AREGA [End]

kastarasa द्वारा

75.4K 6.1K 1.9K

‼️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA‼️ Happy Reading 🧡 "Gue suka lo...." "....mulai hari ini lo pacar gue," "Hahaha... अधिक

prolog
01| Di hukum
02| Belajar Bareng?
03| Belajar
04| Suara Emas Alysa
06| Jadian
07| Hujan.
08| Balapan
09|Jadi Kapan Putus?
10| Karena Pantai Itu Tenang
11| Main Basket Bareng
12| Diga Kenapa?
13| Baikan
14| Kembali ke sekolah
15| Telat
16|Makan Bakso
17| Siapa Dia?
18| Zidan lagi?
19| Dihukum pak Amir
20| Hari pertandingan
21| Rehan Bertengkar
22| Debat calon ketua osis
23| Tragedi Memalukan
24| Hangout
25| Celaka
26| Tawaran Pak Amir
27| Kak Dimas Pembawa Petaka
28| Hari Pertandingan Alysa
29| Adik kelas Centil
30| Rumah Nadila
31| Asep Koma
32| Hadiah kecil
33| Hari Ulang Tahun Diga
34| Devigos
35| Putus?
36| Gavin Bucin Mode On
37| Ketua Basket
38| Balas Dendam
39| Dia sakit apa?
40| Rencana Gavin
41| Tradisi Sekolah
42| Dunia repot
43| Upacara Terakhir.
44| Tuduhan Palsu
45| Serangan Ralax
46|Menguatkan diri
47| Siapa?
48| CCTV
49| Alasan putus
50| Curiga
51| Misteri
52| Hari kelulusan
53| Terungkap
54| Kembali Pulang
55| The end
Extra part: Selamat jalan
Surat Kecil dari Arega
INFO!!!!!
COMING SOON?????

05| Timezone

2.2K 295 80
kastarasa द्वारा

Jangan lupa vote , coment and follow

Setiba Alysa di rumah ternyata ayah dan bundanya mengabari jika harus pergi karena ada urusan dan kakaknya pun sedang ada urusan di kampus jadi mau tak mau Alysa pergi untuk membeli makanan di luar.

Setelah berjalan cukup jauh dari rumahnya, Alysa tiba di nasi goreng di depan kompleknya. Nasi goreng favoritnya.

"Bang bungkus satu ya yang pedes,kalo boleh cepetan ya bang soalnya perut saya udah demo hehe," Ucap Alysa yang di angguki penjual nasi goreng tersebut.

"Bang nasi goreng satu pedes cepetan ya. Saya duluan deh bang, saya buru-buru soalnya," Alysa reflek berbalik saat mendengar suara seorang pria yang mendesak tukang nasi goreng untuk membuat pesanannya lebih dulu.

Alysa menghela nafasnya, lagi-lagi dirinya bertemu Diga, bahkan di tukang nasi goreng sekalipun. Alysa besedekap dada, seolah menantang lawan bicaranya."Enak ajaa ngantri dong, orang gue juga yang duluan,"

Bukannya memilih jalan cepat dengan mengalah, Diga mengeluarkan ekspresi yang sama dengan gadis di hadapannya."Gue duluan,"

Alysa memutar bola matanya malas. Ini akan jadi perdebatan panjang. "Lo gak tau budaya antri?"

"Tau," Jawab Diga cepat.

"Terus kenapa gak antri?"

"Khusus buat lo budaya ngantrinya gak ada,"

Jawaban Diga kelewat menyebalkan, pria itu jelas-jelas memotong antrian dan itu adalah kesalahan. "Heran ya, kenapa sih dimana pun gue harus ketemu manusia kek lo,"

"Gue juga ogah ketemu lo," Ucap Diga sembari menjitak dahi kepala Alysa dengan satu jarinya.

Alysa lansung mengelus dahinya yang kini terasa mulai perih. " Bener-bener gak ada akhlaknya ya lo,"

Tangan Alysa terulur menarik rambut Diga dengan kuat. "Aw sakit bego,"

Keributan keduanya membuat semua pasang mata menoleh, memperhatikan aksi mereka. Tukang nasi goreng itu merasa jika pelanggannya tidak nyaman membuatnya bingung menghadapi dua orang pelanggannya. "Tenang dulu ya dek bakal dapat kok tenang aja,"

Keduanaya melepaskan tautan mereka, dan hanya saling diam karena tidak ada yang berniat kembali membuka pembicaraan hingga pesanan nasi goreng mereka selesai.

