verrückt | renryu ✔

By peisinoehina

81K 7.4K 1.7K

Deep down we realize that this disgusting secret will slowly kill us and the other, but we cannot hold back w... More

disclaimer
introduction
prolog
1. their story
2. each other's owner
3. first of everything
4. intimidating
5. being hit
6. did it
7. volunteering
8. departure
9. side to side
10. stabbed
11. dinner
12. gift from hell
13. beach talk
14. definition of love
15. suddenly
16. avoidance
17. finding out
18. sin
19. result
20. hangout
21. confrontation
22. second time
23. hell pills
24. a date
25. catasthrope
26. the plan
27. complicated
28. grudge
30. another fact
31. deeper
32. fatal
33. chaos
34. solution
35. apology
36. probability
37. the real twist
38. back again
39. will you?
40. went through
epilog
closing
bonus: peace
bonus: interview (1)
bonus: interview (2)
bonus: interview (3)
real closing
promotion

29. accident and the effect

1.4K 122 26
By peisinoehina

Enam belas tahun lalu...

Kepala Renjun menengadah, memerhatikan hujan yang turun dari pelataran gedung bimbingan belajar dekat rumahnya. Hujan turun begitu deras, seakan-akan langit tengah meluapkan kesedihan yang berkepanjangan.

Hujan yang mengguyur memiliki kemiripan dengan Renjun.

Tengah bersedih.

Entah apa yang langit sedihkan. Kalau Renjun sendiri sedih karena sebentar lagi dia akan lulus sekolah menengah atas dan akan berangkat ke US untuk menempuh pendidikan dokter di Johns Hopkins. Satu dari sekolah kedokteran terbaik di dunia, walaupun bukan bagian dari Ivy League.

Kebanyakan orang akan mengatakan Renjun tidak bersyukur. Harusnya Renjun senang karena bisa menerima beasiswa di sana, di usia empat belas tahun pula. Manusia mana yang bisa meraih prestasi sehebat Renjun?

Tapi orang tidak tahu apa yang harus Renjun lewati selama ini. Mereka tidak tahu betapa kerasnya Renjun berjuang sejak dari usia lima tahun hingga sekarang untuk menyengam bangku pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Renjun harus menyelesaikan semua itu dalam sembilan tahun, di bawah tekanan sang ayah.

Yang membuat Renjun sedih bukan karena ini, tapi lebih pada kasih sayang Chansung dan Yewon yang berkurang seiring berjalannya waktu. Mereka hanya peduli bagaimana nilai Renjun di sekolah, tapi tidak peduli dengan apa yang Renjun sesungguhnya rasakan.

Terkadang Renjun jadi iri pada Yeji.

Dibanding dirinya, hidup Yeji lebih membahagiakan bagi Renjun. Yeji tidak dituntut bersekolah cepat seperti Renjun. Bisa melewati masa anak-anakny dengan santai, tanpa ada ekspektasi yang mengejar.

"Renjun-ssi?"

Renjun menoleh saat namanya dipanggil, menatap ke arah supir pribadinya keluarganya yang baru datang menjemput. Di tangan pria itu terdapat payung hitam berukuran besar yang basah, menandakan bahwa si pria baru saja menerobos hujan dari mobil.

"Oh? Ahjussi sudah tiba," seru Renjun dengan senyum simpulnya.

Walau bersedih, Renjun tidak akan menunjukkannya pada siapapun. Renjun tidak akan menunjukkan sisi lemahnya pada siapapun.

Supir Renjun membungkuk pelan. "Maaf sedikit terlambat, ada urusan yang harus saya selesaikan sebelummya."

"Enggak masalah ahjussi. Abis ini langsung pulang kan?"

Renjun bertanya seperti itu soalnya terkadang Chansung dan Yewon akan mengajaknya dan juga Yeji untuk makan malam bersama di restauran di hotel bintang lima. Tempat yang membosankan saking seringnya Renjun mengikuti jamuan di sana.

"Iya langsung pulang. Kebetulan teman-teman Renjun-ssi katanya mau main ke rumah, saya diberitahu oleh nyonya," terang supir Renjun.

