verrückt | renryu ✔

By peisinoehina

81K 7.4K 1.7K

Deep down we realize that this disgusting secret will slowly kill us and the other, but we cannot hold back w... More

disclaimer
introduction
prolog
1. their story
2. each other's owner
3. first of everything
4. intimidating
5. being hit
6. did it
7. volunteering
8. departure
9. side to side
10. stabbed
11. dinner
12. gift from hell
13. beach talk
14. definition of love
15. suddenly
16. avoidance
17. finding out
18. sin
19. result
20. hangout
21. confrontation
22. second time
23. hell pills
24. a date
25. catasthrope
26. the plan
27. complicated
28. grudge
29. accident and the effect
30. another fact
31. deeper
32. fatal
34. solution
35. apology
36. probability
37. the real twist
38. back again
39. will you?
40. went through
epilog
closing
bonus: peace
bonus: interview (1)
bonus: interview (2)
bonus: interview (3)
real closing
promotion

33. chaos

1.1K 138 70
By peisinoehina

Miyeon mengerjapkan mata perlahan. Kelopak matanya terasa berat, namun keinginan untuk membuka netra lebih besar. Ingin menyakinkan diri bahwa ia bukan terbangun dalam mimpi, melainkan kembali ke dunia nyata.

Langit-langit berwarna putih tulang adalah objek yang mata Miyeon tangkap pertama kali. Perlahan indra-indra Miyeon yang lain bekerja. Penciumannya merasakan wangi lavender dari alat semprot pewangi otomatis. Pendengarannya bisa menangkap suara-suara mesin di ruang inap tersebut.

Kepala Miyeon lalu mendongak ke atas, menemukan beberapa kantung mengalir melalui selang infus. Masuk ke dalam tubuhnya melalui jarum yang dipasang pada tangan sebelah kiri.

Setelah sadar penuh, Miyeon berniat untuk duduk. Agak sedikit sulit karena tubuhnya masih lemas. Miyeon juga merasakan sakit dari bekas jahitan di daerah pinggangnya.

Untung saja Luda datang tepat waktu dengan membuka pintu ruang inap Miyeon. Saat melihat sahabatnya kesulitan, Luda langsung menutup pintu dan berlari menuju si wanita.

"Yeon! Jangan bangun dulu!" omel Luda sembari mendorong pelan tubuh Miyeon ke kasur.

"Mau minum Da," pinta Miyeon pelan.

Luda langsung mengambil gelas berisi air. Ia masukkan sedotan dan dengan hati-hati membantu Miyeon minum. Setelah habis, Luda dengan sigap mengeringkan bekas air dengan tisu.

"Makasih Da," sahut Miyeon.

Luda mengembalikan gelas ke nakas. Si dokter lalu berpindah mendekati tiang di mana cairan infus dan obat tergantung. Mengatur kecepatan aliran yang masuk ke tubuh Miyeon.

"Hasil operasinya gimana Da?" tanya Miyeon.

"Berjalan lancar. Endometrium berhasil kita angkat semua. Syukurnya dari prosedur yang pertama enggak ada penyebaran yang sampai keluar organ reproduksi, jadi operasinya berhasil. Kamu tinggal perlu konsumsi beberapa obat, setelah itu baru kita bisa tes soal kesiapan organ untuk dibuahi," terang Luda.

Namun Luda tidak terdengar senang saat menjelaskan kondisi Miyeon pasca-operasi. Biasanya dokter akan terlihat seperti tak ada beban saat berhasil melakukan sebuah prosedur pada pasiennya.

Luda tidak terlihat begitu. Seperti ada hal lain yang belum wanita itu jelaskan pada Miyeon. Dari ekspresinya, sepertinya Luda menyimpan berita yang tidak baik.

"Kamu kok kelihatan murung gitu tapi? Ada berita buruknya kah?" tanya Miyeon.

"Ehm..."

"Kalau ada berita baik, pasti ada berita buruk. Biasanya begitu bukan?"

"Soal itu..."

