08 - Seni Budaya

50 35 49
                                    

"Nama kamu siapa, Nak?"

Deg

Senyum jahil Lia kini runtuh. Dibalas dengan senyuman canggung campur tegang.

"Saya, Bu?"

"Ya iyalah ibu nanya kamu. Masa iya ibu nanya nama pacar kamu?"

Lia tertegun.

Duh, apa yang akan Bu Mita lakukan padanya?

"Anu, Bu--"

"Nama kamu Anu?" tanya Bu Mita terkejut. Seisi kelas sudah tertawa mendengar itu.

"Avrilia, Bu," ucap Lia dengan cepat.

"Nih, kalau gitu coba panggil Avrilia dengan penuh perasaan seperti apa yang ibu bilang tadi."

Deg

Entah berapa kali jantung Lia rasanya ingin copot dari tempatnya. Hari ini ia banyak mendapatkan surprise.

Lia menatap Dewa sekilas. Dan langsung mengalihkan pandangannya ke Dita, Rani, dan Tiara.

"Ah, masa gue, anjir, gimana ini?!" bisik Lia pada teman-temannya itu. Ia sudah panik. Sedangkan mereka malah menatap Lia dengan tatapan jahilnya. Memang teman ga beradab.

Sedangkan sekarang seisi kelas sudah ramai.

"Ayo, cepet."

"Ekhem"

"Ayo, Dewa."

Dan berbagai macam sorakan lainnya. Sungguh, ini sangat memalukan.

"Hm, atau siapa nama kamu?" tanya Bu Mita pada Tiara.

"Hah? Tiara."

"Atau panggil Tiara dengan apa yang ibu bilang tadi."

Lia merasa sedikit lega mendengar itu. Setidaknya namanya tak akan dipanggil oleh Dewa dengan nada lembut, seakan-akan tengah dalam asmara. Hiih, membayangkannya saja sudah membuat Lia geli.

Walau hatinya masih merasa tak nyaman.

"Ayo, cepet. Atau engga, terserah kamu deh mau panggil siapa. Di kelas ini boleh, ngada-ngada juga boleh," ujar Bu Mita yang sudah stress melihat Dewa yang tak kunjung menurutinya.

Tiara dan Lia langsung menarik nafasnya lega. Mereka kembali menetralkan jantungnya yang dari tadi sudah berdetak sangat kencang. Terutama Lia.

Baru saja Lia berusaha menetralkan detak jantungnya, tapi gagal karena Dewa. Ia malah mematung di tempat.

"Avriliaa," panggil Dewa dengan nada yang lembut seakan-akan ia benar-benar sedang terhanyut dalam perasaannya. Kalau kata Bu Mita, seperti orang kasmaran monyet.

Lia menolehkan pandangannya ke belakang, menuju Dewa. Pria itu menatap Lia dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun dari raut wajahnya bisa dibilang bahwa ia seperti sedang menyukai Lia.

Tentu saja, ini kan tugas. Namun ia sangat geli. Ia merasa di perutnya sedang ada kupu-kupu yang berterbangan.

"AAAAaaaAAAaAAaaAAAa"

"KIIWWWWW"

"EKHEEMMM"

"CIEE CIEE UHUUK"

Dan berbagai respon teman kelasnya membuat Lia semakin malu. Badannya terasa panas seketika. Ia memerlukan udara.

Ah, kenapa Lia seperti ini.

Unspoken FeelingΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα