13 - Gambar

36 21 32
                                    

"Setan, anjir, monyet, gajelas."

Lia terus saja membatin seperti itu. Ia masih tak bisa melupakan kejadian tadi. Bisa-bisanya Dewa bersikap manis, lalu bersikap seolah tak ada apa-apa. Bahkan ia tak ada menanyakan Lia tentang dahinya yang sudah tercium bola basket sama sekali.

Datang-datang langsung bersikap aneh, seolah tak ada apa-apa. Mengesalkan.

"Haih, ngapain juga gue kesel? Dih."

Lia lanjut bermain HP. Walau fokusnya terkadang masih berada pada Dewa. Pria aneh dan mengesalkan itu.

"Ini Puspita juga, kemana sih? Ngegosip lama amat kaya lagi jawab ujian fisika," gerutu Lia.

"Punten neng, kok jomblo?"

Lia mengarahkan pandangannya ke arah suara itu. Panjang umur. Puspita datang.

"Jombla, jomblo. Lo tuh udah kek buibu di dagang sayur. Gosipnya lama beut." Sedangkan Puspita hanya menunjukkan cengirannya seolah-olah tak bersalah.

Ia tak tahu, padahal Lia sudah melewati banyak ujian selama ia duduk di kursi ini.

Dari terkena ciuman bola basket, diberi sikap manis oleh Dewa, didatangi Nanda yang bersedia membelikannya makanan, sampai Dewa yang bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

"Yuk, ke kantin. Maaf banget tadi lama, soalnya tadi tema gosipnya seru banget."

Lia memukul bahu Puspita dengan geram. Bisa-bisanya ia melupakan temannya yang sudah seperti orang jomblo disini. Ya walau Lia memang jomblo, sih.

ㅡㅡㅡ

"AP, menurut lo, gambaran gue kaya apa?" tanya Aldi sembari menunjukkan gambarannya.

Lia mengerutkan dahinya. Ia bingung.

"Ya kaya gambaran lo, ada bocil yang duduk di atas sapi."

Adi menghembuskan nafasnya sabar. Lia juga tak salah. "Tapi itu kerbau, AP."

Lia hanya nyengir mendengar itu. "Maap, soalnya kerbau sama sapi kan emang kembaran. Bagus kok. Seriusan gue ga bohong, kalau bohong dosa."

Adi lalu menunjukkan referensi gambarannya pada Lia. "Gambaran gue udah mirip sama ini belom?"

Lia melihat gambaran Adi dan gambar referensi miliknya secara bergantian. "Udah mirip sih kalo menurut gue."

"Yakin lo?" Lia mengangguk yakin.

"Emang kenapa lo tiba-tiba nanya pendapat gue?"

Adi sedikit mendekatkan dirinya pada Lia, dan berbisik, "Bu Mita bilang gambaran gue kaya kodok."

Lia seketika langsung menyemburkan tawanya. "Ppft-- sorry but KOK BISA?"

Adi hanya menaikkan bahunya. Ia juga tak tahu mengapa Bu Mita bisa mengatakan gambarannya seperti sebuah kodok. Padahal menurutnya ini sudah mirip dengan gambar referensinya.

Lia langsung menepuk-nepuk bahu Adi. "Yang sabar ya, Di. Gambaran lo udah oke kok, seriusan."

Namun Lia tetap menahan tawanya. Bukan menertawakan gambaran milik Adi. Melainkan komentar yang diberikan oleh Bu Mita.

Seperti sebuah kodok katanya, bagaimana bisa? Padahal seorang anak diatas kerbau berbeda jauh dengan seekor kodok.

"AP, lo gambar apa?" Dita langsung melihat buku gambar milik Lia.

"Gambaran lo mana?" lanjut Dita bingung. Pasalnya ia tak melihat sama sekali gambaran di buku gambar itu.

"Gambaran gue ketinggalan di google," jawab Lia asal.

Unspoken FeelingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora