41 - Alika

17 7 34
                                    

Dewa, Lia, dan Nanda berjalan beriringan menuju rooftop dengan santai. Tak ada obrolan yang terjadi diantara mereka. Nanda dan Dewa yang masih merasa canggung. Dan Lia yang memang sedang tak ingin membicarakan apapun. Bukan, bukan karena Dewa dan Nanda canggung pada Lia. Tetapi, mereka sama-sama hanya ingin mengobrol berdua dengan Lia.

Di tengah perjalannya, tiba-tiba Lia menghentikan langkahnya dan bertanya pada Dewa, "Lo tau darimana gue ada di kamar sana?"

Dewa dan Nanda spontan menghentikan langkahnya karena mereka menabrak tubuh Lia.

"Tadi pas abis dari kamar mandi, gue liat jimat lo itu. Terus ada ibu-ibu yang sedang bersih-bersih. Katanya lo dibawa sama cowok ke kamar itu."

Lia mengangguk-anggukkan kepalanya, namun sedetik kemudian ia langsung melotot dan mengecek tasnya. "KOK BISA DI--"

"Paling jatuh," sela Dewa dengan santai. Ia lalu memberikan gantungan kunci itu pada Lia. Dan dengan senang hati, tentu Lia langsung menerimanya. Untung saja Dewa menemukan gantungan kunci kesayangannya.

"Makasi banyaaaak, Dewaaaa."

Dengan bangga nya, Dewa langsung tersenyum sambil sedikit menundukkan kepalanya ke Lia. "Sama-sama." Lia tak merespon ucapan Dewa, ia lebih memilih untuk fokus jalan dan sambil memegang gantungan kunci itu erat-erat.

Lia tak tahu apa yang sedang terjadi diatas kepalanya. Lia dan Dewa saling mengejek satu sama lain, namun tanpa suara. Dewa yang dengan bangga nya menunjukkan pada Nanda kalau Lia lebih memilihnya dibanding Nanda. Dan Nanda yang tak terima ikut mengejek Dewa.

"Nanda!" panggil seorang pria yang seumuran dengan mereka dari jarak yang cukup jauh di dekat pintu masuk rooftop.

"Lo ya, gue cariin kemana mana, malah nyari doi. Kan lo janji anterin gue pulang buat ambil barang!"

Nanda langsung menepuk dahinya, "Oh iya, gue lupa, maaf."

"Belum tua aja udah pikun," celetuk Dewa sambil menggelengkan kepalanya. Lia hanya menatap Dewa jengah. Dewa mode seperti ini sangat menyebalkan.

"Sewot aja!" cibir Nanda.

Setelah berpamitan pada Lia dan Dewa, walau ada sedikit pertengkaran yang terjadi antara Dewa dengan nanda, akhirnya Nanda pergi bersama temannya untuk mengambil barang.

"Dari tadi kek perginya," gumam Dewa.

"Lo kenapa, sih? Daritadi mulut lo ga bisa di rem kayanya!"

"Iya, rem mulut gue lepas, gatau lepas dimana," ujar Dewa seadanya. Mereka kembali melanjutkan langkahnya, sedangkan Lia hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam untuk menetralkan emosinya terhadap pria menyebalkan di sebelahnya ini

ㅡㅡㅡ

"AP, lo gapapa, kan?" tanya Dita khawatir. Ia bahkan sampai berdiri dari tempat duduknya dan menyuruh Lia untuk duduk. Keadaan rooftop masih sama saja seperti sebelumnya, hanya saja sekarang menjadi sedikit lebih ramai.

"Gue gapapa, astaga. Santuy, beb, santuy," sahut Lia menenangkan Dita. Senyuman serta kekehan terukir di wajah Lia.

"Santuy, santuy pala lo peyang!" cibir Dita. Sedangkan Lia hanya tertawa mendengar omelan teman termungilnya itu.

Tak lama dari itu, Rani datang menghampiri mereka yang tengah asik berbincang.

"Rani? Lo dateng juga?" tanya Lia dengan bingung sekaligus senang.

Rani mengangguk antusias, "Gabut di rumah. Soalnya keluarga gue udah pada tidur."

"Hm, oke. Makin asik deh berarti temen kita nambah!" timpal Dita yang diberi anggukan setuju oleh Lia.

Unspoken FeelingWhere stories live. Discover now