verrückt | renryu ✔

By peisinoehina

80.9K 7.4K 1.7K

Deep down we realize that this disgusting secret will slowly kill us and the other, but we cannot hold back w... More

disclaimer
introduction
prolog
1. their story
2. each other's owner
3. first of everything
4. intimidating
5. being hit
6. did it
7. volunteering
8. departure
9. side to side
10. stabbed
11. dinner
12. gift from hell
13. beach talk
14. definition of love
15. suddenly
16. avoidance
17. finding out
18. sin
19. result
20. hangout
21. confrontation
22. second time
23. hell pills
24. a date
25. catasthrope
26. the plan
27. complicated
28. grudge
29. accident and the effect
30. another fact
31. deeper
32. fatal
33. chaos
34. solution
35. apology
36. probability
37. the real twist
38. back again
39. will you?
40. went through
epilog
closing
bonus: peace
bonus: interview (1)
bonus: interview (3)
real closing
promotion

bonus: interview (2)

563 43 6
By peisinoehina

Q: Keluh kesah kerja bareng Renjun-ssi?

"Apa ya? Banyak sih asli!" seru Jungeun.

"Kalau etos kerja, kayaknya sih enggak perlu dikomen. Ambisius dari lahir itu pasti!" cibir Sihyeon.

"Di dahi dia tuh cuma pasien, pasien, pasien!" tambah Minah.

"Ho'oh! Pokoknya sekali dia dapet pasien, hasil diagnosis harus beres sampai mentok, baru dia puas," ucap Hani.

"Am I that ambitious?!" teriak Renjun.

"Yes, you are!"

Tawa pun membahana. Semua orang seakan setuju dengan pernyataan Jungeun, Sihyeon, Minah, dan Hani.

"Ketimbang kesal kerja di bawah tekanan Renjun, kita malah lebih khawatir sama kesehatan dia," ucap Hani.

"Wah! Unnie sepemikiran sama aku!" pekik Jungeun.

"Renjun itu, kalau sudah fokus sama diagnosis, beh enggak aturan. Makan kagak, tapi minum kopi bisa sampai bercup-cup. Kopi hitam yang pekat itu, dalam keadaan perut kosong," cerita Jungeun.

"Benar banget. Kalau diomelin tuh ya enggak dihiraukan. Masuk aja telinga kanan, keluar telinga kiri. Soalnya kepala dia isinya pasien terus, enggak mikirin diri sendiri. Sampai bosen kita ngomelin dan cuma bisa berdoa dia masih sehat. Dah gitu aja!" tambah Sihyeon.

"Tapi ada sih satu orang yang bisa bikin Renjun ingat makan dan enggak minum kopi terus," celetuk Minah.

"Alah! Itu mah efek bucin!" teriak Jungeun, Sihyeon, dan Hani berbarengan.

"Eh tapi waktu Renjun pertama kali diomelin, mereka kan belum ada bau-bau berhubungan gitu. Masih sekadar bimbingan sama pembimbingnya," ucap Minah.

"Yakin banget Min? Mereka kan mulainya dari s..."

"Don't you dare say that word, noona! Jinah bisa dengar ya!" teriak Renjun.

"Okay, I got what you want King Renjun!"

"Noona!"

"Renjun enggak usah didengerin. Lanjutin aja ceritanya," seru Sihyeon.

"Waktu itu Ryujin baru dua minggu jadi residen. Malam hari tuh, Ryujin, Jaemin sama Renjun masih di rumah sakit, ngurusin diagnosis pasien. Nah, sama Renjun si Ryujin sama Jaemin disuruh pulang. Enggak usah ikutan lembur kayak dia. Padahal itu dua enggak tega lihat Renjun kerja sendiri, tapi tetap aja diusir. Terpaksa deh pulang," cerita Minah.

"Besok paginya, si Ryujin datang duluan. Kaget lah dia lihat Renjun masih duduk di tempat yang sama, masih melek, dan cup-cup kopi berserakan di meja. Bekas bungkus makanan tuh enggak ada sama sekali. Logikanya aja nih, kalau si Renjun makan, pasti bekas bungkus makanan bakal tertinggal. Orang dia buang cup bekas kopi yang kosong aja enggak, berarti udah pasti enggak makan tuh dari semalamnya."

