AREGA [End]

By kastarasa

75.4K 6.1K 1.9K

‼️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA‼️ Happy Reading 🧡 "Gue suka lo...." "....mulai hari ini lo pacar gue," "Hahaha... More

prolog
01| Di hukum
02| Belajar Bareng?
03| Belajar
04| Suara Emas Alysa
05| Timezone
06| Jadian
07| Hujan.
08| Balapan
09|Jadi Kapan Putus?
10| Karena Pantai Itu Tenang
11| Main Basket Bareng
12| Diga Kenapa?
13| Baikan
15| Telat
16|Makan Bakso
17| Siapa Dia?
18| Zidan lagi?
19| Dihukum pak Amir
20| Hari pertandingan
21| Rehan Bertengkar
22| Debat calon ketua osis
23| Tragedi Memalukan
24| Hangout
25| Celaka
26| Tawaran Pak Amir
27| Kak Dimas Pembawa Petaka
28| Hari Pertandingan Alysa
29| Adik kelas Centil
30| Rumah Nadila
31| Asep Koma
32| Hadiah kecil
33| Hari Ulang Tahun Diga
34| Devigos
35| Putus?
36| Gavin Bucin Mode On
37| Ketua Basket
38| Balas Dendam
39| Dia sakit apa?
40| Rencana Gavin
41| Tradisi Sekolah
42| Dunia repot
43| Upacara Terakhir.
44| Tuduhan Palsu
45| Serangan Ralax
46|Menguatkan diri
47| Siapa?
48| CCTV
49| Alasan putus
50| Curiga
51| Misteri
52| Hari kelulusan
53| Terungkap
54| Kembali Pulang
55| The end
Extra part: Selamat jalan
Surat Kecil dari Arega
INFO!!!!!
COMING SOON?????

14| Kembali ke sekolah

1.3K 109 26
By kastarasa

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

Diga menuruni anak tangga menuju meja makan untuk sarapan bersama keluarganya lebih tepatnya hanya dengan mama juga Ica dimana hari ini hari pertama Diga kembali bersekolah setelah tiga hari lamanya hanya berdiam diri di rumah untuk menjalani hukumannya.

"Pagi," Sapa Diga yang mengacak rambut ica dan lansung duduk di meja makan.

"Berantakan kan," Ucap Ica yang memanyunkan bibirnya.

Mayang hanya bisa geleng-geleng kepala menatap kelakuan putranya."Diga jangan di ganggu adeknya,"

"Ica aja yang cengeng," Ejek Diga kembali yang membuat Ica hampir menangis

"Diga," Tegur mama Diga kembali.

"Iyaa ma maaf," Ucap Diga yang kini menggendong Ica ke pangkuannya.

"Yaudah yuk sarapan dulu," Ajak mama Diga.

Setelah selesai menyantap sarapan di rumah. Diga memacu motornya menuju rumah Alysa untuk pergi bersama ke sekolah.

Pagi ini, Diga berhasil menarik perhatian warga SMA Nusa Bakti di sepanjang koridor karena kembali bersekolah setelah tiga hari lamanya menjalani skorsingnya. Jujur saja, sekolah sedikit terasa damai tanpa kehadirannya, guru-guru pun dapat sedikit bernafas lega karena tiga hari tidak di suguhkan kelakuan Diga.

Sesekali Diga membalas melempar senyum hangatnya pada siswa atau siswi yang menyapanya. Tapi di mata Alysa itu lebih dari sekedar sifat ramat, lebih tepatnya narsis."Narsis,"

Diga tidak bisa menahan tawanya saat mendengar celetukan ketus yang di luncurkan Alysa padanya."Kenapa? Kamu cemburu?" .

"Dih pede," Ucap Alysa cepat.

"Udah ngaku ajaa al," Jawab Diga dengan menaik turunkan alisnya membuat Alysa salah tingkah.

"Dasar kepedean," Ucap Alysa saat mereka sudah tepat di depan kelas Alysa.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Alysa meneruskan langkahnya memasuki kelas, tapi ada yang berbeda dari gadis itu hari ini, raut muka yang jauh lebih baik dari kemarin. Itu jelas terpancar.

