verrückt | renryu ✔

By peisinoehina

81.2K 7.4K 1.7K

Deep down we realize that this disgusting secret will slowly kill us and the other, but we cannot hold back w... More

disclaimer
introduction
prolog
1. their story
2. each other's owner
3. first of everything
4. intimidating
5. being hit
6. did it
7. volunteering
8. departure
9. side to side
10. stabbed
11. dinner
12. gift from hell
13. beach talk
14. definition of love
15. suddenly
16. avoidance
17. finding out
18. sin
19. result
20. hangout
21. confrontation
22. second time
23. hell pills
24. a date
25. catasthrope
27. complicated
28. grudge
29. accident and the effect
30. another fact
31. deeper
32. fatal
33. chaos
34. solution
35. apology
36. probability
37. the real twist
38. back again
39. will you?
40. went through
epilog
closing
bonus: peace
bonus: interview (1)
bonus: interview (2)
bonus: interview (3)
real closing
promotion

26. the plan

1.3K 123 45
By peisinoehina



Jeno tersenyum licik saat melihat beberapa lembar foto yang ia dapatkan dari informan yang selama ini ia sewa untuk mengikuti Renjun dan Ryujin.

Tidak menyangka rencana balas dendamnya dapat segera terlaksana dalam waktu singkat. Renjun dan Ryujin terlalu bodoh sampai tidak menyadari kehadiran seseorang yang memata-matai pergerakan mereka selama ini.

Jeno masih bisa mengingat dengan baik pemandangan yang ia lihat saat pergi berkencan dengan sang istri ke Sungai Han.

Kalau Renjun dan Ryujin mengira tidak akan ada orang yang mengetahui rahasia besar mereka, maka mereka salah besar. Jeno justru menjadi orang pertama yang mengetahui permainan berbahaya mereka itu.

Bagaimana cara Renjun memagut bibir Ryujin di bawah pencahayaan yang minim, Jeno menyaksikannya dan justru bersorak dalam hati. Awalnya Jeno sempat kalut kalau saja Ryujin mulai kehilangan rasa padanya dan beralih mencintai pria asing. Namun Jeno merasa lega karena pria itu adalah Renjun.

Malah sejujurnya Jeno sudah tahu kalau Ryujin bermain api dengan Renjun sejak ciuman mereka di mobil si pria itu setelah kembali dari Vietnam. Yang menyebabkan sikap aneh Ryujin muncul saat ia menjemput keesokkan harinya.

Jeno awalnya tidak tahu karena keterlambatan informannya memberi foto keduanya. Tapi tidak masalah. Apa yang ia prediksi menjadi kenyataan.

Bahkan Jeno tahu apa saja yang Renjun dan Ryujin lakulan selama sebulan belakangan. Mulai dari kencan hingga menginap di apartemen pinggir kota, semuanya terekam dalam lembaran foto yang kini ada di genggaman Jeno.

Karena begitulah rencana Jeno, mendekatkan dua musuhnya tanpa Renjun dan Ryujin sadari. Ryujin mungkin berusaha keras untuk bisa menjadi residen di Jinju Seoul Medical Centre. Tapi bantuan dari Jeno juga menjadi faktor lain yang menyebabkan Ryujin diterima. Itulah pentingnya punya orang dalam, sehingga Jeno bisa melobi HRD rumah sakit milik keluarga Renjun untuk menerima Ryujin sebagai residen di sana. Jeno tidak ingin rencana yang ia susun setelah berulang kali gagal itu tidak berjalan mulus.

Lalu setelah Ryujin diterima sebagai residen di Jinju, Jeno membiarkan saja takdir yang melanjutkan kerja tangannya. Dan seperti tebakannya, setinggi-tingginya bangau terbang, surutnya ke kubangan.

Sejauh apa Renjun dan Ryujin melupakan kepingan masa lalu yang Jeno ingat dengan jelas, pada akhirnya dua orang itu akan bersatu. Lalu, keinginan Jeno untuk menghancurkan keduanya dalam penderitaan batin pun menjadi semakin mudah untuk dilakukan.

Pintu ruangan Jeno tiba-tiba terbuka, memunculkan Miyeon dengan muka ditekuk. Terlihat bahwa wanita itu tengah kesal.