"Ah iya inget aku! Terus langsung dibentak kan sama Ryujin. Gila lah! Ryujin kalau ngebentak orang kagak kira-kira. Aku sama Sihyeon yang baru datang, pas banget lagi buka pintu, sampai kaget! Telinga aku pengang mendadak," tambah Jungeun.

"Eh kalau dipikir-pikir, itu momen pertama ada orang yang berani ngomelin Renjun kek begitu. Sebelumnya mana ada, paling kita ngomel biasa aja. Enggak bisa ngatur dia yang gimana," ujar Hani.

"Tapi dari awal jadi residen, kan emang Ryujin yang paling berani. Masih keinget gimana Ryujin dengan beraninya melintir tangan Renjun. Kebayang ngilunya. Ih!" seru Sihyeon.

"Keributan mereka itu enggak sih yang sekarang kita rindukan?" gumam Minah.

"Ih iya! Sekarang mereka mana ada ribut. Sibuk sama dunia sendiri. Orang punya bimbingan masing-masing. Ketemu aja kayaknya jarang mereka di rumah sakit," celetuk Jungeun.

"Mana Renjun baru tiga bulan yang lalu balik dari US. Enggak bisa menghindar dari kesibukan. Kayaknya bakal lama, bisa lihat mereka ribut kayak dulu," seru Sihyeon.

"Aku kalau sama Ryujin bukan ribut soal diagnosis lagi. Sekalian aja ribut di ranjang!" seru Renjun.

Jangan tanya apa yang Ryujin lakukan pada Renjun setelah itu. Yang terdengar hanyalah suara kesakitan, diiringi dengan tawa yang menggema ke seluruh penjuru studio.

Q: Pesan kalian untuk Renjun-ssi dan Ryujin-ssi?

"Hmm, enggak tahu! Apa ya?" gumam Minah.

"Semoga kalian bahagia ya!" seru Jungeun, Sihyeon, Minah, dan Hani bersamaan.

Q: Keluh kesah jadi residen di Jiju?

"Kalau ngomongin keluh kesah, ya pasti banyak!" seru Jisu.

"Empat tahun dulu kita jadi residen, enggak mungkin enggak keluh kesahnya," sahut Yangyang.

"Capek udah pasti! Menghadapi pasien yang banyak mau lah atau kalau enggak harus siap jadi detektif ketika kita enggak tahu apa sakit yang diderita pasien," tambah Heejin.

"Itu sih kalau pembimbingnya Hwang-uisanim," seru Hyejoo.

"Aku lagi kena! Lama-lama aku resign aja jadi dokter!" keluh Renjun dari balik kamera.

"Jadi kangen masa-masa residen. Sekarang mah udah pada mencar!" ucap Mijoo.

"Iya juga ya! Dari kita semua, yang jadi dokter di Jiju cuma Jaemin, Heejin, Ryujin, Chaeryeong, sama Yangyang. Aku, Oliv, sama Minjoo malah di rumah sakitnya Chenle," ucap Jisu.

"Kalian ngerasa lucu enggak sih? Sekarang Chenle malah jadi kepala departemen kalian, padahal dulu residen paling muda," celetuk Yangyang.

"Wajar sih! Rumah sakitnya keluarga doi juga," ucap Minjoo.

"Bukan hanya itu. Etos kerja Chenle tuh bagus selama jadi residen. Manajerial dia juga bagus, ya wajar dia bisa langsung naik jadi kepala departemen setelah selesai residen dan lulus ujian dokter spesialis. Mau pewaris Jiju atau Chanse, sama aja mah. Ambisius, tapi dengan cara yang berbeda," tambah Heejin.

"Eh kok kita malah out of topic sih ngobrolnya," ucap Hyejoo saat menyadari obrolan mereka sedikit melenceng dari pertanyaan yang diajukan.

"Intinya sih, keluh kesahnya banyak. Walau rindu, aku sih enggak mau kalau disuruh ngalamin lagi sekali. Udah jadi dokter spesialis juga, ngapain balik lagi jadi residen," sahut Jisu.

