verrückt | renryu ✔

By peisinoehina

80.9K 7.4K 1.7K

Deep down we realize that this disgusting secret will slowly kill us and the other, but we cannot hold back w... More

disclaimer
introduction
prolog
1. their story
2. each other's owner
3. first of everything
4. intimidating
5. being hit
6. did it
7. volunteering
8. departure
9. side to side
10. stabbed
11. dinner
12. gift from hell
13. beach talk
14. definition of love
15. suddenly
16. avoidance
17. finding out
18. sin
19. result
20. hangout
22. second time
23. hell pills
24. a date
25. catasthrope
26. the plan
27. complicated
28. grudge
29. accident and the effect
30. another fact
31. deeper
32. fatal
33. chaos
34. solution
35. apology
36. probability
37. the real twist
38. back again
39. will you?
40. went through
epilog
closing
bonus: peace
bonus: interview (1)
bonus: interview (2)
bonus: interview (3)
real closing
promotion

21. confrontation

1.7K 156 20
By peisinoehina

"Kenapa kalian menawari saya untuk main di drama ini, PD-nim, writer-nim? Saya merasa enggak pantas untuk mengambil project sebesar ini setelah skandal kemarin. Di drama yang sekarang, masih bisa lanjut saja saya merasa tidak enak dengan kru yang lain."

Miyeon kini tengah berada di salah satu ruang rapat di LJN Entertainment. Ditemani Soojin, tengah terjadi pertemuan antara produser dan penulis naskah yang tengah membujuk Miyeon untuk mengambil project akting baru.

"Kami tahu skandal Miyeon-ssi bakal memberi pengaruh terhadap sentimen publik. Tapi kami tidak bisa memungkiri kalau akting Miyeon-ssi tidak bisa dipandang sebelah mata. Sudah delapan tahun lebih Miyeon-ssi berkarir, tentu saja tidak sebentar untuk mengasah bakat yang memang sudah bagus di dunia akting," bujuk si penulis naskah.

"Hmm coba saya diskusikan dahulu dengan manajer saya," balas Miyeon lalu mulai berbicara pelan dengan Soojin.

"Menurut kamu, aku ambil enggak nih kerjaan?"

"Kalau menurut aku ambil saja unnie. Toh tayangnya enggak di tiga stasiun nasional, di tv kabel. Jadi kemungkinan backlash-nya enggak bakal besar sih," ucap Soojin.

"Toh kayaknya orang udah lupa sama skandal kemarin. Berita kan sekarang lagi heboh nikahan si idol generasi dua itu. Hebat juga Paman Cho menghentikan penyebaran berita itu dan pas saja ada isu yang bisa dipakai sebagai pengalihan," tambah Soojin yang membuat Miyeon mendengus.

"Itu mah biar dia enggak malu aja, sama biar enggak jadi gunjingan pegawai di kantor," ucap Miyeon mencibir sang ayah.

"Emang unnie beneran sel..."

Miyeon memotong ucapan Soojin sebelum wanita itu mampu menyelesaikan kalimatnya. "Jadi di ambil nih?"

"Ya ambil saja, masa enggak kerja habis drama yang ini selesai?" balas Soojin lesu.

Terlihat sekali Miyeon menghindari topik mengenai berita kencannya dengan Jaehyun. Sebagai manajer, Soojin tahu kalau ada batas privasi yang harus ia hargai. Namun sebagai teman Miyeon semenjak wanita itu menginjakkan kaki di perusahaan, Soojin merasa Miyeon tidak begitu terbuka dengannya. Miyeon lebih suka menyembunyikan apa yang ia alami dan rasakan, membuatnya sulit untuk didekati.

Bagai peribahasa dekat tak tercapai, jauh tak antara.

Miyeon memang dekat, namun jiwa wanita itu tak dapat disentuh bahkan oleh seorang Soojin atau oleh orang-orang lain di hidupnya. Permainan petak umpet yang Miyeon lempar tanpa sadar lah yang membuat dirinya tak tergapai.

"Baik kalau begitu, saya terima tawarannya. Terima kasih karena telah memilih saya," ucap Miyeon, bangkit dari bangku dan membungkuk pelan kepada produser dan penulis naskah.

"Terima kasih banyak Miyeon-ssi. Kami senang bisa bekerja sama dengan Anda," ucap produser dan penulis naskah, tak lupa untuk bangkit dan menjabat tangan Miyeon bergiliran.

