suka sama siapa-siapa?"

ㅡㅡㅡ

-to be continued-

Thank youu semuanyaa!💖

Unspoken FeelingDove le storie prendono vita. Scoprilo ora