"Kasih tahu aja. Aku sudah sering berhadapan dengan berita baik dan buruk di waktu bersamaan," ucap Miyeon, menyakinkan Luda kalau apa yang akan wanita itu katakan tidak akan menjadi hambatan baginya.

Miyeon tidak tahu saja apa yang terjadi saat dirinya terbius saat operasi berlangsung hingga ia membuka mata beberapa saat yang lalu.

"Ini enggak berhubungan sama operasi kamu dan gimana urusan kedepannya. Ini soal Renjun," ucap Luda ragu.

"Renjun kenapa? Dia tahu soalnya keberadaan aku? Dia tahu aku enggak bisa hamil? Apa gimana?" tanya Miyeon bertubi-tubi.

Renjun tidak boleh sampai tahu. Bisa gagal rencana Miyeon yang membutuh waktu bulanan untuk dijalankan.

Sayangnya Miyeon tidak memprediksi kemungkinan lain yang bisa merusak rencananya, tanpa perlu rahasianya diketahui oleh Renjun. Karena ada hal yang lebih mengerikan dari sekadar ketahuan oleh Renjun.

"Lebih buruk dari itu. Renjun mengalami kecelakaan," ungkap Luda.

Netra Miyeon melebar saat mendengar berita tersebut. Ia langsung bangkit tanpa peduli dengan bekas jahitan yang belum kering pada perut bagian bawah.

"Apa kamu bilang?"

"Yeon! Jangan bangun dulu!"

Miyeon tidak mengindahkan bentakan Luda. Wanita itu langsung menarik selang infus dan berjalan tertatih keluar kamar. Tak peduli dengan darah yang mengalir dari tangan karena menarik paksa jarum infus yang menancap.

"Yeon. Istirah..."

"Diam!" bentak Miyeon.

Luda menghela napas pasrah. Memaksa Miyeon untuk kembali ke kamar setelah mendengar berita kecelakaan Renjun tidak akan menghasilkan apapun. Miyeon begitu keras kepala. Wanita itu seakan tidak ingat bahwa ia baru saja menjalani operasi.

"Yeon, kamu mau jalan ke mana sih? Kamu sendiri enggak tahu di mana Renjun sekarang," ucap Luda yang kini menyejajarkan langkah Miyeon.

"Aku..." Miyeon mendadak menghentikan langkahnya. Benar kata Luda, Miyeon tidak tahu di bagian mana rumah sakit Renjun dirawat.

"Ikut aku," ajak Luda.

Luda membawa Miyeon menuju kamar Renjun dengan sangat hati-hati. Setitik darah merembas ke pakaian Miyeon, sehingga Luda harus ada di sekitar Miyeon agar tidak lagi melakukan gerakan spontan yang dapat mempengaruhi jahitan.

Saat tiba di lorong kamar Renjun, yang pastinya berbeda dengan lorong kamar Miyeon, bentakan demi bentakan dapat Miyeon dan Luda dengar. Di depan sebuah kamar, terdapat Chansung yang tengah mengomel kepada beberapa dokter yang berdiri di depan sang direktur rumah sakit.

Miyeon tak mempedulikan keributan itu. Wanita itu dengan cepat berlari ke dalam kamar, menjauh dari Luda yang hanya bisa pasrah. Toh akhirnya ia akan tetap menangani jahitan Miyeon yang belum kering itu. Memaksa Miyeon yang keras kepala hampir sama dengan mengajak batu berbicara. Tidak akan didengar kalau Miyeon merasa tidak sejalan dengan pikirannya.

Di dalam kamar, Miyeon bisa lihat banyak alat yang menyambung pada tubuh Renjun. Mulai dari infus, selang pernapasan, serta kabel-kabel yang Miyeon tidak tahu nama serta fungsinya. Pandangan Miyeon hanya fokus pada kepala Renjun yang diperban.

Lalu beralih pada Yewon yang duduk di samping Renjun. Menangis tersedu-sedu akan kondisi putranya yang terbaring lemah.

"Renjun-ah! Kenapa kamu sampai terluka begini? Kenapa? Jangan tinggalin eomma!" lirih Yewon.