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, menampilkan Chaeyoung dengan tatapan tidak bersahabat. Wanita itu lalu mendekat pada produser dan penulis naskah dengan senyum palsunya.

"PD-nim, writter-nim, apa kalian lama menun..."

"Miyeon-ssi, sekali lagi terima kasih karena telah menerima tawaran kami," potong penulis naskah.

"Ah tidak, tidak, harusnya saya yang berterima kasih pada kalian karena telah mempercayakan project baru ini ke saya," balas Miyeon.

"Hahaha baiklah. Kalau gitu kami permisi dulu. Mengenai jadwal lebih lanjut akan saya kirimkan langsung melalui Soojin-ssi," balas produser.

Kedua orang itu lalu meninggalkan ruangan, tanpa sekali pun menghiraukan kehadiran Chaeyoung. Yang membuat wanita itu kesal bukan main dan langsung membentak Miyeon.

"Kamu! Kenapa sih kamu selalu ngambil kerjaan aku?! Enggak puas kamu karena terklaim jadi pacarnya Jaehyun, orang yang sebenarnya adalah pacar aku?!"

"Unnie, jangan gini dong! Ga enak tahu dilihat pegawai yang lain," lerai Soojin sembari memberi lirikan ke luar ruangan diskusi yang hanya dibatasi denga kaca. Walau di beberapa bagian dibuat semi-transparan, pegawai perusahaan tentu masih melihat ketegangan antara dua aktris itu.

"Shut up Soojin! This is our business!" balas Chaeyoung.

Miyeon mendengus sebal sekaligus pasrah. Sejujurnya ia malas untuk meladeni kemurkaan mantan sahabat yang menusuknya dari belakang ini. Namun kalau dibiarkan, Chaeyoung bisa saja menyakiti Soojin dan itu adalah hal yang tidak Miyeon harapkan untuk terjadi.

"Jin, kamu keluar saja dulu. Benar kata Chaeyoung, ini urusan aku sama dia. Kamu enggak perlu turun tangan," ucap Miyeon memberi Soojin pengertian.

Miyeon mengerti Soojin peduli padanya. Tapi ia tak ingin kepedulian itu justru berbalik menyakiti sang manajer.

"Tapi unnie..."

"Just do what I told you, okay? Tunggu aku di kantin, nanti kalau udah kelar aku susul," potong Miyeon.

Soojin sempat ragu, namun Miyeon melempar tatapan bahwa semua akan baik-baik saja. Wanita itu lalu keluar ruangan, meninggalkan Miyeon berdua dengan Chaeyoung.

"Mau kamu apa sih Yeon?! Enggak puas sama hidup kamu yang udah sempurna itu?! Enggak bisa apa, sekali saja, kamu senang akan kebahagiaan aku?! Aku ini masih sahabat kamu!"

"Cih!"

Seenaknya saja Chaeyoung berbicara. Dia masih menganggap dirinya sahabat Miyeon setelah semua kejahatan yang ia perbuat di masa lalu? Emang dasarnya manusia, kalau sudah sengsara pasti akan menjilat ludah sendiri.

Seperti Park Chaeyoung.

"Oh sahabat ya? Aku harus mengerti kebahagian kamu, karena kamu sahabat aku gitu? Eh salah! Mantan sahabat!" ucap Miyeon dengan penekanan pada dua kata terakhir.

"Terus kamu mengerti enggak kebahagiaan aku waktu itu? Kan kata kamu, kirabsahabat. Tapi emang ada ya orang yang dengan jahatnya merebut kebahagiaan sahabatnya demi kebahagiaan diri sendiri?" lanjut Miyeon.

"Sudah gitu, kamu merusak kehidupan aku sebagai Cho Miyeon yang cuma sekali ini. Kamu juga dengan kurang ajarnya masuk ke agensi yang sama setelah aku enggak melanjutkan kontrak di agensi lama? Bareng sama orang yang pernah menjadi sumber kebahagiaan aku?"

"Kamu menabur garam di atas luka, terus masih minta aku buat mengerti? Apalagi soal kerjaan? Profesional dikit napa Chae! Kerjaan aku dapat karena murni bakat aku. Kamu harusnya tunjukkin kemampuan kamu, not throwing tantrum at me and saying that I took every jobs that should be yours!"