Q: Dokter favorit kalian selama jadi residen?

"Dokter Sihyeon!" seru Jisu dan Minjoo.

"Dokter Jungeun lah!" seru Yangyang, Heejin, dan Hyejoo.

"Enggak ada yang milih aku gitu?!" seru Renjun.

"Yang mau milih kamu siapa sih?" cibir Ryujin.

"Kamu milih aku kan? Bukan hanya jadi dokter favorit kamu, tapi jadi pemilik hati kamu juga kan?" gombal Renjun.

"Norak banget sih!" omel Ryujin.

Q: Di antara kalian, siapa yang paling bar-bar?

"Enggak ada paling mah!" seru Yangyang.

"Dibanding bar-bar, kita tuh berbeda. Like, setiap residen di Departemen Pain Management tuh unik-unik," tambah Heejin.

"Yangyang suka banget narsis soal kegantengan dia. Oliv suka nulis cerita fiksi yang berputar di dunia medis. Minjoo suka banget bawa bunga sebuket ke rumah sakit. Kalau gue sama Heejin tukang rumpi. Jaemin ngebucin, neleponin Hina mulu. Chaeryeong suka banget ngomongin makanan. Chenle sama aja kayak Jaemin, tapi ngebucinnya ngilang ke lantai departemennya Yireon," cerita Jisu panjang lebar.

"Ini jangan-jangan kisah cinta Hwang-uisanim dan Ryujin, kamu jadiin cerita fiksi ya Liv?" tuduh Yangyang.

"Mana ada! Sembarangan aja oppa kalau ngomong!" omel Hyejoo.

"Loh? Ryujin ngapain ya sukanya? Dia doang belum disebut," celetuk Minjoo.

"Ryujin? Tukang ribut dia mah," balas Yangyang.

"Dia mah, sehari enggak ribut kayaknya enggak afdol deh!" seru Jisu.

"Ya tapi enggak aneh sih! Pembimbing aja kek begitu, gimana enggak ribut setiap saat," cibir Heejin.

"Ya Tuhan! Aku mulu kalian salahin!" omel Renjun.

Q: Ada yang mau kalian ucapkan pada Renjun-ssi dan Ryujin-ssi?

"Jangan ribut mulu!" pekik kelimanya berbarengan.

"Mana ada aku sama Hwang-uisanim ribut. Dulu iya, sekarang enggak kok!" elak Ryujin.

"Katanya ribut di ranjang!" celetuk Yangyang.

"Kalau itu mah dari dulu, iya enggak chagiya?" ucap Renjun, menggoda Ryujin dengan merangkul bahu si wanita. Ryujin yang kesal dengan ucapan yang keluar dari mulut sang suami, langsung menyikut perut Renjun.

"Awhhh!"

Q: Untuk Soojin-ssi, ada perbedaan enggak setelah Miyeon-ssi tiada?

"Bedanya kerasa banget. Biasanya aku ngikutin Miyeon-unnie kemana-mana. Sekarang enggak gitu lagi, udah sibuk ngurusin artis yang lain. Ya, live must go on kan ya istilahnya," balas Soojin.

"Kalau soal manajemen kantor?"

"Enggak ada yang beda sih. Cara kerja Jeno dan Haechan kurang lebih sama. Tapi enakan sama Haechan sih, soalnya enggak kaku hehehe," ungkap Soojin.

"Noh! Soojin-noona lebih suka kamu yang mimpin. Balik aja naik jadi pimpinan," celetuk Jeno.

"Ogah! Mending jadi investor kayak sekarang, duit ngalir selama kamu benar aja nge-promosiin artis kamu. Selain itu, waktuku jadi lebih banyak buat kelonan," balas Haechan.

Q: Untuk Chaeyoung-ssi, apakah ada penyesalan setelah Miyeon-ssi tiada? Lalu, adakah yang ingin dikatakan untuk Miyeon-ssi?

"Menyesal sekali. Aku bahkan belum minta maaf ke Miyeon, atas semua kesalahan yang aku perbuat di masa lalu," ucap Chaeyoung.

"Miyeon-ah, maaf kalau aku berbuat sekeji itu padamu. Semoga kamu tenang di sana."

