50 - Sayang

21 6 39
                                    

Bel masuk telah berbunyi. Seluruh siswa/i dengan santainya memasuki kelasnya masing-masing, dan ada juga yang berlari. Biasanya yang masih membawa tas, alias mereka yang baru datang akan berlari untuk masuk ke kelas. Agar guru kesiswaan tidak melihat mereka yang baru memasuki sekolah disaat bel telah berbunyi.

Dita terus saja menghubungi Lia yang entah sedang dimana. Ia memberikan serbuan pesan pada Lia, tapi bestie-nya itu gak menjawabnya sama sekali. Bahkan dibaca aja enggak. Untung jam pelajaran pertama nanti akan kosong. Jika tidak, mungkin Lia akan diomel habis-habisan oleh Bu Vie, guru Kimia yang merangkap sebagai guru kesiswaan.

Dita bingung, kemana teman cerewetnya itu. Lia tak mengabari Dita sama sekali. Padahal jika Lia tak akan masuk sekolah, ia pasti akan mengabari Dita. Biasanya sih gitu.

Atau setidaknya pasti akan mengabari Prasetya dan Bram. Namun bahkan mereka juga tak mengetahui kabar Lia.

"AP ga masuk, Dit?" tanya Rani sambil menghadap ke belakang. Karena ia juga menyadari Lia yang belum datang.

"Gatau juga. Gue dari tadi chat dia, tapi belum dibales," balas Dita sedikit khawatir.

Tak memerlukan waktu lama, setelah perbincangan singkat Dita dengan Rani tadi, di pintu kelasnya langsung terpampang jelas 2 orang teman kelasnya yang sedang terengah-engah.

Panjang umur.

Lia langsung berlari menuju tempat duduknya begitu ia sampai di depan pintu kelasnya. Sedangkan Dewa, di belakang sana tengah berjalan dengan santai. Karena menurutnya, ini hal yang normal dan biasa aja.

Lia langsung menaruh tasnya dengan tergesa-gesa dan berusaha mengatur nafasnya sambil berdecak pinggang. Sontak semua teman sekitarnya langsung memberikan Lia dengan berbagai pertanyaan. Soalnya ini kali pertama Lia terlambat datang ke sekolah.

"Gue telat, ehehe," sahut Lia dengan cengirannya. Sedangkan teman-temannya malah melotot. Hampir aja tuh mata mereka keluar. Enggak, kok.

"Kok bisa?" tanya Prasetya heran. Biasanya ini kan Lia yang jadi tukang bangunin mereka di grup.

Lia spontan menyampingkan pandangannya, menatap Dewa dengan malas. "Gara-gara Dewa telat bangun."

"Oh, kalian berangkat bareng, lagi?!" tanya Bram. Yang jatuhnya malah seperti mengancam.

"Gue liat-liat, kalian makin deket ya belakangan ini," ungkap Dita sambil memicingkan matanya dengan jahil sekaligus curiga.

"Ya sejak kapan emang gue sama Dewa jauhan?"

"Maksud gue tuh, kalian belakangan ini deketnya beda. Sejak Dewa yang tiba-tiba ngajakin AP pulang waktu itu," kata Dita sambil mengingat semuanya. Semua keanehan kedekatan Lia dengan Dewangga akhir-akhir ini.

"Eh, iya juga," timpal Rani.

"Oh, iya! Gue juga denger kadang mereka pake aku-kamu pas ngobrol," sanggah Prasetya sambil tersenyum jahil pada kedua temannya yang telat itu. Kini mereka mulai mencium aroma kejanggalan yang semakin membuktikan, kalau ada sesuatu diantara Dewa dan Lia.

"Jangan-jangan kal--"

"Iya gue sama AP pacaran. Udah puas kalian?" ujar Dewa dengan santai memotong ucapan Tiara. Dan tentunya itu semua mengundang tatapan terkejut sekaligus jahil dari semua temannya.

Bagaimana tidak, ini terlalu tiba-tiba.

Lia juga dengan santainya menginjak kaki Dewa. "Lo jangan keras-keras ngomongnya!" Sedangkan Dewa hanya membalas omelan pacarnya itu dengan cengiran, "Yaudah sih, sayang. Daripada bikin orang overthinking."

Unspoken FeelingWhere stories live. Discover now