Miyeon terus berucap tanpa memberi Chaeyoung kesempatan membalas. Wanita dihadapannya ini harus diberi pelajaran sesekali. Sudah cukup Miyeon biarkan hal ini berlarut tahunan.

"Karena Jaehyun pantasnya bahagia sama aku, bukan sama kamu!" bentak Chaeyoung kembali.

See?

Chaeyoung itu hanya wanita bodoh yang kebetulan saja berhasil menghancurkan hidup Miyeon. Diajak berargumentasi saja ia tidak bisa membalas sepanjang ucapan Miyeon. Karena yang ada dipikiran wanita itu adalah bagaimana cara agar Miyeon terus menderita, sampai-sampai tidak tahu bagaimana cara yang benar dalam memenangkan argumen.

"Ck! Dari dulu gitu aja argumen kamu, enggak ada yang lain. Udah lah, capek aku ngomong sama kamu. Terserah kamu mau nganggep gimana, yang jelas tawaran mereka aku yang dapat," balas Miyeon.

Wanita itu mengambil tasnya dari kursi, hendak keluar dari ruangannya. Namun tangannya ditahan oleh Chaeyoung.

"Kita belum selesai Hwang Miyeon," ucap Chaeyoung, dengan penekanan pada nama marga Miyeon setelah berstatus sebagai istri orang.

"Apalagi mau kamu?" tanya Miyeon jengah sembari menghentakkan tangannya dari genggaman Chaeyong.

"Lepasin project tadi dan serahin ke aku!"

"You have lots of project, so just finish yours. Don't take someone else's."

"If you don't give it to me, I will tell everyone about your secret," ancam Chaeyoung.

Kalau dulu Miyeon akan berusaha keras mungkin untuk membungkam ancaman demi ancaman mengenai kebenaran di masa lalu, maka sekarang tidak lagi.

"Sure! Then I will tell others too about your crime. My sin is nothing compared to yours, right?"

Miyeon pun keluar dari ruangan tanpa sekalipun menoleh ke belakang guna menatap Chaeyoung yang mematung akibat ucapannya.

Miyeon tahu dirinya sudah hancur sehancur-hancurnya. Bahkan ia sudah melewati jalur sesat karena mengiyakan ide yang merupakan bagian dari balas dendam atasannya, yang tak lain tak bukan adalah Lee Jeno.

Ia sudah menghancurkan juga kepercayaan dan perasaan banyak orang dalam hidupnya.

Jadi apalagi yang harus Miyeon pertahankan? Masa lalu yang ia kubur pun kelak pasti akan ketahuan juga bangkainya. Tidak ada yang perlu Miyeon khawatirkan.

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

Karena kejahatan Chaeyoung, hidup Miyeon rusak seluruhnya. Maka tidak ada lagi yang perlu Miyeon pertahankan. Ancaman Chaeyoung tidak akan memberi pengaruh berarti bagi Miyeon yang sudah rusak akan masa lalu kelam.

"Pagi Minah-unnie, Hani-unnie," sapa Ryujin saat memasuki departemen.

"Pagi Jin!"

Ryujin bergegas menuju ruang istirahat setelahnya, meletakkan tas miliknya di atas tempat tidur. Lalu menatap ke arah cermin yang terpasang dekat pintu kamar mandi.

Rutinitas yang kini rutin Ryujin lalukan sebelum mulai beraktivitas di rumah sakit. Cukup lama ia menatap cermin, seakan memberi tahu sosok yang terefleksi di sana untuk semangat dalam menjalani hari.

Memberi sosok itu petuah agar tidak goyah selama belajar dan dibimbing oleh Renjun. Seseorang yang perlahan mengambil sebagian tempat di hati Ryujin, tanpa wanita itu sadari.

Setelah yakin dirinya siap, Ryujin memasukkan ponsel ke saku jas dan mengalungkan tanda pengenal ke lehernya.

Saat keluar, ia tak sengaja berpapasan dengan Renjun. Selayaknya bimbingan pada normalnya, Ryujin membungkuk dan menyapa pria itu formal. Seperti tidak ada apa-apa di antara mereka selama ini.

"Pagi do..."

Belum selesai menyapa, Renjun sudah berlari cepat meninggalkan departemen. Membuat Ryujin kebingungan, namun tak berlangsung lama karena Jaemin keluar dari ruang diskusi.