Belum genap dua langkah Alysa berjalan masuk ke kelasnya, Galang mulai menyulut emosinya. "Eh ada Mak Lampirnya gue nih,"

Alysa mengangat kedua tangannya. " Mau gue tabok pake tangan sebelah mana?" Tanya Alysa tajam.

"Gak deh Al ,silahkan lewat kanjeng ratu Alysa ," Ucap Galang yang tidak mau bahunya jadi sasaran kemarahan Alysa.

Alysa lansung saja kembali meneruskan langkahnya ke kursi miliknya."Udah baik aja enak di pandang muka lo , gak asem kaya kemarin," Ucap Dinda saat Alysa duduk di bangkunya.

Alysa tampak tersenyum menanggapi ucapan Dinda. " Sirik aja Lo," Jawab Alysa.

"Udah yuk ganti baju olahraga," Ucap Alysa.

Setiba di ruang ganti mereka yang lansung menuju loker untuk mengambil baju olahraga dan menggantinya di ruang ganti. Setelah mengganti setelannya, Alysa melipat kembali baju sekolahnya, berjalan dan memasukkannya ke loker miliknya.

" Alana sama Nadila mana ya? biasanya ketemu kalo di ruang ganti," Tanya Dinda heran karena kebetulan hari olahraga mereka sama dan selalu bertemu di ruang ganti.

Alysa menggeleng tidak tau, memang jadwal olahraga mereka bersamaan, tapi anehnya dua gadis itu entah dimana sekarang. "Udah di lapangan mungkin, yuk ke lapangan ajaa sekarang,"

🌼🌼🌼🌼

Sudah 30 menit lamanya Alysa dan teman sekelasnya menunggu kedatangan pak Rizal selaku guru olahraga kelasnya. Alysa mulai mengibas-ngibas kan tangannya ke wajahnya karena matahari pagi yang mulai terik. Keringat mulai bercucuran, muka mereka bahkan kini mulai memerah menahan hawa panas.

Pak Rizal biasanya akan izin jika berhalangan hadir, tapi anehnya kini guru itu belum menunjukkan kabar apapun.

Galang melirik ke kiri dan ke kanan, berharap pak Rizal datang."Mana sih pak Rizal? Dari tadi udah kita tungguin kok gak adaa ya,"

Dinda melirik Galang yang hanya terduduk manis di sana, padahal laki-laki itu adalah ketua kelas."Lang, Lo kan ketua kelas,sana cari,"

"Dih ogah," Tolak Gilang mentah-mentah.

Mereka memutuskan untuk menunggu karena tidak ada seorang pun yang mau bertanya ke ruang guru karena letak ruang guru lumayan jauh dari lapangan tempat mereka duduk. Duduk di dalam kelas pun bisa di pastikan mereka akan di tuduh membolos oleh Bu Iren.

Saat mereka masih menunggu dengan melakukan kegiatan masing - masing, tiba-tiba pak Amir berjalan dengan membawa bola basket di tangannya.

"Loh? Kalian gak olahraga?" Tanya pak Amir pada mereka.

Serempak semuanya menggeleng. "Pak rizalnya belum datang deh kayanya pak,"

" Loh kan pak Rizal lagi izin , yasudah kalian gabung sama kelas 11 IPA A aja ," Ucap pak Amir yang di setujui mereka semua.

Alysa bersama yang lainnya akhirnya bergabung dengan kelas 11 IPA A , kelas Alana dan Nadila juga Diga, tapi anehnya tidak ada Diga bersama temannya di sana. Itu sedikit aneh.

Alana yang melirik ke sampingnya, melihat Alysa mengedarkan pandangannya di antara murid kelasnya sedari tadi. Sudah pasti seseorang yang dicarinya tidak ada di sana. "Nyari Diga?"

Tebakan Alana tepat sasaran, Alysa menggeleng mengelak."Hah? Gak kok,"

"Udah lah al ngaku ajaa," Ucap Alana yang menahan senyumannya dengan kelakuan sahabatnya kini.

"Tuhh Diga," Ucap Alana sembari menunjuk ke ujung lapangan.