" Ini dek nasi gorengnya udah siap," Ucap penjual nasi goreng tersebut.

Alysa lansung mengambil nasi goreng milik dan berjalan di ikuti Diga di belakangnya.

Merasa Diga terus mengikuti langkahnya sejak tadi Alysa berbalik menatapnya. " Lo mau ngapain lagi ngikutin gue?"

Langkah Diga terhenti, menyerngit heran. "Geer banget sih lo jadi manusia, jalan rumah gue juga lewat sini kali,"

Benar juga, Alysa terlihat sangat memalukan sekarang, lansung saja gadis itu membalikkan badannya dan mempercepat langkahnya hingga mereka terpisah di belokan depan.

" Kenapa di antara banyak manusia kenapa yang gue temuin harus spesies kaya diaa sih," Ucap Alysa yang mendumel saat membuka pintu rumahnya.

Alysa membuka pintu rumahnya, memperlihatkan Bunda yang tengah mencuci piring, tapi ada yang aneh. Bunda kini menatap tajam ke arahnya.

"Dari mana?"

Langkah Alysa berjalan ke dapur, mengambil piring dan sendok untuk menyantap nasi goreng. "Nilai kamu kata Bu Iren jelek, terus kemarin berantem lagi sama kakak kelas,"

Bu Iren ternyata mengingkari janjinya, padahal sudah berjanji untuk tidak membocorkan soal nilainya, ditambah membalikkan fakta tentangnya.

"Kamu tu belajar dong Sa, masa nilai mau kaya gitu. Di sekolah tu belajar yang bener, jangan nakal,"

"Sasa gak berantem kok bun, kakak kelasnya yang salah,"

Bunda menghembuskan nafasnya kasar. "Jangan menjawab kalo dibilangin. Perbaiki nilai kamu, bunda gak minta kamu jadi preman,"

Alysa mencengkram sendok makannya kuat, selera makannya menghilang seketika meski perutnya masih kelaparan. Tidak ada pilihan selain mendengarkan setiap perkataan Bundanya sekarang, dirinya hanya perlu duduk sembari menguatkan kuping dan hatinya.

Setelah selesai mencuci piring, Bunda melangkah kembali ke kamarnya, menutup pintu kamar dengan sedikit nyaring, membuat Alysa tersetak terkejut.

Alysa lansung membungkus asal bungkusan nasi goreng, membuangnya ke tempat sampah dan naik ke kamarnya, menenangkan diri.

Sesampainya di kamar, Alysa mengambil coklat di nakas samping tempat tidurnya, memakannya sembari menatap langit-langit kamarnya, hingga ponselnya berdering.

Alana is calling....📞

" Apaan,"Jawab Alysa.

" Lo gak ada rencana bukain pintu?" Tanya Alana yang membuat Alysa heran.

" Buka pintu apaan?" Tanya Alysa kembali.

" Pintu rumah lo bego, ini gue lagi di luar," Jelas Alana.

" Lah ngapain lo ke rumah gue?" Tanya Alysa bingung.

" Lo ngusir gue?" Tanya Alana kembali.

" Ya enggak, yaudah tunggu bentar deh," Ucap Alysa yang lansung mematikan sambungan telponnya dan membereskan bungkus makanannya.

Alysa lansung menuruni anak tangga, berjalan ke arah pintu rumahnya untuk membukakan pintu dan terlihat Alana yang kini menatapnya malas.

Sorot mata beralih menatap salah satu pergelangan tangan Alana."Tangan lo hilang pas otw ke sini?"

Alana menganggkat kedua tangannya bersamaaan."Hah? Apaan sih lo? Nih apaan kalo bukan tangan? Buta mata lo?"

Alysa menunjuk satu tombol yang berada tepat di sampingnya, harusnya Alana hanya perlu memencet tombol itu dan dirinya akan lansung turun tanoa repot menelfon."Ini namanya bel tinggal lo tekan nongol nih gue,"

" Bodo amat lah," Ucap Alana yang lansung menerobos masuk ke dalam rumah Alysa, mendaratkan dirinya di sofa di ruang keluarga meski belun di persilahkan.

Suara pintu kamar terbuka, membuat keduanya reflek menoleh, Bunda kini tersenyum hangat menatap Alana.

" Eh ada Alana , udah lama loh gak main ke sini kamu," Ucap bunda lembut, jelas itu nada yang berbeda dari tadi.