Mimik Renjun berubah lebih ceria setelah mendengar kata teman-teman. "Beneran ahjussi?"

"Iya," balas supirnya singkat.

Renjun mencakupkan tangannya di depan dada. Mau secepat apapun Renjun bersekolah, jiwanya tetap jiwa anak-anak yang merasa senang saat bertemu dengan teman-temannya. Apalagi Renjun mengenal mereka sejak kecil.

Teman-teman yang Renjun maksud adalah Jeno, Haechan, Jaemin, Hyunjin, Saeron, dan Herin. Mungkin karena mereka berada di lingkaran sosial yang sama, makanya bisa berteman. Pengecualian buat Herin yang merupakan anak beasiswa, yang memang paling dekat dengan Jeno karena bergabung dalam ekstrakurikuler yang sama. Terkadang mereka suka dirumorkan memiliki hubungan spesial saking dekatnya, namun Jeno dan Herin selalu membantah.

Ya apapun lah status yang tengah Jeno dan Herin sembunyikan, Renjun tidak ambil pusing. Ia juga tak peduli ada agenda penting apa hingga teman-temannya itu berkunjung ke rumah, Renjun hanya senang menghabiskan waktu bersama mereka. Dari teman-temannya itu pula Renjun bisa sedikit tahu bagaimana kehidupan anak-anak seumurannya, dari cerita-cerita yang keluar dari mulut Saeron yang suka digangguin kakak kelas laki-laki atau terkadang Jaemin yang suka membuat onar.

Sesuatu yang Renjun tidak akan pernah alami dalam hidupnya.

"Ahjussi, apa enggak bisa lebih cepat?" tanya Renjun.

Supir Renjun tersenyum simpul. "Enggak sabar ya ketemu teman-teman!"

Renjun berdendang pelan, menunjukkan bahwa ia sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan teman-teman. Tanpa ia tahu akan takdir yang mampu merubah hidupnya hanya dalam hitungan detik.

Mobil Renjun melaju melewati lampu lalu lintas yang berganti kuning. Supir Renjun melajukannya cepat agar tidak terkena lampu merah, namun tidak memperhitungkan bergantinya warna lampu dari jalan yang lain. Ditambah hujan mengguyur deras, membuat jarak pandang kabur.

Alhasil mobil Renjun menabrak mobil lain yang melaju tepat di depan. Tabrakan cukup serius terjadi. Tubuh Renjun serasa dilempar, berpindah dengan cepat dari posisi duduknya. Kepalanya tak sengaja menghantam pintu mobil dan pingsan seketika karena kerasnya hantaman.

Yang ia ketahui pertama saat terbangun dari tidurnya adalah sang supir yang dimintai keterangan oleh kepolisian mengenai tabrakan yang terjadi.

Namun yang lebih mengejutkan adalah korban yang tertabrak. Mobil yang ditabrak terpelanting, membuat supir di mobil tersebut meninggal di tempat dan dua orang gadis terluka. Salah satu gadis itu adalah Herin, dengan tubuh bagian pinggul ke bawah terhimpit oleh lempengan besi mobil.

Renjun tidak tahu keadaan gadis yang satu lagi. Renjun saja tidak mengerti kenapa Herin bisa pergi berada di mobil itu. Apa gadis yang ikut terluka itu teman Herin di sekolah?

Entahlah.

Namun kecelakaan itu menjadi awal mula keretakan persahabatan Jeno dengan yang lain. Saat tahu bahwa pelaku yang menyebabkan Herin terbaring koma adalah supir Renjun, yang membawa serta Renjun di dalamnya, Jeno mulai menyalahkan Renjun.

Semua yang berkaitan dengan Herin akan Jeno hibahkan pada Renjun. Lelaki itu perlahan membenci Renjun, dan persahabatan keduanya dengan yang lainnya pun tidak bisa dipertahankan, bahkan hingga akhirnya Herin menghilang tanpa jejak.

"Jun! Kamu gila? Kalau kayak gini keadaannya kita enggak mungkin ngelakuin operasi!" bentak Shinhye.