"Apalagi Jen?" tanya Miyeon jengah.

"Oh Miyeon-noona, hai! Sendiri saja kan?" tanya Jeno sembari menyembunyikan foto Renjun dan Ryujin ke dalam laci meja kerja, kemudian menyusul Miyeon yang duduk di sofa ruangan.

Belum saatnya Miyeon tahu soal pengkhianatan Renjun. Jeno akan beritahu saat perjuangan Miyeon untuk mengikat sang suami mendekati puncaknya. Dengan begitu, akan sangat mudah bagi Jeno untuk menghancurkan Renjun dan juga Ryujin.

"Ya sendiri. Kamu nyuruh aku datang sendiri. Soojin aja enggak aku kasih tahu. Untung saja aku free, jadi dia enggak bakal tahu kalau aku ke kantor," balas Miyeon.

"Oh ya sudah, santai dong. Kita masih ada urusan yang belum selesai. Soal balas dendam," seringai Jeno.

"Belum selesai? Kamu udah ngasih kerugian besar ke suami aku Lee Jeno! Sekarang apa lagi?" tanya Miyeon.

"Noona juga punya andil ngasih kerugian ke Renjun. Kok sekarang malah nyalahin aku? Jangan gitu lah, kalau noona enggak mau karirnya aku hancurin, bareng sama Chaeyoung-noona."

"Kamu..."

"Kalian kan sahabat. Kalau kamu enggak setuju bantuin aku, ya enggak papa. Jangan salahin aku kalau bukan hanya karir noona yang aku ancurin, tapi karir Chaeyoung-noona dan Jaehyun-hyung sekaligus bakal hancur, bareng sama noona," ancam Jeno.

"Sebenci-bencinya sama mereka, noona enggak mau kan lihat mereka hancur? Karena jauh di lubuk hati, mereka adalah orang penting yang pernah singgah di hidup noona dan noona tetap sayang sama mereka, iya bukan?"

Pintar sekali saudara Lee Jeno meracuni pikiran seseorang.

Miyeon mendengus sebal, harus mengakui bahwa apa yang Jeno katakan benar adanya. Miyeon benci Chaeyoung dan Jaehyun, tapi di satu sisi ia tidak sejahat itu untuk benar-benar menghancurkan mereka.

Tapi haruskah ia menyetujui permintaan Jeno untuk membalaskan dendamnya pada sang suami? Miyeon hanya takut, efek dari mengiyakan Jeno akan mempengaruhi rencananya ke depan.

"Gampang padahal loh kerjaannya. Noona hanya perlu datang bareng ke nikahan residennya Renjun besok," seru Jeno.

"Eh? Maksud kamu nikahan Chenle?"

"Iya. Ya noona salaman dulu sama mempelai ga masalah, tapi jangan lupa cari keberadaan aku. Pokoknya abis salam-salaman, noona harus bawa Renjun ketemu aku. Sudah, gitu doang," lanjut Jeno.

Miyeon sedikit terkejut dengan penjelasan Jeno. "Eh serius? Gitu doang?"

"Iya, orang sudah aku bilangin gampang. Kagak percaya amat."

"Tapi kamu enggak bakal apa-apain Renjun kan?"

"Enggak kok, enggak mungkin juga aku bikin keributan di nikahan orang."

"Terus apa tujuan kamu?"

"Hmm let's just see what happened tomorrow,"

Jeno menyeringai, tidak mempedulikan ekspresi Miyeon yang masih bingung dengan rencana pria itu kali ini.

"Oh, ini calon istri kamu Jen? Cantik banget!" seru Miyeon.

"Hehe iya. Sayang kenalin ini Cho Miyeon, artis aku yang dramanya suka kamu tontonin. Miyeon-noona, ini calon istri aku Shin Ryujin," ucap Jeno, saling mengenalkan Ryujin dengan Miyeon.

Bukan Ryujin yang suka menonton drama. Wanita itu hanya tahu dari drama yang Chaeryeong atau Yuna tonton.

"Atau mungkin Lee Ryujin sebentar lagi," goda Jeno.

"Apaan sih gombalnya? EnggK tahu tempat banget!" balas Ryujin.