Alysa sontak berjinjit setelah mendengar ucapaan Alana dan diantara bahu-bahu yang memehuni pandangannya Alysa bisa menemukan Diga dan teman-temanya yang sedang berdiri di ujung lapangan. Sebelah tangan yang terangkat di atas alis layaknya orang yang tengah menghormat tiang bendera.

" Mereka ngapain?" Tanya Alysa bingung.

"Senam pagi ya lagi di hukum Alysa," Ucap Alana kesal dengan kelemotan Alysa.

"Yaa maksud gue di hukum karena apaa?"

" Ya lo kira gue nyokap mereka, tau segalanya,"

"Baru selesai hukuman kemarin eh sekarang ada lagi,"

"Baik sekarang kita mulai pemanasan ya,Galang kamu tolong pimpin ya ," Ucap pak Amir yang di patuhi Galang.

"Bapak ada urusan, jadi kalian bebas ," Ucap pak Amir.

Mereka melakukan pemanasan sesuai dengan yang Galang peragakan di depan. Mulai dari kepala hingga ke kaki.

Setelah selesai dengan pemanasan, Alysa bersama temannya memutuskan untuk pergi ke kantin untuk sekedar membeli air mineral. Jujur saja, meskipun olahraga belum dimulai sepenuhnya, tapi sinar matahari hari ini sangat menyengat.

Setibanya di kantin mereka lansung mengambil air mineral dingin dan mencari kursi kosong untuk sekedar mendinginkan badan.

Membayangkan kembali kelapangan kembali membuat Alana sangat malas sekarang, masa bodoh jika Bu Iren akan menghukumnya sekarang. "Duduk di sini aja deh yuk, mager gue ke lapangan,"

Semuanya mengangguk setuju, itu saran yang sangat mereka butuhkan sekarang. Kembali ke lapangan lagi? Membayangkannya saja sudah membuat malas.

Alysa yang baru membeli minum kembali ke meja tempat sahabatnya berada. "Gue ke lapangan bentar deh ya,"

🌼🌼🌼🌼

Langkah kaki Alysa mambawanya menuju lapangan dimana tempat Diga bersama teman-temannya masih berdiri di ujung lapangan. Muka kelima laki-laki itu kini mulai memerah karena menahan panasnya sinar matahari.

Melihat kehadiran Alysa disana, Diga menyambutnya dengan senyum hangat."Masih di hukum?" Diga mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Alysa.

"Lo gak bawain minum gitu?" Tanya Asep yang sudah sangat frustasi di bawah sinar matahari.

Alysa mendelik."Lo kira gue tukang galon,"

Kelas Alysa kini tengah memainkan olahraga baseball. Galang yang akan memukul bola melihat sosok gadis yang tidak asing dimatanya. Galang lansung melirik ke belakang, meneliti satu persatu wajah, benar saja, tidak ada Alysa di sana sekarang."Woii Alysa , sini balik ke lapangan,"

Alysa menoleh ke sumber suara, melihat Galang yang kini menatapna kesal."Gue mau ke kantin ajaa,"

"Gue buat alpa ya lo," Teriak Galang yang sedang memegang absen di tangannya.

"Gue tabok pake sapu," Balas Alysa yang di balas geleng-geleng kepala oleh Galang.

Telinga Asep sudah sangat panas sekaligus sakit, bagaimana tidak? Alysa berteriak dengan kekuatan full di samping telinganya. "Buset suara cewek lo ngalahin toa mesjid ga,"

Mendengar apa yang dikatakan Asep, Alysa berbalik menatap Asep tajam. " Heh marmut, mau gue tabok pake sapu juga lo?" Tanya Alysa. Asep lansung menggeleng.

Gavin mengusap keringat yang bercucuran di dahinya. Gavin menyerah, dirinya tidak lagi kuat menahan matahari yang membakar kulitnya itu. "Gue cabut, nyerah gue panas banget,"

Rakha dan Leo juga mengikuti langkah Gavin yang mulai berjalan ke arah koridor, meninggalkan lapangan dan menuju ke kantin untuk sekedar mendinginkan tenggorokan mereka.