"Sunbae, itu Hwang-uisanim kenapa lari-lari?" tanya Ryujin, mencegat Jaemin yang juga terlihat berlari.

"Ada pasien gawat darurat, makanya dia lari. Sudah masuk ruang inap sih, tapi katanya kondisinya parah gitu. Ayo kita susul," ajak Jaemin.

Kedua residen itu berlari cepat menuju lantai rawat inap pasien baru tersebut, menyusul Renjun yang sudah berlari lebih dulu.

"Eh Renjun!"

"Pagi Seyoung-noona! Gimana keadaan pasien?"

Seyoung yang merupakan dokter senior di departemen menggulir layar iPad di tangannya. "Pasien bernama Kim Nayoung, usia tiga puluh tujuh tahun. Riyawat penyakit olfactory neuroblastoma¹, atau kanker langka yang berkembang dari neuroblast² yang belum matang saat masa anak-anak dan menyerang bagian saraf di rongga hidung manusia. Sudah stadium empat, berarti sel kanker sudah menyebar ke seluruh organ pasien."

"Maksud dokter, Kim Nayoung penyanyi itu?" tanya Jaemin yang sudah muncul saja, berdiri di samping Renjun.

Ryujin sendiri menyusul dan berdiri di samping Jaemin. "Yang vakum sejak dua tahun lalu karena efek dari kanker langkanya itu dok?"

"Huum, Kim Nayoung yang itu," balas Seyoung

Renjun melirik sekilas ke arah dua bimbingannya dan mendengus. "Kalian berdua nih apaan sih? Ngasih pertanyaan kok enggak ada bobotnya, terutama kamu yang residen tahun keempat."

"Orang kepo juga, marah aja sih!" cibir Jaemin.

"Hahaha udah udah, gitu aja debat. Kalian ga bosen apa dari kecil debat mulu?" goda Seyoung.

"Sekarang pasien keadaan stabil kok, jadi enggak perlu sampai lari gini Jun. Mending kita ke departemen aja buat ngebahas," ajak Seyoung setelah menyelesaikan penjelasan singkatnya.

"Eh? Noona mau ikut diskusi? Tumben?" tanya Renjun sembari keempatnya kembali turun ke departemen.

"Mumpung hari ini enggak ada kerjaan. Toh visite udah diambil alih sama Sihyeon sama Hee-oppa," balas Seyoung enteng.

Sementara Renjun dan Seyoung jalan di depan, Ryujin dan Jaemin yang mengikuti dari belakang sibuk mencari berita terkait Kim Nayoung yang menjadi pasien mereka.

"Gila lah! Dulu tuh Kim Nayoung cantik banget! Terus dua tahun ini menghilang gitu kan, eh tiba-tiba muncul di rumah sakit kita," ucap Jaemin.

"Iya loh, lagu-lagu doi kan juga enak banget. Dua tahun ini kayak aneh enggak sih karena doi enggak ada rilis lagu," seru Ryujin.

Tak lama, mereka tiba di departemen dan sesi diskusi pun dimulai bersama dengan Jungeun dan bimbingannya yang kebetulan berada di ruangan.

"Bengkak yang di hidung itu kah sel kankernya dok?" tanya Chenle saat foto wajah pasien dimunculkan ke layar.

"Sampai bengkak ke bagian mata juga ya?" tanya Yangyang.

"Iya, efek dari tumor ganas yang terus berkembang di rongga hidung menyebabkan cacat pada bentuk wajah pasien. Pasien juga kehilangan kemampuan pada indra penghilatan, penciuman, dan perasa," terang Renjun.

"Matanya yang sebelah kanan terus kemana ya dok?" tanya Heejin

"Coba lihat hasil MRI³ sama CT scan-nya dulu."

Ryujin yang berperan sebagai operator membuka bagian MRI pada chart pasien terlebih dahulu.

"Oh? Itu di MRI matanya kedorong keluar dari tempatnya," seru Hyejoo.

"Hmm udah berapa lama wajahnya pasien mengalami kecacatan gini?" tanya Jungeun.

"Dua tahun terakhir ini sih, berdasarkan pengamatan pelayan di rumah pasien. Yang membawa pasien ke rumah sakit juga karena batuk darah," terang Seyoung.