Renjun berdecak. "Kita enggak bisa ngurangi tekanan di otak Dambi kalau cuma melalui obat! Kalau enggak operasi, bisa keburu brain death."

"Iya aku tahu! Kita bisa masukin alat untuk mengambil abses yang ada di dalam otak agar tekanannya berkurang. Permasalahannya abses-nya udah menyebar ke mana-mana. Bakal susah untuk kita ambil semua. Selain itu, batang otak itu riskan banget untuk dilakukan operasi. Kita enggak bisa jamin otak Dambi bakal berfungsi normal atau enggak setelah prosedur dilalukan. Belum lagi masalah otak lain yang lebih serius," balas Shinhye.

Shinhye dan Renjun kini tengah berdebat hal apa yang sebaiknya mereka lakukan pada Dambi. Kondisi Dambi saat ini sangat sulit untuk ditangani jika hanya menggunakan bantuan obat. Namun operasi juga riskan untuk dilakukan, karena kondisi otak Dambi setelah prosedur dilakukan tidak bisa ditebak. Paling buruknya, Dambi hanya akan bertahan hidup dengan bantuan alat jika hasil operasi mempengaruhi sistem kerja otaknya.

"Noona! Dambi harus dioperasi! Kalau enggak berani, aku yang ambil alih!"

"Jun!"

Renjun bergeming, tetap kekeh pada keputusannya. "Ryujin, ganti selang oksigen-nya pake Ambu bag. Kita tetap lakukan operasi."

Ryujin tidak berani membantah, ia hanya menuruti apa titah Renjun.

"Jun! Kamu harus pikiran ulang ini semua!" Jaemin menjadi orang kesekian yang berniat menghentikan keputusan Renjun yang terlalu berbahaya ini.

"Apa lagi yang dipikir ulang? Kalau enggak segera, Dambi malah enggak bisa sembuh!" bentak Renjun.

Setelahnya menginjak pedal pada bagian roda tempat tidur Dambi untuk dibawa ke ruang operasi yang Renjun sudah taken sebelum menuju ICU.

"Minggir!" ucap Renjun dingin pada Shinhye.

"Hwang Renjun-uisanim!"

"Aku bilang minggir m. Lagian kakak pasien udah memberi persetujuan. Jadi minggir!"

Shinhye sudah tidak bisa lagi menghadang Renjun, karena pria itu adalah dokter yang ditugaskan menangani Dambi. Renjun punya hak untuk menentukan penanganan seperti apa yang harus dilakukan pada pasien. Wanita itu akhirnya menelepon residen bimbingannya untuk segera menuju ruang operasi, setelahnya mengikuti Renjun.

Semua alat pendeteksi pun ikut diangkut ke ruang operasi untuk memonitor kondisi pasien selama perjalanan menuju ruang operasi. Kakak pasien juga ikut mengantar dari samping, sesekali memanggil nama Dambi dan menyelipkan doa kecil yang Renjun dapat dengar walau tidak jelas.

ting, ting, ting

Ryujin menatap ke layar alat pendeteksi tubuh pasien. "Bradycardia, dok."

"Tekanan darah 65 per 20, saturasi oksigen 80 persen," tambah Jaemin.

"Kasih satu ampul atropine."

Jaemin segera memasukkan cairan yang dipinta Renjun melalui selang infus pasien. Tapi tubuh Dambi tidak merespon pemberian cairan tersebut.  Tekanan darah dan saturasi oksigen semakin menurun.

"Kasih epinephrine¹."

Setelah memberi perintah, Renjun naik ke atas tempat tidur Dambi guna memberi pria itu CPR². Berusaha mengembalikan detak jantung si lelaki yang semakin melambat. Diiringi dengan raung kakak pasien yang makin menjadi.

Tak lama mereka tiba di pintu yang membatasi area luar dengan ruang operasi. Residen Shinhye sudah berjaga di sana, membantu untuk membawa Dambi menuju ruang operasi.