Ryujin bisa saja terlihat santai dalam obrolan, tapi mata wanita berulang kali menatap Renjun yang lengannya tengah dirangkul Miyeon. Netra Ryujin seakan memberi kode, ingin rasanya pergi dari rasa canggung yang perlahan berubah menjadi perasaan bersalah.

"Sayang, kamu kok diam saja daritadi? Masa sama bimbingan sendiri diam-diaman," tegur Miyeon pada Renjun.

"Capek kali. Soalnya Hwang-uisanim sama Ryujin kerjaannya berantem mulu kalau di rumah sakit. Kayak Tom n Jerry, apa-apa didebatin. Makanya sekarang diam," celetuk Chaeryeong yang masih ada di sana, dengan Haechan berdiri di belakang.

"Tom n Jerry?"

"Iya unnie. Enggak ada satu detik pun mereka enggak debat kalau sudah ketemu, apalagi soal diagnosis penyakit pasien. Enggak ada matinya lah perdebatan mereka," lanjut Chaeryeong.

"Eh aku panggil unnie enggak papa kan ya?" tanya Chaeryeong setelah menyadari dirinya yang tiba-tiba sok akrab dengan aktris nomor satu negeri ginseng itu.

"Enggak papa, santai aja. Kan kalian orang-orang terdekat Renjun, jadi panggil unnie enggak masalah kok," ucap Miyeon.

"Ya wajar aja sih kita debat, kan efeknya ke pasien kalau kita sampai salah diagnosis. Salah kasih obat, salah penanganan, bisa fatal pengaruhnya ke pasien," ucap Renjun sewajarnya.

Padahal sedari tadi Renjun sedang menahan emosinya yang tak menentu. Rasa marah mendominasi. Marah karena setelah sekian tahun akhirnya bertemu dengan mantan sahabatnya, Jeno dan juga Haechan yang memilih tak bersua.

Marah karena selama ini tidak mengetahui bahwa faktanya Jeno adalah calon suami Ryujin. Wanita yang berawal dari hanya seorang bimbingan menjadi wanita yang mampu menjungkir balikkan dunia Renjun. Wanita yang kini menjadi segalanya bagi Ryujin.

Marah karena Renjun tahu hubungan mereka hanyalah suatu perjanjian yang bersifat rahasia. Mereka tidak bisa mengumbar kemesraan di setiap waktu. Karena hubungan mereka akan menyakiti banyak pihak.

Jeno mungkin mantan sahabatnya, tapi dalam hal ini pria itu tak memiliki salah apapun. Renjun adalah pihak yang bersalah karena merebut calon istri pria lain. Ryujin juga bersalah karena terlena akan pesona Renjun yang memabukkan.

Miyeon mungkin hanyalah istri pajangan bagi Renjun, karena pria itu tidak mencintainya. Hatinya kini terkunci oleh wanita yang kini dirangkul mesra oleh Jeno. Miyeon mungkin juga punya histori dengan Jaehyun yang belum terselesaikan hingga sekarang.

Namun Renjun tetaplah penjahatnya di sini. Ia yang membuat keadaan kacau balau. Renjun terlalu buta akan kenikmatan duniawi yang sebelumnya tak pernah ia rasakan, sampai-sampai tidak punya waktu untuk sekadar mencari tahu tentang siapa orang yang akan Ryujin nikahi nantinya.

Kini ketika fakta terpampang nyata, Renjun tidak siap menghadapinya. Ia tidak siap dengan kenyataan bahwa dalam waktu dekat, Ryujin bisa saja pergi darinya.

Ketika Renjun yakin bahwa yang ia rasakan pada Ryujin bukan hanya sekadar nafsu belaka, seperti bagaimana mereka memulai permainan penuh dosa ini.

Melainkan perasaan murni Hwang Renjun yang mencintai Shin Ryujin.

"Sayang, kita cari makan yuk." ajakan Miyeon menyadarkan Renjun dari lamunannya.

Renjun tersenyum kecil, mencoba menutupi apa yang kini terjadi antara pikiran dan hatinya. "Boleh. Saya duluan ya."

Renjun mengiyakan ajakan Miyeon dan berpamitan singkat dengan Ryujin, Jeno, Chaeryeong, dan Haechan. Pasrah saja saat Miyeon mengajaknya mengambil hidangan yang agak jauh dari posisi mereka berdiri tadi.