Q: Untuk Jaehyun-ssi, waktu tahu kalau anak yang Miyeon-ssi kandung adalah anak Anda, apa yang terbesit dalam pikiran?

"Penyesalan," jawab Jaehyun.

"Penyesalan karena aku sudah menuduh dia yang enggak-enggak. Coba aku tahu fakta yang sebenarnya, pasti aku akan jadi pria paling beruntung saat itu," tambah Jaehyun.

"Tapi, penyesalan tidak akan membawa kita ke masa lalu. Jadi, yang bisa aku lakukan adalah berdamai dengan kehidupan dan tetap menyayangi Chaeyoung. Seburuk apapun dirinya di masa lalu," tutup Jaehyun.

Q: Untuk Chenle-ssi, kok bisa bersahabat dengan dua wanita? Apa enggak canggung?

"Enggak sama sekali!" balas Chenle.

"Kita mah sahabatan enggak pernah mentingin gender," sahut Chaeryeong.

"Bukan itu sih alasannya," ucap Chenle.

"Apaan dong?!"

"Kamu sama Ryujin enggak ada cewek-ceweknya! Aku berasa temenan sama cowok tahu!"

"Heh kampret! Kamu masih meragukan kelamin aku sama Ryujin?!" omel Chaeryeong.

"Santai ah! Baru gitu aja udah ngomel. Yang benar sih, karena Chaeryeong sama Ryujin itu bukan tipe yang judgemental sama orang. Kayak, mereka berusaha memahami ketika aku punya masalah, dari sudut pandangku dulu. Terus baru mereka lihat dari pandangan lain. Mereka bukan tipe yang suka berpihak-pihak. Kalau aku salah ya salah, kalau aku benar baru mereka bela aku," terang Chenle.

"Selain itu, aku jadi sulit dideketin sama cewek centil di kampus. Udah ada dua bodyguard cantik dan kuat, aman lah hubungan aku sama Yireon hehehe," tambah Chenle.

"Sialan!"

Q: Kalian pernah kepikiran buat pacaran dengan satu sama lain kah?"

"Loh kok pertanyaannya gitu sih! Ganti!" teriak Haechan.

"Diam aja napa sih! Bacot!" omel Soojin sembari memukul kepala Haechan dari belakang.

"Noona!"

"Suami kamu bacot banget sih," ucap Chenle.

"Bukan Haechan-oppa kalau enggak bacot. Sejak nikah, kadar bacot dia naik tiga kali lipat," terang Chaeryeong.

"Eh, tadi pertanyaannya apa deh? Sampai lupa karena bacotan Haechan-hyung," ucap Chenle saat pembicaraan melenceng.

"Eh iya. Kepikiran enggak pacaran dengan satu sama lain, hmm....enggak sih," ungkap Chaeryeong.

"Sama! Enggak kepikiran. Sama Ryujin pun enggak," sahut Chenle.

"Ya gimana kepikiran, orang dari masuk kuliah kamu udah ngejerin Yireon-unnie. Inget banget nih, kita pada benar-benar sahabatan malah karena kegilaan Chenle yang mau loncat dari lantai lima gedung kampus karena enggak dilirik-lirik sama Yireon-unnie. Padahal statusnya waktu itu Yireon-unnie baru aja putus sama mantan brengseknya, ya kali siap buat langsung pacaran sama cowok baru. Aneh!"

"Kagak usah diingetin!"

Q: Kalau menyimpan perasaan ke satu sama lain ada enggak?

"Ada," sahut Chaeryeong.

Chenle menoleh ke arah Chaeryeong. "Serius?! Kamu pernah suka sama aku? Kapan? Ngaku kamu!"

"Iya, aku dan Ryujin menyimpan rasa kasihan sama kamu yang dulu desperate karena cinta, sampai mau loncat gedung," lanjut Chaeryeong.

"Stop!" teriak Chenle

Q: Kalian kan udah punya pasangan masing-masing, terus Chenle-ssi juga udah punya anak yang seumuran sama Jinah. Chaeryeong-ssi ada keinginan nyusul kah?"

