14 - Ayo

24 19 23
                                    

Kini jam pulang sekolah sudah tiba. Akhirnya.

Akhirnya Lia bisa melewati hari di sekolahnya sekali lagi. Hari yang melelahkan.

Lia membereskan buku-buku dan tasnya. Serta mengecek apakah ada yang tertinggal atau tidak. Bahaya jika ada yang tertinggal. Udah rumahnya yang berlokasi cukup jauh, dan iya kalau esok barangnya masih berada di sekolah. Jika tidak? Mati sudah.

"AP, gue pulang duluan, ya. Mau ada acara keluarga," kata Dita sambil bergegas keluar kelasnya.

"Iya, Dit. Tiati, ya! Baaii!"

Begitu juga dengan Rani, Tiara, Bram, dan Prasetya. Mereka melambaikan tangan pada Dita juga.

"Ran, AP, gue mau pulang duluan juga, ya. Mau ada acara keluarga juga," ujar Tiara.

Apakah ada acara keluarga massal?

"Buset, rame amat yang ada acara keluarga," celetuk Lia.

"Daah, Tir! Tiati, ya!"

"AP, lo ga ada acara keluarga juga nih?" tanya Rani. Sedangkan Lia ingin tertawa saat mendengar itu. "Harusnya gue yang nanya ke elo." Rani pun tertawa mendengar itu.

"AP, gu--"

"Lo mau ada acara keluarga juga, Set?"

Prasetya langsung menggeleng kepalanya. "Kaga, anjir. Gue mau bilang kalau gue sayang sama lo."

Rani, Lia, dan juga Bram yang ada disana langsung mengerutkan dahinya bingung sekaligus tak percaya. Menahan tawa juga tentunya.

"Lo kenapa random banget kek dagang tahu bulat?"

"AP, sejak kapan tagline nya dagang tahu bulat tuh jadi random? Bukannya dadakan?" Sekarang Prasetya malah membahas tahu bulat. Apa-apaan.

"Ya, maksud gue itu."

"Ya gapapa sih, emang salah kalau gue sayang sama lo?"

Lia hanya bisa mengerjapkan matanya. Entah ia harus merespon apa.

"Y-ya ga salah. Tapi ya aneh banget lo tiba-tiba ngomong gini. Nerbener kek dagang tahu bulat."

"Hiks, temen bilang sayang malah di curigain."

Ah, Prasetya dengan mode dramatis nya kembali lagi.

"Dih." Rani dan Bram hanya tertawa melihat kejadian di depannya itu. Sudah seperti menonton drama.

Mereka yang sedang asik tertawa tiba-tiba terbuyarkan oleh suara Dewa dari belakang Lia.

"Punten, ada apa ini rame-rame?"

Lagi-lagi Lia terkejut mendengar itu. Lia mudah sekali terkejut.

"Ada kucing nyangkut di pohon. Selamatin gih," jawab Lia asal. Namun ia malah mendapat jawaban remeh dari Dewa.

Yang tentu saja membuat dirinya semakin kesal lagi dengan Dewa.

"Apasih, AP. Gajelas banget, ih."

"Gue ceburin ke kandang singa tau rasa lo," batin Lia.

"Bodo." Lia langsung melanjutkan kegiatannya tadi. Merapikan buku untuk segera pulang. Agar ia bisa terbebas dari Dewa yang menyebalkan juga.

Supaya ia bisa rebahan di kasur kesayangannya.

"Gu--"

"Luka lo gimana?" potong Dewa yang malah mengundang tatapan kepo dari Bram, Prasetya, dan Rani.

"Hah?"

"Hah? Luka apa? AP lo kenapa?"

"AP kenapa?"

Unspoken FeelingWhere stories live. Discover now