35 - Younghoon?

36 12 18
                                    

"But it's okay tho if they're pretending. Seenggaknya gue ngerasa disayang sama orang lain diluar keluarga inti gue," lanjut Lia sambil tersenyum getir.

Sedangkan Dewa hanya menatap lirih gadis di depannya ini. Ia benar-benar tak tahu bahwa Lia bisa berpikiran seperti itu.

Sekarang Dewa mengerti kenapa banyak orang yang mengatakan bahwa orang yang paling banyak tertawa di depan, sebenarnya orang tersebut juga sering merasa sedih dalam diam.

"Hebat juga ya gue? Akting gue dulu pinter banget. Berasa lagi buat konten prank. Mata merah habis nangis, pas temen kelas gue nanya kenapa, gue jawab mata gue abis kena pasir yang terbang. Mereka percayaan aja, heran. Ini mereka yang gampang dibohongin atau akting gue yang super duper keren?" ujar Lia sembari tertawa dengan kencang. Seolah cerita sedihnya tadi tak pernah ia rasakan.

"Lo ketawa?" tanya Dewa bingung.

Lia mengangguk, "Ya lo liatnya gue ngapain? Makan bakso?"

"Duh jadi pingin bakso," lanjut Lia sambil menghapus air matanya yang tadi sudah terjatuh di pipinya.

"Lo bisa ketawa disaat lo abis cerita sedih?" Wanita di depannya ini aneh sekali. Padahal tadi baru saja menangis, dan sekarang sudah tertawa. Bahkan Dewa saja masih terbawa suasana sedih dengan cerita milik Lia.

Lia menaikkan alisnya bingung, "Ya terus? Emang lo mau larut sama kesedihan? Ngapain sedih-sedih terus?" sahut Lia ringan.

"Lo emang aneh banget," gumam Dewa sambil sedikit tertawa. Ia senang melihat Lia yang sudah tertawa lagi. Ia senang Lia tidak suka berlarut dalam kesedihannya, dan lebih memilih untuk mencari kesibukan lain agar ia kembali merasa bahagia dan melupakan kesedihannya. Walau hanya untuk sementara waktu.

"By the way, makasi udah dengerin cerita gue. Tolong jangan bilang ke siapa-siapa dan mojokin Tiara. Itu udah lama," ujar Lia sambil tersenyum. Sebenarnya Dewa ingin menanyakan hal ini pada Tiara, namun ia batalkan karena Lia yang memintanya.

"Iya, gapapa. Kalau lo ngerasa nyaman kaya gini, gue ikutin. Sebenarnya gue juga ngerasa Tiara agak aneh dan ganjal aja. Ternyata bener. Gue bingung kenapa gue bisa suka sama dia dulu cuma karena rambutnya dia pendek," ujar Dewa sambil sedikit tertawa. Dewa dulu benar-benar tak paham dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Menyukai seseorang hanya karena memiliki rambut pendek adalah hal ter-aneh yang pernah Dewa lakukan.

Lia langsung menahan tawanya, "Lo dulu suka Tiara karena rambutnya pendek?" Lia tak percaya ini. Seperti mendengar lelucon.

Dewa mengangguk pelan, "Dari dulu gue bilang kriteria cewek yang bakal gue sukain tuh rambut pendek. Karena mama gue selalu punya rambut pendek, gak pernah panjang. Gue pingin punya pasangan yang kaya mama gue. Walau mama gue gak ada duanya, seenggaknya sifat mereka mirip. Mama gue cewek terhebat dan terbaik yang gue kenal."

Lia langsung tersenyum tulus sekaligus jahil, "Ternyata Dewa bisa jadi soft boy juga, ya?"

Dewa langsung menatap kesal pada Lia, namun ia tersenyum. "Ya bisa lah! Gue kan bukan cowok ngeselin doang."

"Syukurlah ternyata lo sadar diri kalau ngeselin," gumam Lia sambil sedikit tertawa.

"Jangan-jangan lo sering nembakin orang yang rambut pendek, ya?" tebak Lia curiga seraya menyemburkan tawanya.

"Ya enggak, lah! Itu pertama kalinya gue nembak cewek," ujar Dewa.

Lia hanya sedikit tertawa lalu mengeluarkan ponsel miliknya dan segera membuka aplikasi Youtube dan mengetik "THE BOYZ No Air".

Ia lalu menonton salah satu penampilan THE BOYZ, dan tak memperdulikan Dewa di sampingnya yang hanya menatap Lia dengan dalam.

