Beauty Psycho 83 : Satu Nama Terungkap

Start from the beginning
                                    

Walaupun begitu, Elisha tentunya sangat merasakan bagaimana rasanya berulang tahun bersama dengan saudari yang ia benci.

"Kepala keluarga berganti, bagaimana dengan sistemnya, ya?" Elisha merasa itu bukanlah pertanyaan, itu sebabnya ia hanya bisa diam beberapa detik.

"Sepertinya iya, setiap pergantian seperti ini, pasti ada satu, dua, perubahan," jawab Elisha, sedikit sangsi juga sih jawabnya.

Sean mengangguk kecil, ia meminum kopi yang dibuatkan untuknya pelan-pelan. "Saat kepala keluarga terdahulu yang berkuasa, gue hampir sulit mencari cela keluarga itu."

Elisha sekali lagi menengadah. "Benarkah?"

"Iya. Itu sebabnya, gue agak sentimental saat melihat lo tahu banyak tentang Alexander."

Elisha terdiam, gadis itu memegang gagang cangkir sambil menatap isinya dalam-dalam. Hatinya merasa gelisah.

"Sudah jadi rahasia umum kalau Alexander itu begitu tertutup. Mengingat mungkin hanya keluarganya saja yang tahu lebih lengkap tentang rahasia keluarganya," sambung Sean santai. Ia lalu menyesap kopinya dan kembali menatap Elisha.

"Menjadi 'teman' Elena bukan berarti lo tahu segalanya, bukan? Akan terdengar mustahil, gadis yang dikurung seperti Elena memiliki seorang teman."

Sorot mata Sean yang tajam itu seakan mengintimidasi Elisha yang melihatnya. Entah mengapa
Elisha merasa tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Tentu saja, ini seperti sindiran halus atau sebuah tuduhan?

Tapi, Sean sepertinya tidak sengaja. Benar tidak sih?

Tidak mungkin Sean tiba-tiba mengetahui itu, bukan?

Mengapa Sean bisa mencurigai dirinya? Jika seperti ini, bagaimana lagi cara Elisha menyangkalnya? Ini adalah kebenarannya.

Dengan wajah datar, Elisha bertanya, "Apa maksud lo, Sean?"

"Bukan apa-apa."  Setelah itu, keheningan menyelimuti kedua insan yang sibuk dengan pemikiran masing-masing.



***

Malam sebelumnya

Dino menatap istrinya dengan wajah sedikit cemas. Kentara sekali hingga Nita berkali-kali menghela nafas gusar.

"Bu Syina tidak mau menjawab semua pertanyaanku. Bagaimana ini? Mengetahui tempatnya saja tanpa tahu letaknya menyulitkan kita." Wanita itu lalu mendesah frustasi.

"Bagaimana lagi, Nita, kau tetap harus membuatnya buka mulut agar penantian 7 tahun ini tidak sia-sia," jawab Dino sedikit dingin.

"Aku sudah muak dengan wanita itu. Belum lagi cucunya, Sean itu!" jawab Nita berapi-api.

"Sebenarnya apa yang membuatmu tetap mempertahankan Sean? Dia akan menghambat segalanya jika mengetahui apa yang terjadi," sambung Nita tak habis pikir.

Dino tidak menjawab untuk beberapa detik. Lelaki itu hanya tersenyum penuh arti sebelum kembali menatap sang istri.

"Panggilkan Sean sekarang, Nita!"

Walaupun banyak pertanyaan yang menghinggapi benak Nita, wanita itu tetap mengangguk lalu keluar dari ruang kerja suami dan berjalan menuju kamar sang keponakan.

"Sean, sayang?" panggil Nita dengan senyuman hangat, menatap Sean. Wanita itu tiba-tiba mengernyitkan saat melihat Sean yang tengah menatap sebuah cincin.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now