"Udah nyusul kok. Sekarang lagi isi, jalan tiga bulan hihi," ucap Chaeryeong.

"Kalau anak kamu cewek, jodohin sama Yiro aja. Aku enggak mau Yiro sama Jinah, soalnya anak Ryujin," celetuk Chenle.

"Wah! Kamu diskriminasi ya sama aku!" teriak Ryujin.

"Ogah lah! Apaan tuh main jodoh-jodohan? Emang kamu pikir ini jaman Joseon apa?" balas Chaeryeong sengak.

"Udah rapi kan kemeja aku?"

"Kalau rambut aku gimana?"

"Celana udah naik resletingnya? Tadi kamu kan abis dari kamar mandi."

Saeron paling tidak suka bergabung dengan Jaemin, Hyunjin, dan Haechan. Tiga orang itu, makin tua malah makin bocah. Ribut mulu, kalah sama anak SD.

"Kalian tuh bisa enggak sih duduk anteng, sebentar aja! Ini kan kita lagi di wawancara!" omel Saeron tidak sabar.

"Oh iya!"

"Maaf Nyonya Nam!"

Q: Perasaan kalian bisa kumpul bareng lagi?

"Senang dong! Akhirnya kita enggak musuhan lagi!" teriak Haechan.

"Ih! Yang milih musuhan kan kamu Chan!" seru Hyunjin.

"Hei! Mana ada? Aku kan cuma ngikutin Paduka Jeno. Kemana paduka pergi, aku ikut," sanggah Haechan.

"Heh! Jangan bawa-bawa nama aku ya! Kan kamu sendiri yang secara sadar ngikutin aku, mana ada aku nyuruh!" omel Jeno.

"Shut up Lee Jeno!" ucap Haechan.

"Udah ah! Kapan bisa serius sih kalian tuh?" omel Saeron, membuat Haechan dan Jeno berhenti sahut-sahutan dari jauh.

"Aku pribadi senang sih. Kita bisa rame-rame lagi. Sumpah sih, rindu banget sama keakraban kita pas masih bocah," ucap Hyunjin.

"Ih iya sama! Aku jadi inget momen kita sepedaan. Bertujuh, keliling Sungai Han. Saeron sama Herin berdua, Herin dibonceng Saeron. Terus kita cowok-cowok pada tanding, sejauh apa bisa ngayuh sepeda. Saeron sama Herin awalnya bisa ngikutin, tapi abis itu enggak kuat. Mereka berhenti tengah jalan, terus ke minimarket paling dekat. Kita sih tinggal nyusul, datang-datang udah jadi aja gitu ramyun buat kita. Gila ya! Itu kita umur tiga belasan kali ya, udah kek gitu serunya," kenang Jaemin.

"Reka ulang aja gimana? Belum ada kan kita main ke Sungai Han sejak kumpul lagi. Kita kebiasaan makan di restauran atau kafe sih setiap ketemuan," ajak Saeron.

"Ide bagus! Kapan nih?" tanya Haechan antusias.

"Abis interview ini aja. Pada kosong kan? Mumpung kita ada semua nih!" ucap Saeron.

"Call!"


Q: Sempat canggung enggak pas kumpul lagi? Kan sebelumnya kayak ada dua kubu di antara kalian. Renjun-ssi dengan Jaemin-ssi, Hyunjin-ssi, dan Saeron-ssi, sementara Jeno-ssi dengan Haechan-ssi dan Herin-ssi.

"Canggung banget lah! Inget aku, yang Haechan tiba-tiba muncul pas aku, Renjun, sama Jaemin lagi makan siang. Kek enggak ada angin enggak ada hujan, tiba-tiba muncul gitu loh. Itu aja udah canggung," cerita Saeron.

"Waktu Renjun kecelakaan sam koma, baru kan kita bisa interaksi benar-benar sama Haechan. Itu juga canggung parah. Haechan mana formal banget sama kita," tambah Hyunjin.

"Eh tapi cuma stay di awal-awal aja kok canggungnya kalau sama Haechan. Gara-gara kamu sih Ron, mendadak nangis kejar. Bilang kalau senang akhirnya bisa balik sahabatan lagi. Si Haechan langsung keluar tingkah setannya," ucap Jaemin.