Yeji sebagai saudara kembar Renjun terlihat berdiri di pojokan, tengah berbicara dengan seseorang melalui telepon. Raut wajah wanita itu kaku, sepertinya diskusi berjalan tidak lancar dengan seseorang di seberang sana.

Langkah Miyeon memberat saat jaraknya dengan Renjun menipis. Matanya tidak bisa menerima keadaan yang terpampang. Kepalanya menggeleng pelan, mata perlahan buram.

Tidak, tidak seperti ini yang Miyeon bayangkan.

Seharusnya setelah operasinya berjalan lancar, Miyeon bisa melanjutkan rencananya. Melakukan penyatuan dengan Renjun, lalu berpura-pura lupa meminum pil kontrasepsi jika sudah berhasil hamil.

Kalau Renjun terbaring koma tanpa kejelasan kapan akan sadar seperti sekarang ini, bagaimana Miyeon bisa menuntaskan keinginan terbesarnya untuk bahagia?

"Arghhhh!" teriak Miyeon lantang, mengalihkan atensi Yewon, Yeji, dan Chansung yang berada di luar.

Yewon dengan sigap mendekati menantunya. "Sayang! Sabar ya, sabar. Renjun pasti bakal bangun! Dia enggak bakal ninggalin kita lama-lama!"

Miyeon tak bisa lagi berpikir rasional. Ia terus berteriak, menyalahkan siapapun yang bisa ia salahkan melalui ucapan di mulut. Yewon, Yeji, bahkan Luda tidak bisa menahan gejolak emosi yang wanita itu rasakan.

Ibu mertua dan iparnya mungkin mengira Miyeon merasa sedih dan tertekan karena melihat suaminya terbaring koma. Makanya wanita itu terus berteriak kesetanan. Hanya itu.

Tanpa mereka tahu kalau Miyeon berteriak karena ketakutan bahwa rencananya bisa jadi gagal dan apa yang wanita itu lakukan selama ini berakhir sia-sia.

Ryujin membuka netra perlahan saat merasakan silau lampu di ruangan. Mengerjap perlahan, menyesuaikan pandangan dengan terangnya spektrum dari lampu di langit-langit.

Sekelebat memori terlintas di kepala. Namun Ryujin tidak merasa melalui hal tersebut, di mana ia mendengar berita buruk tentang Renjun. Itu hanya mimpi kan?

Kepala Ryujin bergerak terlebih dahulu, menyitari sekitar guna mengetahui dirinya berada kini. Terakhir yang ia ingat adalah menerima telepon dari Saeron. Setelahnya ia tidak ingat apapun.

Samar, ternyata ada dua orang di ruangan yang tengah mengobrol. Yang satu Ryujin kenal. Ada Chaeryeong yang tengah mrngobrol dengan dokter yang Ryujin tidak kenal. Ia tidak kenal karena dokter itu bukan berasal dari departemen yang sama dengannya.

"Terima kasih banyak dok," ucap Chaeryeong, membungkuk pelan saat si dokter berjalan keluar ruangan dan menutup pintu.

Ryujin dirawat di salah satu ruang inap yang kebetulan kosong. Pantas saja Ryujin merasa asing. Kiranya ia akan dibawa ke ruang pemeriksaan di departemen. Sampai di ruang inap begini, apa tidak terkesan berlebihan ya?

"Eh Ryu! Udah bangun saja," ucap Chaeryeong.

Wanita itu dengan cekatan membantu memosisikan kasur menjadi tegak, agar Ryujin bisa bersandar dengan nyaman. Tak lupa juga memberikan segelas air pada sang sahabat yang sepertinya kehausan setelah tak sadarkan diri selama hampir empat jam.

"Makasih Chae," ucap Ryujin.

"Yang kamu rasain sekarang gimana?" tanya Chaeryeong.

"Enggak tahu. Oh iya, aku bisa di sini gimana ceritanya deh?"

"Kamu tadi mendadak pingsan pas nerima telepon, waktu kita mau ke coffee shop rumah sakit. Ingat enggak?"

"Ingat," balas Ryujin singkat.