"Sebelumnya pasien sempat kemoterapi⁴, tapi akhirnya pengobatan dihentikan karena pasien lelah," imbuh Seyoung.

"Ini udah stadium empat kan ya dok? Berarti enggak ada yang bisa kita lakuin selain ngasih obat pereda nyeri dong dok?" tanya Ryujin kemudian.

"Jawaban pastinya sih iya, enggak ada yang bisa kita kasih selain memberi obat pereda nyeri," balas Seyoung yang membuat semua dokter residen mendengus.

"Tapi tetap ada prosedur penting yang harus kita lakuin sekarang. Kita harus menutup akses di trigeminal ganglion sebelum pasien merasakan nyeri yang berlebihan," seru Renjun.

"Kita bisa pakai RF untuk melakukan prosedur tersebut," tambah Renjun.

Pasien pun dipindahkan sementara dari ruang inap menuju ruang periksa di departemen. Karena beberapa alat untuk melakukuan prosedurRF atau Radiofrequency Thermocoagulation ini tidak semua bisa dibawa kemana-mana karena ukurannya yang besar.

"Sunbae sudah pernah lihat atau ngelakuin prosedurnya?" tanya Ryujin sembari merapikan letak kaca mata medis yang ia kenakan.

Sesuai namanya, tentu saja akan ada radiasi yang timbul selama prosedur berlangsung. Dokter yang melakukan prosedur harus mengenakan alat pelindung diri yang tepat agar tidak terpapar efek radiasi.

"Pernah. Kalau enggak salah waktu masih residen tahun kedua, Hwang Hee-uisanim yang ngelakuin. Seinget aku sih lama prosesnya, karena nemuin ganglion⁷ yang bener tuh enggak gampang," terang Jaemin.

Jaemin dan Ryujin lalu dengan telaten memasangkan alat-alat pendukung seperti pendeteksi detak jantung dan lainnya pada tubuh pasien, dibantu oleh Minah.

Berselang kemudian Renjun masuk dan berbicara sebentar pada pasien, memberi peringatan mengenai efek yang akan dirasa selama prosedur berlangsung.

"Perkenalkan saya Hwang Renjun-uisanim. Pagi ini, saya akan melakukan prosedur yang sedikit sensitif dan menyebabkan ketidaknyamanan. Bisa juga menyebabkan nyeri, apa tidak masalah?"

Pertanyaan Renjun dibalas dengan kedipan pelan dari mata sebelah kiri pasien yang tidak mengalami pembengkakan.

"Kita mulai. Ryujin, kamu bisa mulai drapping," titah Renjun.

Ryujin bergerak mendekati pasien, menggunakan forcep untuk mencapit kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol dan mengaplikasikannya pada bagian bengkak di wajah pasien. Setelahnya memasangkan kain steril berwarna biru untuk menutupi seluruh tubuh pasien, dengan bagian lubang berada di bagian wajah yang akan dilakukan prosedur.

Setelah Ryujin selesai, giliran Jaemin yang mendorong alat CT scan berbentuk setengah lingkaran mendekati pasien guna membantu proses pencarian ganglion yang akan ditutup.

"Set ke tiga puluh tiga derajat," titah Renjun, yang langsung dituruti oleh Jaemin dengan merubah sudut alat dan memanjangkan bagian ujung alat yang digunakan untuk memvisualisasikan membran pasien pada komputer agar mengawang tepat di atas bagian wajah kanan pasien.

"Tambah lagi lima derajat."

"Oke pas, kita mulai. Tweezers," pinta Renjun pada Ryujin.

Renjun menempelkan capit dengan ujung melengkung itu beberapa kali pada kulit pasien sembari meminta Jaemin untuk memencet tombol agar membran pasien terpampang di layar. Setelah menemukan titik yang dirasa tepat, Renjun menyuntikkan anestesi lokal pada bagian tersebut.

Lalu meminta jarum yang berfungsi untuk mengetahui letak ganglion yang akan ditutup, menusukkannya perlahan melalui lubang yang sebelumnya digunakan untuk menyuntikkan anestesi. Tak lupa meminta Jaemin untuk kembali menekan tombol agar visualisasi terekam.

