01 - Nyebelin

115 49 51
                                    

Sekarang sekolah sudah mulai efektif. Dan sekarang jam pelajaran fisika sedang berlangsung. Seorang guru wanita sedang asik mengajar fisika. Sedangkan seluruh muridnya sedang asik membingungkan materinya.

"Aish, apa-apaan ini? Kelapa yang jatuh, kenapa gue harus ngitung kecepatannya? Ya kalau mau jatuh mah jatuh aja. Gausa ngeribetin gue," batin Lia yang melihat soal di bukunya itu. Lia bingung, kenapa ia harus ribet ngitungin hal tersebut? Ah, bikin pusing saja.

"Baik, sekarang kerjakan LKS halaman delapan. Ibu harus pergi untuk rapat. Tolong perwakilan kelas nanti kumpulkan disaat jam istirahat di meja ibu."

"Baik bu," ucap Aditya. Dia adalah ketua kelas mereka, XII IPA 3.

Guru itupun langsung merapikan bukunya, dan keluar. Semua murid XII IPA 3 langsung meregangkan badannya. Badan mereka mau remuk rasanya.

"Ran, lo ngerti ga?" tanya Lia pada Rani. Ia sudah hopeless untuk menjawab soal-soal itu.

"Ngerti kayanya, nanti tanya aja yang mana yang bikin lo bingung. Siapatau gue ngerti."

"Ah, oke." Walau Lia mengiyakan ucapan Rani, tapi ia juga masih bingung. Masalahnya ia tak mengerti sama sekali.

"Ran, bisa bantuin nomor satu ga?"

Lia terkejut mendengar suara yang tiba-tiba datang disampingnya itu. Aih, cowok itu lagi. Batinnya.

"Bisa," ucap Rani. Ia lalu menjelaskan jawaban dari nomor 1 itu. Rani tampak lancar menjelaskan jawaban dari nomor 1.

"Wah gila, otak Rani encer banget,"  batin Lia sambil mendengar penjelasan Rani. Sekalian numpang nanya jawaban.

Setelah selesai, Dewa langsung berterimakasih dan kembali ke tempat duduknya.

Lia mencolek bahu Rani untuk memanggilnya, "Ran, lo sering minum yang panas-panas, ya?"

Rani tampak bingung atas pertanyaan yang dilontarkan Lia. "Hah? Ngga juga. Kenapa emang?"

"Abis otak lo encer banget, gue speechless."

"Ck, biasa aja kali. Udah, tadi lo bingung sama yang mana?"

"Gue bingung, Ran."

Rani mengernyitkan dahinya. "Ya makanya tanya sama gue mana yang lo bingungin?"

"Semua, Ran." Rani terkekeh mendengar itu. "Yauda bilang dong kalau lo bingung semua. Gue bantuin."

Lia cuma bisa nganga, dia bener-bener speechless. Rani ini emang baik atau karena dia ga enak soalnya dirinya baru kenal dengan Lia?

"Ngapain lo bengong, AP? Awas tuh lalat masuk ke mulut lo," ujar Dita dari sebelah gue.

"Ya abis, serius lo Ran?" Rani mengangguk mantap. "Ya kalau gue ga serius ngapain nawarin? Gajadi nih?"

"Eit, jadi."

Ditengah Rani sedang menjelaskan cara menjawab kelima soal itu, tiba-tiba Bram datang disamping Lia dan ikut mendengarkan penjelasan Rani. "Kaget gue," ujar Lia pelan. Untung tak ada yang mendengarnya.

Tak berselang lama, Dewa juga ikut nyelip diantara Lia dan Bram. Hal itu tentu membuat Lia kaget. Bagaimana tidak, tiba-tiba ada sebuah kepala disampingnya. Untung jaraknya masih agak jauh.

ㅡㅡㅡ

Sudah terhitung sekitar 2 bulan mereka memasuki kelas 12, dan mulai terbiasa dengan teman-temannya. Sudah terlihat ada beberapa kumpulan di dalam kelas itu.

Unspoken FeelingWhere stories live. Discover now