Asep masih setia berdiri di posisinya, dirinya juga sudah tidak tahan dengan panasnya lapangan itu, tapi dilain sisi Asep juga takut jika Bu Iren tau. "Kalo ketauan gimana ?"

"Tenang, gue yang atur," Ucap Gavin santai yang di angguki Asep.

Sedangkan di tempat lain Diga masih setia berdiri memerhatikan Alysa dalam, melihat Diga menatapnya membuat Alysa merasa tidak nyaman hingga mengalihkan pandangannya ke kiri dan ke kanan.

" Apa sih ga," Ucap Alysa yang mulai merasa risih.

Diga mengambil tangan Alysa, menuntun gadis itu berjalan di belakangnya, entah kemana tujuan Diga kali ini. Alysa juga tidak tau.

"Mau kemana?"

"Rooftop,"

Alysa tidak lagi menanyakan hal apapun atau melayangkan protes, dirinya hanya pasrah mengikuti langkah Diga.

Langkah demi langkah hingga membawa keduanya di hadapan hamparan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Untung saja rooftop sekolah mereka di lengkapi atap di atasnya, jadi berada di sana dalam waktu apapun bukan masalah besar.

Melihat hamparan gedung-gedung dari atas sana membuat seolah Alysa selalu dibuat takjub sekaligus senang, entahlah. Mungkin bagi sebagian orang pemandangan itu terlihat biasa saja, tapi dimatanya itu sangat indah.

"Cantik ya pemandangan dari sekolah kita ternyata,"

Diga menoleh ke lawan bicaranya, kedua sudut bibirnya reflek terangkat. Memperlihatkan senyum hangatnya. "Iya, cantik,"

🌼🌼🌼🌼

Tangan Alysa terulur hendak membuka loker untuk mengambil baju seragamnya karena jam olahraga kini sudah berakhir. Seketika Alysa di kagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba menariknya tangannya dari belakang.

"Apaan apaan sih lo," Ucap Alysa emosi dengan gadis di hadapannya kini.

"Apaan apaan lo bilang? Gue bilang jauh-jauh dari Diga, budek lo?" Tanya Oliv dengan muka merah padamnya.

"Emang lo siapanya Diga? Mamanya? Bapaknya? Atau pacarnya?" Tanya Alysa dengan suara halus dan seringai di akhir kalimatnya. Olivia yang mendengar pertanyaan sarkas Alysa ikut terdiam karena tak tau harus menjawab apa, karena memang dirinya bukan siapa-siapa Diga.

"Suka sama orang itu hak lo, tapi jangan malah keliataan bodoh," Ucap Alysa halus sebelum meninggalkan Oliv dengan muka merah padam menahan marah sekaligus malu dengan perlakukan Alysa tadi.

Kriingggggg......... Kringgggggg

Bel tanda jam pulang sudah tiba. Diga sudah duduk dengan rapi di atas motornya untuk menunggu Alysa sembari memainkan handphone hingga tidak menyadari kehadiran Alysa disana.

"Ojek bang?" Tanya seseorang yang membuat Diga menoleh saat sedang asik dengan handphonenya.

Diga sedikit tersentak mendengar suara seseorang tiba-tiba, ternyata itu Alysa."Supir bis dek,"

"Sejak kapan bis roda dua?"

Diga terkekeh ringan menanggapi pertanyaan Alysa."Udah cepetan naik ,"

Motor Diga melajukan melewati gerbang SMA Nusa Bakti, jalanan yang masih lenggang, hanya diisi dengan beberapa anak sekolah yang baru pulang seperti mereka.

Saat sedang melanjukan motornya Diga tiba-tiba membelokkan motornya ke cafe perempatan jalan, tempat yang biasa mereka kunjungi. Itu diluar rencana.

"Kok ke sini?"

Diga tersenyum memperlihatkan deretan giginya, meski sudah menyantap makanan di kantin tapi perutnya masih berteriak keroncongan. "Aku laper, temenin aku makan dulu deh,"

Susana dalam cafe itu masih sama seperti biasanya, tampak tenang. Keduanya memutuskan duduk di meja paling sudut di ruangan tersebut. Tempat biasa mereka saat mengunjungi cafe tersebut.