"Hal yang kamu dengar di telepon sebelum pingsan ingat enggak?"

Ryujin mencoba mengingat hal-hal yang terjadi sebelum ia tak sadarkan diri. Sayangnya, tak ada satu pun memori yang Ryujin ingat. Ia gelengkan kepala sembari menatap bingung ke arah Chaeryeong.

Chaeryeong menghembuskan napas dengan keras. Terlihat seperti memikul beban yang berat di kedua bahu.

"Kamu beneran enggak ingat?"

"Ada apaan sih emang? Enggak usah ditutup-tutupi napa!"

Rasa frustasi tiba-tiba menyusup ke dalam pikiran dan rekung hati Ryujin. Apa yang sesungguhnya terjadi? Kepalanya lalu teringat akan kelebat memori yang sempat terlintas.

Apa kecelakaan Renjun itu benar adanya?

"Hwang Renjun-uisanim kecelakaan. Saeron-gaosanim yang telepon kamu tadi. Setelahnya, kamu pingsan," ucap Chaeryeong was-was, takut sahabatnya kembali pingsan seperti tadi siang.

Ryujin sendiri tertegun mendengar penuturan Chaeryeong. Memori yang terlintas tadi bukanlah mimpi belaka, melainkan fakta yang tidak bisa Ryujin hindari.

"Dok...dokter Hwang kecelakaan kenapa?" tanya Ryujin terbata-bata. Air mata mengalir begitu saja dari pelupuk tanpa sempat Ryujin tahan.

"Hwang-uisanim jatuh dari ketinggian lima meter. Enggak sengaja jatuh pas berantem sama...."

Chaeryeong ragu untuk mengungkapkan lebih lanjut mengenai kecelakaan Renjun, yang ia ketahui langsung dari Haechan saat tak sengaja bertemu di UGD.

Karena pertemuan tak sengaja itu pula, Chaeryeong akhirnya tahu seperti apa hubungan Renjun, Jeno, dan juga Haechan di masa lalu.

"Berantem? Sama siapa?" tanya Ryujin tersedu-sedu.

"Sama...Jeno-oppa," ungkap Chaeryeong.

"Jeno-oppa? Jeno-oppa ngedorong Hwang-uisanim? Kenapa?"

Ada apa sebenarnya? Apakah mereka bertengkar karena dirinya? Apalagi yang mau dibahas ketika Ryujin dan Renjun sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka?

"Aku enggak tahu kenapa. Intinya, Hwang-uisanim, Jeno-oppa, sama Haechan-oppa itu sahabatan. Sama Jaemin-sunbae, Saeron-gaosanim, dan Hyunjin-ssi juga. Tapi terus pecah kubu, Haechan-oppa sama Jeno-oppa. Karena suatu masalah yang Haechan-oppa enggak ceritakan," cerita Chaeryeong.

"Terus Hwang-uisanim sekarang gimana?" Ryujin sangat ingin tahu bagaimana keadaan pria yang sempat menjadi kebahagiaannya. Pria yang masih ia cintai hingga detik ini.

"Tadi Hwang-uisanim sempat masuk ruang operasi karena ada pendarahan di otak. Dokter di Neurologi melakukan prosedur pengambilan darah untuk mengurangi tekanan pada otak. Tapi enggak semua area bisa dijangkau karena Hwang-uisanim sempat mengalami gagal jantung. Jadi dokter malah fokus mengembalikan detak jantungnya. Sekarang statusnya koma."

"Terus untuk Jeno-oppa, I guess you should see the news," ucap Chaeryeong sembari menyodorkan ponsel miliknya.

Portal berita terpampang di hadapan Ryujin. Headline news berisikan berita tentang Jeno yang dijadikan terdakwa karena secara tidak sengaja mendorong jatuh seseorang saat berdebat. Beberapa netizen berpendapat bahwa Jeno telah melakukan percobaan pembunuhan.

Kenapa bisa seperti ini keadaannya sekarang?