Alana bangkit, berjalan mendekati Bunda dan mencium punggung tangan wanita paruh baya itu."Hehe iyaa bund,"

"Yaudah bunda tinggal dulu ya," Ucap bunda yang beranjak pergi meninggalkan mereka.

Alana menaik turunkan alisnya, mengundang tatapan curiga Alysa."Cabut yuk,"

"Kemana?"

"Ya jalan-jalan,"

Alysa membiarkan dirinya berfikir, menimbang ajakan Alana. Tidak ada salahnya jika dirinya menghirup udara segar di luar, lagi pula suasana rumahnya tengah sedikit memanas. "Boleh deh,"

"Bun, Sasa pergi bentar ya," Bunda keluar dari kamar, menyerngit heran. Gadis itu baru saja pulang sekolah, tapi kini akan pergi lagi.b

Bunda menatap kedua bergantian, tatapan menyelidik jelas terpancar dimatanya. "Pergi kemana?"

"Kerja kelompok," Itu jelas kebohongan, tidak mungkin Alysa akan berkata jujur, bisa di pastikan Bunda tidak akan mengizinkan ditambah amukan.

Bunda memicingkan mata curiga."Kerja kelompok?"

Alysa menyikut Alana di sampingnya, meminta gadis itu membantu menghadapi situasi rumit itu. "Iya tante, kita mau kerja kelompok di rumah aku,"

Bunda tidak bergeming, Alysa menatap dengan cemas, hingga akhirnya bunda mengizinkan. "Pulangnya jangan telat-telat yaaa,"

🌼🌼🌼🌼

Alana mulai mengendarai scopy putihnya di jalanan padat ibu kota yang tidak pernah surut oleh lautan manusia. Meski itu suara klekson memekkan telinga dan padatnya kendaran membuat siapapun yang melihatnya akan muak.

Alysa memajukan kepalanya, mengeraskan sedikit suaranya, mengalahkan kendaran di sekirar mereka."Kita mau kemana sih lan?"

"Udah ngikut ajaaa heboh lo," Ucap Alana.

Alana kembali menjalankan motornya saat lampu kembali hijau, hingga kini keduanya tiba di sebuah tempat bermain yang lebih di dominasi anak kecil ketimbang anak seumuran mereka.

Senyum bangga jelas tercetak di bibir Alana, karena membawa Alysa ke Timezone untuk menemaninya bermain.

Ekspresi yang ditunjukkan Alysa justru berbanding terbalik, gadis itu tampak murung."Lo gak capek habis pulang sekolah?"

Melihat ekspresi Alysa yang murung, membuat Alana juga tidak bersemangat."Lo lagi gak mood main ya Al? Yaudah deh kita balik ajaaa,"

" Siapa bilang, akhirnyaaaaaa bisaaa mainnn," Ucap Alysa girang yang langsung berlari ke tempat mengisian saldo untuk mengisi kartunya.

" Kita main apa dulu?" Tanya Alana bingung akan memainkan permainan yang mana dulu.

" Itu," Tunjuk Alysa pada permaianan basket.

"Gass," Ucap Alana yang lansung berjalan ke arah pengisian saldo pada kartu dan berlanjut ke tempat permainan basket.

" Terakhir kita main SMP atau kelas 10 ya lan?" Tanya Alysa sembari melempar bola yang terkadang masuk juga terkadang meleset dari ring.

"Lebay bener lo,baru juga Minggu kemaren kita dari sini"Jawab Alana.

" Masa iyaa sih?" Tanya Alysa yang mencoba mengingat.

" Pikun sih lo," Jawab Alana.

" Noh tiga curut lagi kemane gak lo ajak?" Tanya Alysa.

" Dinda lagi ngebucin, Nadila lagi bantuin maknya, neysya juga," Jawab Alana yang di angguki Alysa.

" Al kayanya gue seret, beli minum dulu deh," Ucap Alana yang di acungi jempol oleh Alysa yang masih fokus dengan permainannya.

Alysa yang akhirnya selesai dengan permainannya,mulai mencari keberadaan Alana yang sejak tadi belum kembali untuk membeli minuman.

" Mana sih tu anak," Ucap Alysa yang masih terus mencari kebenaran Alana.

Alysa yang kini menatap sepasang manusia yang kini asik berbincang tanpa menyadari kehadirannya.

" Guee tungguin dari tadi dan lo ketawa ketiwi di sini?" Tanya Alysa menggebu-gebu.

