29 - Ibu Lia

25 15 31
                                    

Matahari di pagi ini juga bersinar sangat terang. Matahari itu tersenyum sangat lebar, serta diiringi dengan awan yang menemaninya.

Sama dengan keadaan kelas XII IPA 3. Mereka sedang menyajikan makanan yang sudah mereka siapkan sebelumnya untuk pengambilan nilai praktek memasak kali ini. Walau memang terpaksa, tetapi mereka senang.

Sebenarnya ini lebih ke praktek menyajikan masakan sendiri. Karena di sekolah mereka hanya tinggal menyiapkan makanan yang sudah mereka buat sebelumnya.

Tetapi Bu Lika tahu pasti beberapa dari mereka ada saja yang membeli makanan dari luar. Maka dari itu Bu Lika lebih menilai bagaimana cara mereka menyajikan makanan dan kerapiannya. Tapi perihal rasa, Bu Lika juga akan menilainya. Bu Lika tak memberitahukan bahwa ia juga akan menilai kebersihan saat mereka melakukannya. Ini untuk pengambilan nilai secara sikap.

Berbagai jenis makanan dari olahan daging disajikan oleh kelompok-kelompok dari kelas XII IPA 3. Dari daging ayam, ikan, udang, serta sapi. Semua menyajikan makanannya dengan telaten. Dan berisik tentunya.

Di pojok belakang kanan kelas sudah terlihat 8 orang yang sedang berkutat dengan piring sajinya. Mereka sibuk menata pinggiran dari piring tersebut.

Mereka bahkan beradu pendapat bagaimana piring tersebut akan disajikan. Namun Dewa dan Lia tidak ikut ambil pusing dalam beradu pendapat itu. Mereka hanya sibuk memperhatikan teman-temannya serta menata sendok dan garpu.

Mereka tidak ikut pusing dalam menata piring karena membalutkan sendok dan garpu dengan tisu saja sudah membuat mereka pusing.

Mereka mencoba segala cara agar balutan sendok dan garpu itu tampak indah diliat. Atau setidaknya enak dilihat. Bahkan sampai menonton cara di youtube pun, mereka tidak bisa mengikutinya.

"Dahlah, gausa pake tisu, ntar taruh disamping piringnya aja," gumam Lia langsung menaruh sendok dan garpu tersebut. Dan Dewa pun juga tak menolaknya. Ia juga sudah pusing. Akhirnya ia juga ikut beranjak dan mengerjakan yang lain.

Lia langsung mencari sebuah plastik yang sudah tak terpakai. Setelah ia menemukannya, ia lalu mengambil sampah-sampah berserakan hasil perbuatannya mereka.

Dari atas meja sampai lantai, semuanya berserakan. Bahkan diatas meja juga sudah berantakan.

"Buset, mau nyajiin makanan aja kek orang ngamuk," batin Lia sambil merapikan meja tersebut. Walau itu adalah meja yang berbeda dari meja untuk menyajikan makanan, tetapi tetap saja ia harus membereskannya. Masa iya dibiarkan?

"AP, ngapain?" tanya Rio.

"Lo liat gue lagi ngapain?"

Rio memperhatikan Lia, "Beres-beres meja?" tebaknya.

"Nah, bener." Lia lalu langsung melanjutkan kegiatannya. Begitu juga Rio, ia lanjut beradu pendapat bagaimana piring saji itu akan ditata.

ㅡㅡㅡ

Satu jam berlalu, akhirnya pengambilan nilai mereka pun berakhir. Dan semua murid mulai membereskan semuanya. Suara dentingan kaca terdengar dari seluruh isi kelas.

"Stop!" seru Lia dan mencegah tangan Prasetya.

"Ah? Kenapa?" sahut Prasetya panik.

"Jangan langsung dimasukin atuh, cuci dulu," cegah Lia.

"Tapi kan gaada sabun, AP," jawab Prasetya dengan perlahan.

"Iya tapi seenggaknya bilas dulu!"

"Ah, ribet. Males," balas Prasetya seraya kembali hendak memasukkan piring kaca tersebut. Tetapi Lia mencegahnya lagi.

Unspoken FeelingWhere stories live. Discover now