Posisi Lia kali ini masih menempel pada tas ransel milik Dewa. Banyak motor dan mobil yang berlalu lalang, tetapi dunia seakan hanya milik Lia dan Dewa.
"W-Wa, lo ngapain?" tanya Lia yang berusaha membenarkan posisi duduknya, tetapi ia tak bisa karena tangan Dewa yang masih memegang lengannya.
"Sebentar," ujarnya lalu mengarahkan tangan kirinya ke arah belakang kepala Lia.
Lia berusaha melihat apa yang Dewa lakukan. Tetapi percuma, matanya kan tak bisa melihat ke belakang.
"Dah," Dewa langsung melepaskan tangannya dari belakang kepala Lia dan membenarkan posisi duduknya.
Lia pun langsung membenarkan posisi duduknya. Dewa ngapain?
"Emang kenapa, Wa?" tanya Lia saat mereka sudah kembali pada posisi duduknya masing-masing. Ya walau suasana nya sedikit canggung.
"Enggak, tadi ada hewan di kepala lo."
Lia langsung melebarkan matanya dan mengusap kepalanya kasar seperti ada sesuatu. "Ada apa?"
Dewa terkekeh, "Kan gue udah ambil."
Lia memanyunkan bibirnya, sebal. "Kenapa ga bilang!"
"Biar ga panik," ujar Dewa santai.
Tak lama dari itu, teman-temannya sudah datang menghampiri Lia dan Dewa.
"Wuidih, Flynn dan Rapunzel udah beduaan aja nih," celetuk Prasetya di belakang Bram.
"Lagi kasmaran euy," timpal Bram.
"Bacot banget, ayo sekarang aja," ajak Lia.
Mereka pun lalu melakukan perjalanan menuju ke rumah Lia dengan Dewa memimpin. Karena Lia bersamanya dan Dewa juga sudah mengetahui rumah Lia.
Pohon-pohon seolah berjalan mundur, serta angin-angin menerpa badan mereka. Dan tentunya sinar matahari menyengat yang menerpa kulit mereka.
ㅡㅡㅡ
20 menit berlalu, dan akhirnya mereka telah sampai di rumah yang bernuansa cukup modern bercat coklat dan cukup luas milik Lia.
Saat memasuki rumah Lia, mereka langsung disambut dengan suara gong-gongan dari seekor anjing berwarna coklat bercampur hitam yang berukuran tidak terlalu besar.
Mereka segera masuk ke dalam rumah setelah dipersilahkan oleh sang pemilik rumah, Lia.
"Oalah, mau kerja kelompok masak ya?" tanya Diana, ibu Lia.
"Engga tante, kita mau jualan kentang," sahut Prasetya sambil tertawa.
Prasetya langsung mendapatkan toyoran dari Bram, "Iya, Tan. Kita mau kerkel masak. Ini si Prasetya emang suka ngadi-ngadi."
Diana lalu tertawa, "Gapapa. Tante juga biasa dibercandain Lia."
"Idihhh," ujar Lia tak terima.
"Adah, idih."
"Yaudah, semangat. Tante mau angkat jemuran dulu," lanjutnya.
Mereka semua lalu langsung mengangguk, dan Diana pergi meninggalkan ruang tamu.
"Mama lo ramah banget," celetuk Dewa.
"Ya dong, kaya anaknya," sahut Lia bangga.
"Anaknya yang mana?" tanya Dewa.
"Ya yang lagi ngomong sama lo, lah! Siapalagi?"
"Gue lagi ngomong sama siapa emangnya?"
Lia menghentikan pembicaraannya. Ia tahu kemana arah pembicaraan ini. Hanya ingin membuatnya emosi.
YOU ARE READING
Unspoken Feeling
Teen Fiction[Completed] ✔️ "Mulut lo menye-menye terus, kaya buaya," omel Lia. "Ya namanya juga cowok. Terus kalau gue ga menye-menye, siapa yang bikin lo ngakuin perasaan lo?" sahut Dewa. ㅡㅡㅡ Dewa adalah salah satu manusia yang sebenarnya bisa membuat Lia baha...