43 - Be friend?

16 7 64
                                    

"Kenapa?"

Setelah mendapatkan pesan dari Nanda untuk menemuinya di pinggir rooftop, Lia langsung menghampirinya dengan sedikit tanda tanya. Sebenarnya ia agak kebingungan karena Nanda yang mengajaknya untuk bertemu tiba-tiba.

Hembusan angin malam menyisir rambut Lia yang sudah tergerai. Membuat Nanda merasa sedikit terpukau karena melihat kedatangan Lia yang saat ini malah terlihat lebih cantik dari biasanya. Hatinya gak bisa nahan ini. Cantik banget!

"I wanna tell you something."

Lia hanya menaikkan alisnya karena bingung, kenapa hari ini aneh sekali. Bahkan tumben Nanda mengajaknya secara pribadi seperti ini. "Iya ngomong aja, kan kita kesini emamg karena lo mau ngomong," jawab Lia santai.

"Kita? Lucu ya?" gumam Nanda sambil sedikit tertawa.

"Hah?"

Nanda hanya menggeleng, "Kira-kira lo dan gue bisa jadi kita gak?"

"Hah?" Lia bingung. Nanda ini kenapa, sih? Dari tadi berbicara hal yang aneh.

Nanda mengangguk sambil menyunggingkan senyuman ketulusan. Walau rasa gugup melanda, tetapi Nanda harus berani untuk kali ini. Karena menurutnya, ini adalah waktu yang tepat.

Nanda meraih kedua tangan Lia dan menggenggamnya. Kedua netranya menatap Lia dengan penuh kasih dan harapan.

"Will you be my girlfriend?"

Deg

Lia terkejut merasakan tangannya yng digenggam. Dan lebih terkejutnya lagi karena mendengar pernyataan Nanda Tenggorokannya tercekat. Hari ini adalah hari yang sangat aneh bagi Lia.

Ia bingung harus menjawab apa. Bukannya ia bingung untuk menerima atau menolak Nanda. Tetapi ia bingung bagaimana cara menolaknya, agar Nanda tak merasa sakit hati. Ya, walau Lia tahu itu susah.

Selama ini Lia hanya menganggap Nanda sebagai temannya. Lia nyaman Nanda menjadi temannya. Hanya sebatas teman atau sahabat, tak lebih.

Ia tak ingin menyakiti hati Nanda. Tetapi ia juga tak bisa membohongi hatinya, jika ia tak bisa memiliki hubungan yang lebih jauh dengan Nanda.

Lia dengan perlahan melepaskan tangannya dari Nanda. "Nan? Maaf," ujarnya secara perlahan.

Nanda sudah tahu bahwa kemungkinannya sangat besar untuk Lia menolaknya. Ya namanya juga pantang menyerah. Siapatau ternyata Lia memiliki perasaan yang sama dengannya. Siapatau. Nanda juga gatau siapa yang mengetahuinya.

Nanda langsung menyunggingkan senyuman yang lebih lebar lagi. Berusaha bahagia di saat patah hati memang sulit. Dan itulah yang Nanda rasakan saat iji. "Gue udah tau sih, lo bakal nolak," ujarnya dengan sedikit tawa hambar.

Lia hanya menatap Nanda dengan tatapan tak enak. Ia mengerti Nanda sudah sangat baik kepadanya, dan Lia juga mengetahui kalau Nanda sebenarnya suka padanya.

Namun ia juga tak tahu bagaimana caranya untuk menjauh dari pria itu. Atau memberikan kode kalau Lia tak menyukai dirinya.

Nanda menepuk bahu Lia, "Gapapa. Santai aja. Mukanya gausa ditekuk kaya baju belum disetrika gitu," kata Nanda sambil bercanda. Walau ia merasa sakit hati, tetapi ia tetap harus tertawa. Setidaknya di depan Lia.

"Gapapa?"

Nanda mengangguk sambil tersenyum, "Udah gih, balik sono. Gue mau ngomong gitu doang."

Sedangkan Lia hanya masih menatap Nanda. Ia masih merasa tak enak pada Nanda.

"Gausah diliatin guenya. Tau, kok, gue ganteng," kata Nanda sambil mencubit pipi kanan Lia dengan gemas.

Unspoken FeelingWhere stories live. Discover now