Jaemin menjadi orang yang menenangkan kakak pasien sembari meminta si wanita untuk menunggu di luar. Selain dokter, perawat, dan pasien, ruang operasi tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang.

"Saya ambil alih ya dok," ucap salah satu residen pada , seraya mengambil alih Ambu bag dari tangan Ryujin.

Ryujin mengiyakan, lalu bergegas memberi anestesi lokal sebelum operasi dimulai. Jaemin terlihat sibuk memindahkan kantong-kantong obat yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Renjun sendiri masih berusaha mengembalikan detak jantung yang semakin melambat, terlihat dari layar alat pendeteksi.

Seberapa keras pun Renjun meneguhkan diri untuk mengembalikan detak jantung Dambi, tak juga pasien merespon. Dokter-dokter yang lain termasuk Shinhye semakin resah, takut akan kemungkinan yang paling mereka hindari.

"Shin-uisanim, kakak pasien ingin berbicara," panggil Minah yang sebelumnya berada di luar untuk memberi pengertian pada kakak pasien.

Ryujin yang sudah tidak memegang apapun bergegas keluar. Ia kira kakak pasien akan memohon untuk menyelamatkan adiknya. Namun seperti wanita itu sudah pasrah akan takdir Tuhan.

"Saya enggak papa kalau Dambi enggak bisa diselamatkan. Saya ikhlas, asal Dambi tidak lagi merasakan sakit. Kalau operasi hanya memberinya rasa sakit di kemudian hari, sebaiknya tidak perlu dilakukan."

Itu permintaan kakak pasien, ditambah kalimat lain yang membuat Ryujin makin bingung.

"Tolong bilang pada Hwang-uisanim, terima kasih karena sejak setahun lalu sudah menangani Dambi. Saya tahu Hwang-uisanim selalu mengusahakan yang terbaik untuk pasiennya. Termasuk juga Dambi. Tapi untuk kali ini, Hwang-uisanim bisa berhenti. Saya takut, tapi kalau memang seperti itu jalan yang harus Dambi lalui, maka saya enggak masalah."

Ryujin mengangguk pelan, ia kembali masuk ke ruang operasi. Dalam hati kecilnya ia berharap kalau Dambi merespon dan operasi bisa segera dilaksanakan agar kakak pasien tidak merasakan sedih yang terlalu mendalam.

Tapi harapan Ryujin pupus.

Renjun masih saja memberikan bantuan CPR pada Dambi saat Ryujin kembali. Shinhye sendiri terlihat ingin menghentikan Renjun, tapi pria itu menolak. Terlihat kekeh untuk mengembalikan Dambi.

"Kamu harus hidup Dambi," gumam Renjun putus asa.

Ryujin dengan berat hati mendekat. Mungkin sudah waktunya untuk menerima jalan takdir.

"Dok, berhenti. Jangan dipaksa lagi. Kakak pasien meminta dokter untuk berhenti dan memutuskan untuk ikhlas. Biarkan Dambi tenang di sana," ucap Ryujin dengan napas tercekat.

Seperti inikah rasanya melepas pasien?

Renjun seakan tuli, dalam kepalanya terbayang momen saat ia berjanji untuk menyelamatkan Dambi. Namun nyatanya usaha Renjun tak membuahkan hasil.

tit.

Alat pendeteksi berbunyi panjang, menyatakan bahwa Dambi sudah pergi.

Seo Dambi dinyatakan meninggal dunia.

Untuk kesekian kalinya, Renjun gagal menyelamatkan pasiennya.

Shinhye, Jaemin, dan Ryujin keluar dari ruang operasi untuk menyatakan berita duka pada kakak pasien. Wanita itu terlihat duduk di area tunggu depan ruang operasi, terisak dengan tangan yang gemetar.

Ketiga dokter itu bisa merasakan kesedihan kakak pasien, tapi tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain ikhlas akan kepergian Dambi.

"Nona, setelah ini nona bisa bertemu dengan Dambi kembali," ucap Shinhye.

Tentu wanita itu bisa bertemu dengan Dambi.

Untuk terakhir kalinya.