Sebut saja Renjun pengecut, tapi ia tidak bisa berlama-lama di sana. Tidak ketika Ryujin terus melempar tatapan memohon pertolongan padanya. Tidak ketika perasaan bersalah kian menggerogoti jiwa. Maka Renjun iyakan saja ajakan Miyeon.

Kabur merupakan satu-satunya solusi yang terpikir dalam kepala Renjun saat ini.

Walau menjauh, sayup-sayup bisa Renjun dengar ucapan Ryujin yang meminta izin pergi ke toilet pada Jeno. Sepintas, Renjun ingin sekali mengejar wanita yang berjalan kian menjauh dari sudut pandangnya.

Tapi tak Renjun lakukan. Ia tak bisa.

"Jun, kamu mau makan apa?" tanya Miyeon yang sempat pergi dari sisi Renjun, kemudian kembali dengan membawa sepiring Japchae.

"Kalau abis kamu makan kita pulang saja bisa kan?" Bukannya dibalas dengan jawaban, Renjun malah membalas pertanyaan Miyeon dengan sebuah pertanyaan.

"Loh kenapa? Masih banyak loh yang bisa kita jajal di sini," balas Miyeon.

"Malas aja aku lihat wartawan-wartawan itu. Walaupun mereka di luar, tetap aja risih. Mending kita makan di luar. Di restauran steak dekat kantor appa," kilah Renjun.

"Oh oke," balas Miyeon.

"Nih udah selesai. Untung aku ambil sedikit aja, jadi bisa makan yang lebih enak. Yuk," seru Miyeon lima menit kemudian.

Keduanya pun pergi meninggalkan acara.

Dengan Renjun yang tidak tahu lagi harus bagaimana selain kabur sesegera mungkin dan Miyeon yang kembali memikirkan perkataan Jeno kemarin.

Apa yang Jeno maksud dengan lihat saja apa yang akan terjadi hari ini? Buktinya tidak ada apa-apa selain mereka saling mengobrol dan Jeno tak lupa mengenalkan calon istrinya. Tidak ada yang aneh.

Lalu, apa yang sesungguhnya Jeno rencanakan untuk aksi balas dendam yang tidak pernah surut dari hatinya itu?

Netra Ryujin menerawang menatap jalanan yang dilalui mobil Jeno. Mereka baru saja pulang dari acara pernikahan Chenle, kini dalam perjalanan menuju butik Joohyun untuk mencoba gaun yang sudah dibentuk namun belum dijahit.

Butik-butik besar biasa mengadakan fitting kedua ketika gaun belum sepenuhnya dijahit. Fungsinya untuk mengetahui mengepaskan gaun dengan tubuh konsumen, karena biasanya perubahan pada tubuh konsumen seperti penurunan atau kenaikan berat badan yang mempengaruhi bentuk tubuh di beberapa titik.

Namun pikiran Ryujin bukan dipenuhi soal gaun ataupun tetek-bengek persiapan pernikahannya dengan Jeno dalam hitungan lima bulan ke depan. Pikiran Ryujin justru berlari pada pertemuan tak terduganya dengan Renjun.

Bukan tidak terduga, karena mereka pasti akan bertemu karena acara tadi merupakan pernikahan Chenle. Tapi yang membuat Ryujin merasa terpojokkan adalah saat ia tahu kalau Renjun adalah sahabat Jeno. Fakta yang tidak pernah Ryujin sebelumnya.

Dalam pikirannya sempat mengutuk Jeno dan Renjun karena tidak pernah menceritakan soal fakta satu itu. Tapi salahnya juga tidak pernah bertanya pada kedua sisi.

Kini ketika kenyataan terpampang jelas di hadapannya, Ryujin merasa dunianya perlahan hancur. Mungkin terkesan berlebihan, tapi itu yang Ryujin rasa kini. Perasaan bersalah yang bercokol dalam hati, semakin hari semakin berat.

Kebahagian yang Ryujin rasakan saat bersama Renjun, yang dulunya sebanding dengan rasa bersalahnya pada Jeno dan Miyeon, kini perasaan bersalah itu terasa semakin berat setelah mengetahui fakta baru bahwa Renjun dan Jeno bersahabat.

"Sayang, kok diam aja?" tanya Jeno yang menyadari diamnya Ryujin sejak mereka memasuki mobil.