"Tadi orang tua kamu sempat telepon. Mereka sekarang lagi ngadain pertemuan mendadak sama orang tuanya Jeno-oppa. Mereka mau membatalkan pernikahan kamu sama Jeno-oppa. Mereka enggak mau kamu nikah sama seorang kriminal," tambah Chaeryeong.

Tangisan Ryujin mengencang. Dadanya sakit saat dihadapkan kenyataan seperti ini. Renjun kecelakaan. Jeno pelaku yang membuat Renjun berakhir koma. Pernikahannya dibatalkan. Semua terjadi di hari yang sama.

Apalagi yang akan terjadi setelah ini?

"Ada berita lain juga," ucap Chaeryeong.

Ryujin mendongak menatap Chaeryeong. Air mata masih saja mengalir tanpa bisa Ryujin hentikan. Hatinya terlalu rapuh untuk tidak menangis.

"Aku enggak tahu kamu harus bilang selamat atau gimana. Kamu hamil, delapan minggu," ungkap Chaeryeong.

"Janin di kandungan kamu ini anak Jeno-oppa kan? Masalahnya, pernikahan kamu mau dibatalkan sama keluarga kamu," lanjut Chaeryeong.

Ryujin tertegun.

Ini tidak mungkin kan? Ia tidak pernah melakukan hubungan badan dengan calon suaminya itu, berarti tidak mungkin ia hamil anak Jeno.

Satu-satunya pria yang pernah bersetubuh dengannya hanyalah Renjun, dan itu terjadi dua bulan yang...

Sebentar.

Delapan minggu?

Berarti tepat dua bulan yang lalu saat mereka berbagi rasa untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu, Ryujin dan Renjun tak ada lagi berhubungan lebih dari sekadar pembimbing dan bimbingannya.

Ryujin tersentak saat menyadari bahwa mereka tidak menggunakan pengaman saat itu. Bahkan Ryujin tidak ingat untuk sekadar mengkonsumsi pil setelah melakukan hubungan intim dengan Renjun.

Ryujin menggeleng lemah setelah menyadari siapa anak yang ada dalam kandungannya. "Enggak. Ini bukan anak Kak Jeno."

Chaeryeong membulatkan mata saat mendengar penuturan Ryujin. "Apa? Kamu...kamu enggak lagi ngelindur kan? Pacar kamu kan Jeno-oppa, masa kamu...."

"Aku sempat selingkuh di belakang Kak Jeno. Anak ini hasil hubungan aku sama selingkuhan aku. Tepat di hari kita putus, kita ngelakuin tanpa pengaman. Aku juga enggak minum pil. Jadilah anak ini," ucap Ryujin pelan.

Seharusnya Ryujin merasa senang saat mendengar berita kehamilan dirinya. Berarti ada kemungkinan dirinya kembali bersama Renjun. Namun apa gunanya membatalkan pernikahan jika Renjun terbaring tak berdaya?

"Kamu...astaga Shin Ryujin! Kamu gila? Terus...ini...ini anak siapa? Kasih tahu aku sekarang!" amuk Chaeryeong.

Ryujin dengan ragu menyebut, "Hwang-uisanim. Aku selingkuh sama Hwang-uisanim."

Chaeryeong memijat kedua pelipisnya setelah mendengar nama yang Ryujin sebut. Perlahan pecahan-pecahan kejadian beberapa bulan terakhir menyatu di pikiran.

Pantas saja ada atmosfir yang aneh saat Renjun, Ryujin, Jeno, dan Miyeon bertemu di pernikahan Chenle dan Yireon. Yang berlanjut dengan adanya tembok tinggi tak kasat mata antara Renjun dan Ryujin hingga saat ini.

Hubungan gelap antara Ryujin dan Renjun kah yang menjadi inti dari semua permasalahan ini?

"Terus sekarang kamu mau gimana?" tanya Chaeryeong putus asa.

"Kamu mau enggak nganterin aku lihat kondisi Dokter Renjun?" tanya Ryujin ragu.

Kira Ryujin, Chaeryeong akan menolak permintaan Ryujin. Tapi Chaeryeong mengangguk, lalu dengan sigap membantu Ryujin berjalan menuju bangsal VVIP.