"Kan aku lagi salah! Bersifat formal salah, bersifat kek dulu juga salah! Mau kalian apa?" omel Haechan tidak terima.

"Eh tapi lebih canggung pas interaksi sama Herin sama Jeno enggak sih? Like, kita baru benar-benar bisa kumpul setelah Jeno keluar dari penjara. Pas itu Renjun masih di US," ucap Hyunjin mengalihkan topik.

"Itu parah sih asli! Mungkin karena kita tahu apa yang Jeno perbuat, jadi ada ketakutan kita bakal digituin sama dia. Tapi setelah lihat perubahan dia, malah biasa aja kitanya. Ya udah terus keluar bareng, kayak enggak ada apa-apa sebelumnya," sahut Jaemin.

"Kalau sama Herin nih, yang agak susah buat balik kek dulu. Dia mah nempelnya sama Ryujin dan Chaeryeong mulu. Jadi lebih sering berlima kalau kumpul, berenam kalau sekarang karena Renjun sudah kembali," ucap Saeron.

Q: Untuk Saeron-ssi, berada di antara pria-pria menawan seperti sahabat Anda tuh menyenangkan kah? Sempat enggak tertarik dengan salah satunya sebagai lawan jenis?

"Hmm, kalau afeksi yang kayak cinta atau sekedar crush sih, sama sekali enggak pernah!"

"Ey!" seru Jaemin, Hyunjin, dan Haechan, serta Jeno dan Renjun yang berada di balik kamera, seakan tidak percaya dengan pernyataan Saeron.

"Ih beneran kok! Aku udah hapal bentukan kalian-kalian selama bertahun-tahun. Enggak ada aku suka dalam artian gitu," ucap Saeron.

"Dibanding begitu ya, aku lebih ke arah kagum sih sama kalian. Kalian itu sosok-sosok yang memotivasi aku menjadi Saeron yang sekarang. Aku ingat, waktu itu masih umur sepuluh tahun. Untuk anak SD, tekanan untuk dapat nilai terbaik itu berat banget," cerita Saeron kemudian.

"Ya tekanan pendidikan di negara kita emang tinggi sih," celetuk Haechan.

"Nah iya itu! Aku sendiri bukan tipe orang yang pintar gitu lah. Nilaiku sering jeblok, yang bikin aku enggak semangat. Tapi kalian dengan sabar mau bantuin aku belajar. Bantuin aku buat mengerti lebih dalam lagi soal materi di sekolah. Bahkan enggak segan buat melukin aku ketika usaha yang aku lakukan belum menghasilkan apa yang aku inginkan. Sampai akhirnya aku bisa ranking pararel ketiga se satu sekolah waktu lulus SD. Enggak sampai di situ, kalian tetap menyemangati aku setelah lulus SD. Juga jadi pihak yang senang banget waktu aku memutuskan sekolah perawat, well ya enggak semua karena posisinya waktu itu pada mencar," lanjut Saeron.

"Makasih ya sahabat-sahabatku yang menyebalkan tapi ku sayang!" pekik Saeron.

Jaemin, Hyunjin, dan Haechan yang mendengar penuturan Saeron langsung memeluk si wanita erat. Renjun dan Jeno juga ikutan memeluk, membuat Saeron kesulitan bernapas.

"Woy udah ah!" teriak Saeron, tapi seperti akan lama bagi kelima sahabatnya itu melepas pelukan mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

674K 39.6K 26
Spinoff Lafal Cinta Untuk Shanum CAST : Rizky Nazar dan Cut Syifa _________________________________________ Blurb Begitulah kehidupan, manusia hanya...
39.6K 5K 45
Kim Min Jeong yang secara tiba-tiba menjadi pacar seorang Jung Jaemin yang pintar dan populer disekolahnya.
15K 1.8K 70
Just a little story about Ningning finding a cure for her broken wings. Who's the cure? Is that someone new or someone who already with her for long...
637 131 8
"Cinta yang tidak pernah usai." adalah kalimat yang menggambarkan perasaan di antara Huang Renjun dan Ning Yizhuo. Hubungan yang sempat terjalin, ter...