Ketiga dokter itu lalu membungkuk pelan, mengucapkan permintaan maaf mereka yang sebesar-besarnya karena tidak dapat menyelamatkan Dambi. Jaemin juga tak lupa memberi semangat, mengatakan bahwa kakak pasien dapat menghubungi mereka jika memerlukan bantuan. Orang-orang yang menyebabkan Dambi meninggal harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka.

"Jaem, Ryu, kalian cari Renjun ya. Tadi setelah ngurus tubuh Dambi, dia hilang gitu aja. Hibur dia. Dambi itu salah satu pasien kesayangan Renjun, udah kayak adiknya sendiri. Dia pasti terpukul karena Dambi meninggal di tangannya. Aku mau urus berkas kematian Dambi, nanti kabarin aku ya gimana-gimananya. Aky khawatir," perintah Shinhye saat mereka sudah menjauh dari kakak pasien yang masih berusaha menenangkan diri.

Jaemin dan Ryujin mengiyakan perintah Shinhye dengan sedikit membungkukkan badan mereka.

Kaki Ryujin bergerak, hendak segera menemukan sosok Renjun. Namun tangannya di tahan oleh Jaemin, membuat Ryujin mau tak mau menoleh ke arah seniornya itu.

Jaemin sesungguh ragu untuk berkata, namun sepertinya ini keputusan terbaik yang bisa ia lakukan.

"Aku enggak tahu hubungan seperti apa yang kamu sama Renjun lagi jalani di belakang banyak orang, di luar hubungan dokter dengan bimbingannya," buka Jaemin yang membuat netra Ryujin membola. Reaksi Ryujin semakin menyakinkan Jaemin bahwa ada hubungan gelap antara Renjun dan Ryujin.

"Tapi untuk kali ini tolong hibur Renjun. Aku enggak tahu siapa yang bisa bikin dia merasa lebih baik selain kamu," pinta Jaemin.

Namun permintaan Jaemin tidak berhenti di situ.

"Setelah itu, aku minta tolong untuk hentikan semua ini. Berhenti ya Jin. Kalian akan semakin menyakiti pihak lain kalau memutuskan untuk melanjutkan hubungan yang enggak seharusnya kalian miliki."

Kata-kata Jaemin kini membekas dalam pikiran Ryujin. Langkah demi langkah ia gunakan untuk berlari, mencari keberadaan Renjun yang mendadak lenyap. Namun otaknya terus memutar ucapan Jaemin bagai kaset rusak.

Ryujin tidak memprediksi akan ada orang yang tahu mengenai hubungannya dan Renjun. Sahabat Renjun sendiri yang mengetahui, dan pria itu dengan tegas meminta Ryujin dan Renjun berhenti dari permainan yang menjerat ini.

Apakah memang ini akhir yang harus keduanya hadapi? Haruskah mereka menyerah?

Pencarian Ryujin berakhir pada ruangan pribadi Renjun. Dari kaca kecil pada pintu, Ryujin bisa lihat Renjun yang duduk di meja kerjanya dengan tatapan kosong. Terlihat begitu bersalah karena akhirnya gagal untuk menyelamatkan Dambi.

Ryujin awalnya ragu, tapi ia tak bisa membiar Renjun menderita seperti itu. Ia putuskan untuk masuk ke dalam ruangan.

"Dok," panggil Ryujin setelah menutup pintu.

Tak ada sahutan dari Renjun. Pria itu memilih diam tak bersua.

Ryujin memutuskan mendekat, meraih tangan kanan Renjun yang menganggur. Namun Renjun segera menarik tangannya.

"Jangan! Jangan pegang tangan dokter yang gagal menyelamatkan pasiennya," ucap Renjun dingin.

Ryujin tersentak akan ucapan Renjun. "Jun-ie, kamu enggak gag..."

"Dan jangan panggil aku dengan sebutan itu kalau pada akhirnya kamu akan pergi ninggalin aku sendirian." Suara Renjun meninggi.

"Aku..."

Renjun memotong Ryujin, mengungkapkan semua isi hati dan pikirannya. "Aku gagal menyelamatkan pasienku. Aku gagal Ryujin!"