"Hehe maaf al, lagi bicarain bisnis gue," Ucap Alana sambil tercengir bodoh.

"Ada lo Al," Sapa lelaki yang sejak tadi berbincang bersama Alysa.

"Gak ada gue, gaib," Jawab Alysa judes.

"Hahaha bener ya ternyata emang lo punya jiwa Mak lampir," Ucap Gavin, laki-laki yang sejak tadi berbincang bersama Alana.

" Bodo amaat, gue udah cengar-cengir nungguin lo dan Lo berdua ngobrol enak banget di sini?" Ceramah Alysa panjang lebar.

"Yaudah maap deh maaap," Ucap Alana yang kini merangkul Alyssa tanda berdamai.

" Lo udah selesai mainnya?" Tanya Alana.

" Gimana mau main orang lo di sini," Ucap Alyssa jutek.

" Yaudah kita lanjut dehh, duluan ya gav," Ucap Alana yang lansung mendorong Alyssa kembali ke Timezone.

" Kann icenya jadi cair karena lo kelamaan ngomong sama Gavin ," Oceh Alysa sepanjang jalannya yang tanpa sadar meninggalkan Alana yang sedang terpaku di belakangnya kini.

"Ice coklat itu enaknya di minum pas baru di buat tau gak , ebuset mana temen gue," Ucap Alysa yang baru menyadari sejak tadi berbicara sendiri.

" Heh curut," Panggil Alysa saat menghampiri Alana di belakangnya kini.

"Sst diem," Ucap Alana yang lansung menutup mulut Alysa dengan telunjuknya.

" Apaan?" Tanya Alysa bingung tapi tak mendapat jawaban dari Alana yang membuat Alysa akhirnya kembali menajamkan penglihatannya ke arah yang Alana lihat sejak tadi yang ternyata berdiri seorang laki-laki tinggi dengan rambut gelombang yang memakai pakaian serba hitam tak jauh dari mereka.

Entah karena terlalu lama melihatnya, laki-laki tersebut seketika berbalik ke arah mereka yang membuat Alana terkejut bukan main.

"Mampus ngumpet anjir," Ucap Alana yang langsung menarik Alysa untuk bersembunyi.

" Idihh rejeki bener lo lan bisa ketemu sama si abang," Ucap Alysa yang membuat Alana tersenyum layaknya orang gila kini.

" Gila cakep bener anak orang ," Ucap Alana yang tersenyum yang memperhatikan laki-laki yang kini mulai menghilang di antara banyak orang.

Setelah selesai dengan memperhatikan laki-laki yang ternyata adalah kakak kelas mereka yang di taksir Alana semenjak pertama kali menginjakkan kaki di SMA.

" Yahh hilang deh Al," Ucap Alana lesu.

" Ya lo kira dia patung bisa 24 jam berdiri di sonoh," Jawab Alysa seadanya.

" Tau ah , puyeng gue ngomong sama lo," Ucap Alana yang lansung berjalan melewati Alysa.

" Tungguin gue sableng," Ucap Alysa yang langsung mengejar Alana di belakangnya.

****

Dinda kini menatap keluar jendela mobil, memandang bangunan jakarta dihasi lampu malam yang berasal dari gedung-gedung tinggi.

Leo melirik ke arah Dinda yang sejak tadi hanya memandang ke luar jendela. "Are u okay?"

Dinda mengalihkan pandanganny saat merasakan genggaman di tanyannya. "Hm?"

"Kok diem aja dari tadi?"

"Enggak, tadi aku lagi pengen liat gedung-gedung aja,"

Leo terkekeh mendengar jawaban Dinda. "Emang biasanya kamu gak liat gedung?"

"Ya liat, cuma kayaknya tenang aja gitu liat ke luar jendela," Leo hanya mengangguk mengerti.

Maaf kalo masih banyak typo ya
Update? Vote , coment and follow

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

Monster Tyrant Nursida122004 द्वारा

किशोर उपन्यास

904K 88.9K 49
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
789K 29.1K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
428K 12.7K 43
ALVINO DARMA WIJAYA. Seorang cowo yang bisa dibilang cool bad boy tetapi ia juga seorang ketua osis? Gimana yaa rasanya punya ketua osis yang cool b...
ALGIO syasya द्वारा

सामान्य साहित्य

142K 8.3K 45
Algio Daffandra, remaja berusia 18 tahun, Si ketua geng motor yang bernama Razors Gang. Memiliki wajah tampan membuatnya banyak disukai para siswi di...