Tidak lama setelah mereka duduk, waiters membawakan buku menu menghampiri meja mereka.

"Mau pesen apaa?"

Tanpa melihat buku menu Alysa sudah tau apa yang akan di pesannya, dirinya sedang tidak lapar, hanya ingin minuman manis."Capuccino dingin aja deh,"

"Saya nasi goreng spesial sama capuccino dingin ya mbak,"

"Baik di tunggu yaa ," Ucap Waiters yang lansung berjalan meninggalkan meja mereka.

" Kamu di hukum kenapa tadi?" Tanya Alysa yang kembali membuka pembicaraan.

Diga menatap lawan bicaranya, tidak bisa menahan senyumnya saat Alysa menanyakan pertanyaan itu.
"Jadi sekarang ada yang udah mulai khawatir?" Tanya Diga dengan menaik turunkan alisnya.

Alysa memutar bola matanya malas, Diga selalu menjahilinya dengan berbagai hal."Jangan kepedean,"

" Yaudah aku gak jawab," Ucap Diga dengan mendekap kedua tangannya.

Mendengar jawaban Diga, Alysa kesal bukan main. " Sumpah ngeselin banget,"

"Biarin," Ucap Diga sembari menjulurkan lidahnya.

"Seriusan, cepet ceritain," Ucap Alysa yang terlanjur penasaran.

"Yaudah yaudah, "

" Gitu dong," Ucap Alysa dengan tersenyum memperlihatkan giginya.

" Karena Bu Iren ngeliat aku ngerokok di rooftop jadi di hukum deh," Jawab Diga seadanya.

" Oooo," Ucap Alysa sembari menganggukkan kepalanya.

"Gitu doang susah banget nyeritainnya,"

"Ini itu ekslusif tau gak? Gak ada yang bisa denger cerita ini dari aku kecuali kamu,"

"Kesempatan ekslusif yang sangat berguna," jawaban dari Alysa membuat Diga terkekeh, tadi gadis itu tampak sangat penasaran tapi kini berganti kecewa karena itu bukan berita besar.

Ingatan Alysa kembali berputar ke hari kemarin, dimana Diga tiba-tiba mendiaminya tanpa penjelasan, Alysa rasa perlu ada pembahasan agar hal itu tidak terulang kembali."Ga,"

"Hm,"

Alysa menggigit bibir bawahnya, berusaha menata kalimat yang baik agar tidak ada salah paham."Kalo ada yang janggal atau gak nyaman tu bilang, bukan lari dari masalah,"

Diga paham kemana arah pembicaraan Alysa. Itu pasti tentang kesalahpahaman mereka kemarin. Diga menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Alysa.

" Ini pesanannya," Ucap waiters di tengah pembicaraan mereka.

Setelah menerima pesanan, mereka lansung melahap makanan yang ada di sana, ditambah suasana hujan tapi perbincangan kedua insan itu kian menghangat setiap waktunya.

Jangan lupa vote, coment dan follow yaa temen-temen biar semangat buat update setiap hari

Maaf kalo tata penulisannya masih banyak yang salah.

Suka baca quotes? Denger podcast boleh lansung cek ada Instagram: kastarasa_

See you next part 🌻

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 248 14
[FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM BACA!!] Ini merupakan sebuah kisah tentang Alaskar yang memiliki kedudukan sebagai ketua geng motor yang paling terkenal...
84.2K 3.5K 46
⚠️CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA SEDIKIT KASAR⚠️ ⚠️DAN MENGANDUNG KEKERASAN⚠️ ⚠️TIDAK UNTUK DI TIRU⚠️ ------------------------------ Antarka Cevino...
21.4K 1.6K 51
-Ketika Cinta mampu mengubah segalanya- Namanya Raden Arga Megantara. Lelaki yang sering keluar masuk bk karena kenakalannya.Lelaki yang mempunya...
448K 12.8K 76
"Mulai sekarang Lo pacar gue" ucap Alister kepada Alena "Hah?! Emang lo siapa kenal aja enggak!" tanya Alena tidak terima "Kenalin gue Alister Galen...