07 - Kulit Badak

53 37 54
                                    

"Cie, nungguin siapa?"

Lia mengalihkan pandangannya ke arah suara itu.

"Hai," sapa pria itu.

Lia menjawab sapaan itu dengan ragu,"Eum, hai." Lia berusaha tersenyum ramah.

"Oiya, gue Nanda. Mungkin lo lupa? Atau gatau? Gue yang ngechat lo kemarin."

Lia langsung membulatkan mulutnya. "OH, jadi lo yang namanya Nanda? Ah, maaf gue gatau. Gue cuma sering denger nama lo aja soalnya."

Sedangkan Nanda hanya tersenyum menanggapi Lia

"Lagi ngapain?" Pertanyaan Nanda langsung membuat Lia sadar bahwa ia sedaritadi sedang menunggu Dewa.

"Nung--"

"AP." Lia menolehkan pandangannya pada suara itu. Akhirnya yang ditunggu dari tadi muncul juga.

"Lo lama banget di kantin, lagi sauna apa gimana?" omel Lia. Sedangkan Dewa hanya terkekeh. Sedikit.

"Ayo." Dewa berjalan melalui Lia.

Lia menatap bingung pria itu. Aneh. Kesambet apa?

Merasa tak diikuti, Dewa langsung membalikkan badannya dan menarik tangan Lia.

Lia mengerjapkan matanya. Ia bingung. Apa ini?

"E-eh, stop." Lia melepaskan tangannya Dewa. "Lo apaan sih main geret gue aja. Dikira gue anak kucing apa?!" omel Lia.

Lia lalu membalikkan badannya, ternyata Nanda masih disitu.

"Nan, sorry gue balik duluan ya. Tadi gue nungguin dia, noh." Lia menatap tajam Dewa sebentar.

"Oh, iya. Daah!" Nanda dan Lia pun melambaikan tangannya sebentar dan pergi ke arah tujuan masing-masing. Lia ke arah kelas, dan Nanda ke arah kantin.

Namun tentunya Nanda baru pergi dari sana setelah Lia hilang dari pandangannya.

ㅡㅡㅡ

"Tadi ngapain?" Lia mengernyitkan alisnya.

"Ngapain?" tanya balik Lia.

"Sama dia." Lagi-lagi ia mengernyitkan dahinya.

"Dia siapa? Astaga, Dewa. Lo ngomong yang bener dong. Sebut nama, sebut merk." Lia sudah kesal. Siapa suruh Dewa sangat lama berada di kantin?

"Nanda."

"Ohh, Nanda. Ga ngapain sih, orang dia baru aja dateng."

"Ha, ngapain lo nanya gini?" sambung Lia. Sedangkan Dewa hanya menggeleng.

"Suka-suka gue, kan kepo doang."

"Siki-siki gii, kin kipi diing," gumam Lia.

"Cie, pasti doi lo ya? Acie," goda Dewa sambil menatap jahil Lia.

"Dih, doa doi doa doi. Urusin aja tuh doi lo." Lia langsung berjalan cepat meninggalkan Dewa.

Tapi usahanya gagal. Yang ada ia malah tertabrak pintu kelas. Untung itu pintu kelasnya. Coba kalau pintu kelas orang lain, ga kebayang malunya.

Dewa tertawa puas melihat itu.

"Aish, lo tuh emang suka banget bahagia di atas penderitaan orang!" gerutu Lia sambil mengusapkan dahinya.

"Makanya, kalau jalan tuh liat-liat!" Setelah mengucapkan itu, Dewa langsung masuk ke kelasnya tanpa merasa bersalah. Sedangkan Lia masih dibuat nganga oleh Dewa.

Pria ini menyebalkan sekali.

"AP, lo abis dari mana aja?" tanya Dita kebingungan karena ia berada lama sekali di kantin.

Unspoken FeelingWhere stories live. Discover now