"Ah? Iya aku capek saja. Boleh enggak aku tidur dulu? Nanti bangunin kalau udah sampai di butik Joohyun-imo ya," ucap Ryujin singkat.

Setelahnya, Ryujin kesampingkan tubuhnya menghadap jendela. Menyembunyikan wajahnya dari pandangan Jeno, agar pria itu tidak tahu bahwa kini air mata telah mengalir membasahi pipi.

Ryujin menangis dalam diam.

Menangisi hubungan gelapnya dengan Renjun yang dalam hitungan waktu bisa saja terputus. Ryujin belum siap jika harus berpisah dengan sumber kebahagiaannya. Padahal Ryujin tahu bahwa tidak akan ada akhirnya membahagiakan untuk mereka. Ryujin akan kembali pada Jeno, begitu juga dengan Renjun yang akan kembali dengan Miyeon. Semua akan kembali pada posisi semula setelah Ryujin sah menjadi istri Jeno. Tapi ia tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi setelah fakta terbeber. Akankah hubungan gelap mereka terungkap sebelum tenggat waktu perjanjian berakhir.

Menangis karena perasaan bersalah terus menghantuinya. Tidak hanya pada Miyeon dan Jeno, kini si wanita juga merasa bersalah pada Joohyun yang namanya baru ia sebut sebelum berpura-pura tidur. Ibu dari Miyeon, mertua Renjun. Ryujin tidak membayangkan bagaimana reaksi wanita itu jika tahu menantunya berselingkuh dengan calon istri dari CEO di mana Miyeon bernaung. Tidak bisa pula membayangkan reaksi orang tuanya, orang tua Jeno, hingga orang tua Renjun jika sampai hubungan mereka terbongkar.

Setelah ini, apa yang harus Ryujin lakukan?

"Jun, nanti abis makan kamu pulang duluan saja bisa kan? Aku tadi minta Soojin jemput ke sini, nanti mau langsung berangkat ke Daegu buat syuting drama baru," ucap Miyeon sembari menguyah potongan daging terakhir dari piringnya.

Renjun meneguk sedikit dari gelas. "Udah mulai emang project-nya?"

"Ya gitu lah." Miyeon meneguk air mineral setelah selesai menguyah.

"Aku tungguin saja ya?" tawar Renjun.

Miyeon dengan cepat bersua. "Enggak usah Jun. Lagian aku perhatiin kamu capek banget kayaknya, pasti di rumah sakit lagi banyak kerjaan. Kamu abis ini pulang, terus istirahat. Enggak ada jadwal jaga toh hari ini sama besok?"

"Beneran? Ya udah, kalau gitu aku tinggal ya. Sekalian aku bayar di depan. Salam buat Soojin-noona." Setelah menandaskan cairan pekat berwarna merah dari gelas, Renjun beranjak keluar restauran.

Miyeon memperhatikan semua gerak-gerik Renjun. Dari pria itu bangkit, kemudian berjalan menuju kasir dan membayar makan siang mereka, hingga menerima kunci mobil dari petugas vallet parking restauran dan melajukan mobilnya menjauh, tak ada satupun yang luput dari pandangan Miyeon.

Setelah yakin suaminya itu pergi, barulah Miyeon keluar dan meminta tolong kepada petugas vallet parking untuk memanggilkan taksi. Tak sampai tiga menit, sebuah mobil berwarna abu-abu berhenti di depan Miyeon.

Miyeon memasuki kendaraan. "Pak, saya perlu ke dua tempat, bapak nanti mau nungguin saya kah waktu ke tempat pertama? Argometer-nya dibiarin jalan ga papa kok."

"Bisa nona. Jadi nona mau ke mana dulu?"

"Ke Dongdaemun Design Plaza dulu ya pak," ucap Miyeon.

Setelah itu Miyeon buka ponselnya guna menghubungi Soojin yang sebelumnya ia perintahkan melalui pesan singkat untuk membelikan pakaian di mall daerah Dongdaemun itu. Kebetulan rumah Soojin dekat sana, sehingga Miyeon bisa meminta tolong padanya.

"Unnie ngapain nyuruh aku beli baju gini? Mana style-nya aneh gini lagi," tegur Soojin saat Miyeon tiba dan bertemu di toilet yang Soojin jelaskan lokasinya melalui telepon.