"Tapi kamu tahu apa yang bikin aku jauh lebih sakit dari pada ini? Kematian Dambi menyakitkan, tapi kenyataan bahwa aku akan kehilangan kamu jauh lebih menyakitkan!" bentak Renjun yang kini berdiri menatap Ryujin dengan tatapan yang sulit untuk Ryujin deskripsikan.

"Aku...aku enggak akan ninggalin kamu begitu aj..."

"Jeno sudah tahu! Dia tahu apa yang terjadi di antara kita Ryujin!" potong Renjun kembali. Air mata tanpa sadar jatuh membasahi pipi si pria.

Ryujin kembali terkejut. Kiranya Jaemin yang mengetahui rahasia mereka saja sudah membuatnya waswas. Namun ia tak menyangka bahwa calon suaminya sendiri pun tahu bahwa Ryujin berselingkuh.

Sepertinya permainan Renjun dan Ryujin ini memang harus dihentikan.

"Jangan nangis," ucap Ryujin yang mendekat guna menghapus tangisan yang mengalir dari pelupuk mata Renjun.

Kepala Renjun menunduk, aliran tangisnya menjadi semakin deras. "Hiks...rasanya sakit Jin. Sakit ketika aku harus melepas pasienku pergi. Semakin sakit saat menyadari bahwa cepat atau lambat aku harus melepasmu."

"Aku tahu, aku salah karena berharap akan ada akhir membahagiakan untuk kita berdua. Tapi keegoisan membutakan akal sehatku, aku selalu menganggap bahwa sampai kapan pun kamu adalah milikku. But at the end of the day, I realized that you are owned by someone else."

"Maybe, just maybe, if we met each other before becoming someone's husband or soon-to-be-wife, we would have our own happy ending, wouldn't we?"

Ryujin ikut menangis setelah mendengar curahan hati Renjun. Ia turut merasakan sakit yang kini tengah Renjun rasakan. Wanita itu juga takut untuk kehilangan sosok yang menjadi sumber kebahagiaannya selama sebulan terakhir ini.

Namun sekarang sudah saatnya berhenti.

Ryujin memajukan tubuhnya, menarik kedua sisi rahang Renjun. Mempertemukan bibirnya dengan bibir Renjun. Bisa wanita itu rasakan aliran air mata yang membasahi bibir keduanya.

"Do me! Do if it makes you happy. Do it for the last time. But after this, we should stop. We should back to our platonic relationship, back to the normal life where you are my mentor and I am your pupil," ucap Ryujin terisak.

"No, I can't. I can't lose you," balas Renjun sama terisaknya.

Ryujin memejamkan matanya. "Me too. I can't lose you. But we must, for the sake of others."

Renjun mengangkat kepalanya, menatap Ryujin yang membalas tatapannya dengan linangan air mata. Renjun bisa melihat betapa hancurnya Ryujin saat ini, sama seperti dirinya.

Kalau Renjun bisa egois, Ryujin akan ia bawa lari. Menyembunyikan keberadaan mereka agar bisa hidup bahagia bersama. Tapi sebenci apapun dirinya pada Jeno, ia tak bisa bertindak egois. Karena jauh dilubuk hatinya, Jeno tetap sahabatnya dan mengkhianati pria itu adalah hal paling fatal yang sayangnya Renjun lakukan.

Entah siapa yang memulai lebih dahulu, bibir Renjun dan Ryujin kembali bertemu. Saling melumat, berebut dominasi tanpa mempedulikan pasokan oksigen yang semakin. Bersilat lidah di dalam sana, mencari kenikmatan yang sepertinya sudah sangat lama tidak mereka bagi.

Dari posisi berdiri, kini keduanya beralih ke sofa dengan Renjun berada di atas. Mengukung tubuh Ryujin yang melengkung setiap Renjun memberikan kenikmatan yang terasa berbeda dari biasanya.