"Yang itu ganteng," ujar Dewa secara tiba-tiba.

Lia terkejut karena ternyata Dewa sudah berada persis di sampingnya dan malah ikut menonton dengannya.

"Ya dong, Younghoon gitu loh." Lia kembali melanjutkan tontonannya dan tak memperdulikan Dewa yang disampingnya dengan senantiasa malah ikut menonton penampilan THE BOYZ bersamanya.

"Tingginya berapa?"

"183 cm kalau gak salah," jawab Lia. Namun fokusnnya masih pada ponsel yang sedang ia tonton.

"Ih sama kaya gue dong?"

Namun Lia tak memperdulikan ucapan Dewa. Ia hanya memberi deheman pada ujaran Dewa. Lagipula tidak penting juga kalau Dewa dan Younghoon memiliki tinggi yang sama.

Dewa langsung berdiri dari tempat duduknya, sedangkan Lia masih tak memperdulikannya.

"AP, coba liat gue," ujar Dewa.

"Kenapa?" tanya Lia yang fokusnya masih berada di ponsel.

"Ih sini, AP, liat gue," rengek Dewa.

Lia langsung menurunkan ponselnya dan menatap ke arah Dewa. Dewa manja. Bisa-bisanya malah ngerengek.

"Apa? Ngapain lo berdiri?" tanya Lia to the point.

"Berarti si Younghoon itu tingginya segini, ya?"

Lia menaikkan bahunya, "Mungkin."

"Yaudah, lo anggep aja gue Younghoon," ujar Dewa santai.

Hah?

"Maksud lo?" tanya Lia menahan kagetnya.

"Ya lo gausah cape-cape ngehaluin dia. Kan ada gue disini," ujar Dewa santai sambil menautkan kedua tangannya di depan dadanya.

Lia menaikkan alisnya, kaget sekaligus tak percaya. "Gak jelas banget lo, Wa. Lagian gue gak pernah haluin dia bareng gue. Paling suka nyeplos mereka pacar gue doang."

"Yah, ga asik," balas Dewa kecewa.

"Yang suka mereka tuh gue, tapi kenapa lo yang malah-- aneh," ujar Lia sambil tertawa di akhir ucapannya.

"Tapi gue seganteng dia kan?" tanya Dewa dengan percaya dirinya.

"Iya, kalau ada orang yang bilang kalian berdua sama-sama ganteng," balas Lia.

"Tapi kalo kata gue sih enggak," sambung Lia sambil tertawa dengan puas.

Dewa lalu langsung duduk ke kursi lagi. Dan mengambil tas milik Lia. "Ini tulisannya apa?" tanya Dewa. Sepertinya hari ini Dewa sedang dalam mode kepo.

Lia lalu melihat apa yang Dewa tunjuk. Gantungan kunci yang bertuliskan '짱보이즈'.

"Oh, itu bacaannya Jjang Boyz. Jjang buat the best, boyz buat THE BOYZ," jelasnya.

"Bucin banget ya sama THE BOYZ," kata Dewa sambil tertawa.

"Ini ganci kesayangan gue. Kalau pake ini, berasa dilindungin THE BOYZ," jawab Lia sambil tertawa.

"Ada-ada aja," cibir Dewa.

"Gue mau pake juga ah," lanjut Dewa.

"Pake apa?" tanya Lia bingung.

"Pake keyring, biar berasa dijagain," jawabnya santai.

"Dih, keyring siapa yang bakal lo pake?" tanya Lia. Yang lebih tepatnya mencibir.

"Lo ngeremehin gue, liat aja entar gue pake keyring penjaga juga," ujar Dewa sambil tertawa.

"Terserah lo aja lah," ujar Lia dan langsung kembali memfokuskan dirinya pada ponsel miliknya.

Begitu juga dengan Dewa. Ia sibuk ikut menonton apa yang sedang Lia tonton. Dewa melirik Lia, menatapnya dalam-dalam dari sampingnya. Memperhatikan setiap inci wajah Lia. Hingga tanpa sadar, senyuman terulas di wajah Dewa.

"Mirip mama."

ㅡㅡㅡ

-to be continued-

Haloo, makaciw sudah baca dan apresiasi cerita ini!!❤️

Maaf ya updatenya ngaret lagi :(

Semoga terhibur dan bisa mengisi waktu luang kaliaan💕

Have a great day & night!💖

Unspoken FeelingWhere stories live. Discover now