"Udah diam saja. Aku mau ganti dulu. Kamu jagain sana taksi aku." Soojin pergi setelah Miyeon memberitahu nomor plat taksi dan lokasi berhentinya.

Sepuluh menit kemudian, Miyeon keluar dengan penyamaran terbaiknya. Berkat bantuan Soojin, kini tak akan ada orang yang mengenalinya. Sesampai di luar, ia serahkan pakaian yang sebelumnya ia pakai pada Soojin. Miyeon hanya membawa ponsel dan dompet kecil saja, sementara sisa barang ia masukkan ke dalam paper bag yang kini berada di tangan Soojin.

"Unnie sebenarnya mau ngapain sih?" tanya Soojin saat Miyeon hendak masuk ke dalam taksi yang menungguinya.

"Ada deh. Pokoknya kalau ada yang nyariin aku, bilang aja kalau kamu nemenin aku syuting di Daegu. Maksud aku kalau ayah, ibu, atau Renjun nyariin. Okay?"

Soojin tak punya pilihan selain mengiyakan permintaan Miyeon, karena wanita itu langsung masuk kendaraan setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Sekarang ke Jiju Seoul Medical Centre ya pak," titah Miyeon.

Lima belas menit berlalu, taksi pun berhenti di lobi rumah sakit. Miyeon segera menuju departemen Obstetri dan Ginekologi setelah membayar dan turun dari taksi.

Tepat saat ia memasuki departemen, nama samarannya dipanggil. Kaki Miyeon melangkah cepat menuju ruangan yang dijelaskan oleh perawat.

"Astaga Yeon! Kamu setiap datang ke sini kenapa panik mulu sih?" tanya Luda.

"Bukan panik, tapi aku mengusahakan untuk kabur secepat mungkin dari Renjun. Dia enggak boleh sampai tahu rencana aku. Untung saja dianya enggak curiga waktu aku suruh pulang duluan. Aku mana ngira dia bakal ngajak aku makan siang di luar, kirain kita bakal makan di acara nikahan residennya," cerita Miyeon.

"Kamu masih teguh sama rencana aneh kamu ini?" tanya Luda.

"Masih lah!"

"I mean, he is your husband. If you said you want to have a baby with him, he should understand that. You have the right for asking him."

"Well, it isn't easy Da! Aku enggak mau dianggap sudah jatuh cinta sama dia pas aku ngomong begitu. Padahal aku enggak cinta sama dia. Aku cuma enggak mau apa yang udah jadi milik gue diambil orang lain. Titik."

Luda mendengus pelan. "Terserah kamu saja deh. Terus sekarang kamu yakin buat ngejalanin operasi?"

"Iya. Aku enggak pernah seyakin ini dalam hidup," balas Miyeon dengan tekad kuat.

"Oke. Jadi untuk hari ini kamu rawat inap dulu. Besok kita bakal lakuin prosedur laparoscopy¹ dulu seperti sebelumnya, buat ngecek lagi gimana keadaan endometriosis lo. Setelah keluar hasilnya, baru kita tentuin lagi kapan sebaiknya kita lakuin operasi lanjutannya."

"Lah? Ada operasi lain lagi? Bukannya pake laparoscopy udah bisa ngurangin ya?"

"Iya emang bisa. Tapi kalau melihat kasus kamu yang udah laparoscopy berulang kali dan endometriosis lo masih balik, berarti kamu harus ngelakuin prosedur laparotomy². Tapi aku usahain buat ngelakuin yang prosedur electrocoagulation³, jadi aku bisa ngontrol semisal ada pendarahan pas operasi," terang Luda.

Miyeon mempertanyakan hal yang paling ingin ia ketahui. "Berapa lama penyembuhannya sampai aku bisa berhubungan badan sama Renjun?"

Miyeon tidak ingin prosedur yang ia lalui untuk mengikat Renjun ini berjalan terlalu lama. Miyeon harus segera melakukannya.

"Kalau cuma laparoscopy, ya sebulan setelah prosedur bisa. Tapi karena kamu bakal ada kemungkinan ngejalanin operasi lanjutan, bisa enam sampai delapan minggu sih Yeon," terang Luda.