Bagaimana bibir itu memberikan sensasi menegangkan pada kulit Ryujin. Bagaimana tangan kekar itu menggeranyangi tubuh polos Ryujin. Bagaimana hentakan pria itu membawanya hingga nirwana. Semua tindakan Renjun berhasil membuat Ryujin melenguh hebat dalam kenikmatan tiada tara.

Efek yang sama juga Renjun rasakan.

Bagaimana Ryujin menancapkan jari dengan kuku panjangnya di punggung Renjun, yang merupakan efek dari hentakan memabukkan Renjun. Bagaimana Ryujin melenguh dengan merdunya. Semua reaksi Ryujin semakin meningkatkan libido Renjun untuk terus dan terus mencari kenikmatan yang dirasa kurang.

Jika memang ini yang terakhir, maka biarkan Renjun dan Ryujin mencapai kenikmatan yang mungkin tidak akan mereka dapatkan setelah ini dari pasangan masing-masing.

[1] Epinephrine: obat yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang dapat membahayakan nyawa, yaitu syok anafilaktik. Alergi yang dapat menyebabkan syok anafilaktik dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti gigitan serangga, kutu, lateks, obat-obatan, dan makanan. Epinephrine akan meredakan reaksi alergi tersebut dengan melemaskan otot-otot saluran pernapasan dan mempersempit pembuluh darah, sehingga napas menjadi lega dan aliran darah ke sel tetap terjaga. Selain untuk mengatasi reaksi alergi, epinephrine juga diberikan saat tindakan resusitasi jantung paru, pada pasien yang mengalami henti jantung dan henti napas. Epinephrine dapat diberikan kepada orang dewasa maupun anak-anak. (Alodokter)

[2] CPR: Cardiopulmonary Resuscitation adalah teknik kompresi dada dan pemberian napas buatan untuk orang-orang yang detak jantung atau pernapasannya terhenti. Tindakan CPR yang disebut juga resusitasi jantung paru (RJP) tersebut juga bisa dilakukan pada orang yang tenggelam atau terkena serangan jantung. Henti jantung rupanya dapat memengaruhi peredaran darah yang mengandung oksigen ke otak dan organ penting lain di dalam tubuh. Hal ini bisa memicu kerusakan otak yang dapat mengakibatkan seseorang meninggal dalam hitungan menit. Dengan pemberian CPR atau RJP, darah yang mengandung oksigen bisa kembali mengalir ke otak dan seluruh tubuh. Langkah ini juga biasanya diperlukan untuk menolong orang yang pingsan. (Alodokter)

*Penjelasan untuk Bradycardia dapat dilihat pada chapter 28.

*Penjelasan untuk Atropine dapat dilihat pada chapter 6.

Hai!


Sebelumnya maaf ya kalau aku baru update di sini, karena aku mau fokus buat menyelesaikan cerita aku yang lain berjudul My Page. Di sana juga ada renryu kok, dan enggak seberat di sini problematika mereka. Kalau suka, boleh mampir kok 😉

Di chapter ini, Renjun dan Ryujin dapat banyak guncangan dan mereka terpaksa mengakhiri hubungan mereka. Tapi apakah semuanya selesai setelah mereka mengakhiri hubungan gelap mereka?

Tunggu update selanjutnya ya 😉

revised on 2020/09/04

Continue Reading

You'll Also Like

8K 692 17
Dengan berbagai macam latar belakang, entah itu sifat, usia, tujuan hidup ataupun kisah cinta mereka. Perbedaan ini tak membuat mereka kehilangan ara...
10.8K 1.3K 37
‎"Tempat berlindung terbaik itu adalah rumah lantas bagaimana dengan rumah yang hanya membuat luka?"
690 53 1
Bunga mawar tumbuh dari tanah melalui air mata Sang Aphrodite. Air mata yang bercampur darah. Bunga mawar tumbuh lewat perasaan sakit dua kekasih yan...
32.1K 3K 26
(Belum Revisi) "Anak seperti teman."--Karina. "Minta dijodohkan bukan dijodohkan."--Jeno. "Aku seperti pedofil."--Jaemin. "Ma, Kakak Na ganteng."--W...