Saat berada di dekat kamar rawat Renjun, Ryujin melihat sosok Dokter Hwang Chansung tengah mengamuk pada beberapa jajaran dokter.

"Kalian begini saja tidak becus! Hanya operasi seperti ini kalian gagal?!"

Atensi Ryujin lalu beralih pada suara teriakan lain dari dalam kamar, disusul dengan kemunculan Miyeon yang terlihat tidak stabil. Berjalan sempoyongan,  keluar dari kamar Renjun. Terlihat benar-benar berantakan. Bahkan wanita itu sampai tak sengaja menabrak bahu Ryujin.

Beberapa saat kemudian, muncul dokter wanita dari dalam kamar. Dokter itu membungkuk pelan dihadapan Ryujin, lalu segera mengejar Miyeon yang tidak lagi terlihat.

Suara pintu dibanting membuat Ryujin dan Chaeryeong kembali mengalihkan atensi ke arah kamar Renjun. Keduanya pun berjalan menuju kamar si pria

Ryujin ketuk pintu kamar sebanyak tiga kali, sebelum membukanya perlahan. Ketiga orang yang berada di dalam ruangan lantas menoleh ke arah sumber suara.

"Kamu perlu ditemani?" tanya Chaeryeong saat Ryujin hendak masuk.

Ryujin tersenyum pelan. "Enggak usah. Aku bisa sendiri. Tapi kamu bisa enggak nungguin aku di sini?"

"Bisa. Aku tungguin kamu di sini," ucap Chaeryeong.

Chaeryeong sesungguhnya ragu membiarkan Ryujin masuk ke dalam. Perasaannya tidak enak kala memikirkan pertemuan Ryujin dengan anggota keluarga Renjun.

Tapi Chaeryeong bukan Ryujin. Chaeryeong hanya bisa mendukung keputusan yang sahabatnya pilih. Walau sesungguhnya, ia masih marah pada Ryujin karena telah melakukan hal bodoh dengan berselingkuh.

Ryujin akan baik-baik saja kah di dalam sana?

Semilir angin menerpa wajah wanita yang kini berdiri di depan jendela yang terbuka. Matanya terpejam menikmati dingin angin menyentuh kulit.

Wanita itu melangkah mendekati pinggir jendela.

Kaki si wanita menaiki pinggiran jendela dan menjatuhkan tubuhnya ke depan. Pasrah jika harus berakhir mati karena melompat dari lantai dua puluh.

Toh tidak ada lagi yang bisa ia dapatkan dalam dunia yang menyedihkan ini. Rencananya terancam gagal dan orang yang seharusnya bisa membantunya melaksanakan rencana tersebut tidak akan bisa melakukan apapun.

Mati adalah akhir yang pantas untuk manusia menyedihkan seperti dirinya.


























"Arghh!"

























Cho Miyeon, Aktris Nomor Satu Korea Selatan, Ditemukan Tewas Bunuh Diri di Pelataran Parkir Jiju Seoul Medical Centre


Maaf ya kalau update-ku lama. Sekalinya update malah bikin gempar 😭 Semoga kalian masih nungguin ya~

revised on 2020/09/04

Continue Reading

You'll Also Like

100K 5.3K 23
Selena.... Setelah 10 tahun berlalu, akhirnya aku melihatnya lagi. Sekarang dia telah menjelma menjadi wanita dewasa yang sangat cantik. Dia bahkan l...
543 73 7
Kata "Innefable" memiliki arti tak terkatakan atau tak terlukiskan seperti ketika Aku mendeksripsikanmu -Adhelard Chevalier
10.1K 1.2K 14
Body swap. Baik Haechan maupun Giselle, keduanya tidak pernah menyangka bahwa jiwa mereka akan tertukar. Di tengah penyelidikan untuk mengetahui peny...
690 53 1
Bunga mawar tumbuh dari tanah melalui air mata Sang Aphrodite. Air mata yang bercampur darah. Bunga mawar tumbuh lewat perasaan sakit dua kekasih yan...