"Kenapa? Mendadak ragu?"

"Enggak lah!"

Miyeon tidak akan mundur lagi. Ini yang ia rencanakan sejak awal, dan tidak ada yang boleh menggagalkan niatnya untuk mengikat Renjun.

Bahkan kematian sekalipun.

[1] Laparoscopy: disebut pula operasi lubang kunci, laparoscopy adalah prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di dinding perut. Laparoscopy dilakukan dengan bantuan alat berbentuk tabung tipis bernama laparoskop. Alat ini dilengkapi dengan kamera dan cahaya di ujungnya. Prosedur laparoskopi dilakukan untuk keperluan diagnosis atau pengobatan. Melalui metode ini, dokter akan mampu melihat sejumlah kelainan, seperti infeksi, kista, fibroid, dan perlengketan di dalam organ perut atau panggul. Selain itu, prosedur ini juga bisa diterapkan untuk keperluan pengambilan sampel jaringan dalam pemeriksaan biopsi. Prosedur bedah ini dapat pula digunakan untuk menangani endometriosis. (Alodokter)

[2] Laparotomy: prosedur yang bertujuan untuk membuka dinding perut agar dapat memiliki akses ke organ perut yang memerlukan tindakan tertentu atau sebagai prosedur diagnostik. Laparotomi dilakukan dengan cara membuat sayatan besar pada area di sekitar perut pasien yang didahului dengan pemberian anastesi. Beberapa contoh kondisi yang memerlukan laparotomi sebagai bagian dari penanganannya adalah penyumbatan atau obstruksi usus, perforasi atau kebocoran usus, perdarahan rongga perut, dan terkadang untuk pengangkatan tumor ganas di sekitar perut. Prosedur ini juga dapat dilakukan pada penderita endometriosis apabila prosedur laparoscopy tidak lagi mempan. Laparotomi ini dapat dilakukan sebagai operasi darurat jika kondisi pasien kritis, atau bisa juga dijadwalkan setelah mendapatkan hasil pemeriksaan terkait. (Alodokter)


[3] Electrocoagulation: prosedur dilakukan dengan menggunaan panas listrik, yang digunakan untuk menghancurkan dan menghapus endometriosis, serta mengontrol perdarahan yang terjadi saat prosedur dilakukan. (Endometriosis UK)

Halooooo! Aku kembali dengan chapter baru. Di chapter kali ini aku minta maaf ya kalau sedikit membingungkan. Intinya di chapter ini itu membahas rencana Jeno sehari sebelum nikahan Chenle, terus pergolakan batin Renjun dan Ryujin setelah terpampang fakta, dan rencana Miyeon buat benar-benar mengikat Renjun.

Kalau kalian ingat, di chapter 24 kalau ga salah, Miyeon ada nelepon seseorang. Nah itu dia nelepon Luda, terus penawaran yang Miyeon maksud itu adalah saran operasi pengangkatan endometrium yang tumbuh di tuba falopi. Harapan Miyeon sih biar dia bisa mengikat Renjun. Oh iya, sama jangan lupa kalau di sini Miyeon beneran ga ada rasa sama Renjun. Dia hanya sekedar obsesi, tapi makin lama makin berlebihan aja. Okay?

Segitu dulu deh cuap-cuap aku hari ini. Happy reading all! 💚

revised on 2020/09/04

Continue Reading

You'll Also Like

680 53 10
"Aku teman masa kecil mu" "Tipu lah terus dia suatu saat itu semua akan terungkap" Aku benar benar ingin memiliki dirimu tapi... Aku benci dengan ha...
4.2K 727 15
Selamat datang di rumah Gumilang Bersaudara. Keluarga yang katanya keluarga cemara, ceria dan harmonis tiada tara. Mereka pemenang kategori keluarga...
Namanya Bapuk By olyn_17

General Fiction

10.3K 1K 16
Bagi Lintang definisi nikmat yang hakiki adalah bisa makan dan tidur sepuasnya. Dia tidak ingin membuat ribet hidupnya apalagi dengan hal yang unfaed...
44.1K 4.2K 58
"Pengkhianatan yang paling menyakitkan itu biasanya berasal dari orang terdekat" Dan ya, kini aku setuju dengan kalimat itu. Highest rank : #1 - kari...