"Rubah pakai penglihatan sisi," titah Renjun saat belum menemukan bagian trigeminal ganglion, yang langsung dituruti Jaemin dengan mengubah posisi alat kembali ke derajat nol. Lalu memutar alat setengah lingkaran tersebut, menukar posisi bagian ujung alat yang satu dengan ujung lainnya.

Renjun kembali menusukkan jarum sembari menitahkan Jaemin untuk kembali memvisualisasikan membran pasien ke layar.

Dirasa pas, prosedur RF pun dimulai dengan memasangkan kabel ke alat berbentuk persegi. Sementara ujung kabel yang berupa jarum dimasukkan ke dalam jarum yang sebelum Renjun masukkan, untuk memeriksa reaksi sensori pasien terhadap rasa nyeri dengan sengatan listrik.

"Mulai dari 50 hert, 0,3 ampere¹¹," titah Renjun yang langsung dikerjakan oleh Ryujin.

"Apa Anda merasakan sengatan listrik?" tanya Renjun yang dijawab iya oleh pasien, menandakan bahwa posisi ganglion sudah ditemukan.

"Detak jantung sama tekanan darah normal," gumam Renjun sembari melirik ke arah monitor.

Anestesi lokal kembali diberikan, lalu Renjun memasukkan jarum yang sama untuk diberi sengatan listrik, dengan gelombang dan arus yang sama seperti sebelumnya.

"Kalau anda tidak merasakan sakit, tolong angkat tangan kanan anda," ucap Renjun.

Respon seperti yang Renjun harapkan diberikan oleh pasien. Dalam sekali percobaan, si jenius Renjun berhasil menemukan ganglion tersebut dan menutupnya. Terbukti dari reaksi pasien yang mengangkat tangan kanannya.

Jarum yang tertancap di keluarkan, wajah pasien pun kembali disterilkan. "Kami akan tetap melakukan pengamatan untuk beberapa hari ke depan. Jika rasa sakit tidak muncul, Anda sudah bisa pulang dan kami akan resepkan obat pereda nyeri."

"Kalian yang selesaikan ya, saya tinggal." titah Renjun.

"Gila! Aku sahabatan sama Renjun dari kecil dan setiap prosedur gini-gini aku selalu kagum sama dia Jin!" seru Jaemin setelah mengembalikan pasien ke ruang inap.

Ryujin hanya mengangguk pelan, dalam hati juga sama kagumnya dengan pembimbingnya.

"Kita ngopi yuk, sekalian makan di luar saja. Di resturan malatang depan sana, ajakin yang lain deh," ajak Jaemin.

Ryujin hanya iya-iya saja.

Karena setelah rasa kagum, rasa bersalah lagi-lagi muncul dalam hati. Seharusnya Ryujin menutup rapat-rapat hatinya, bukan malah terkagum akan pekerjaan Renjun yang sesungguhnya normal dilakukan oleh dokter-dokter lain. Menimbulkan rasa bimbang yang bersarang dan kian membesar bagai sel tumor, yang dapat berubah menjadi kanker tanpa bisa siapapun prediksi.

Akankah dalam waktu dekat Ryujin dihadapkan pada pilihan akan kebimbangan hatinya, antara mempertahankan hubungannya dengan Jeno yang akan naik tingkat sebentar lagi, atau justru terlena dalam pesona Renjun yang terus menariknya dalam jeratan dosa?

[1] Olfactory Neuroblastoma: kanker jenis langka yang menyerang jaringan sel saraf yang tidak matang saat di masa kanak-kanak. Neuroblastoma ini bermula dari pembesaran sel tumor yang berubah menjadi sel ganas pada rongga hidung manusia. (Alodok, National Institute of Health USA)

[2] Neuroblast: sel saraf yang belum matang saat masa anak-anak. Terkadang dengan berjalannya waktu sel itu akan matang dengan sendiri, namun ada juga malah menjadi wadah bagi sel tumor untuk berkembang biak. (National Institute of Health USA)

[3] MRI: pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan pada tes lain, seperti rontgen, USG, atau CT scan. Pada tes MRI, bagian tubuh yang akan dipindai ditempatkan pada sebuah mesin dengan magnet yang kuat. Gambar-gambar yang dihasilkan dari MRI berupa foto digital disimpan di komputer dan dicetak untuk dipelajari lebih lanjut. (Alodok)


[4] Kemoterapi: dikenal sebagai pengobatan untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi memiliki peranan penting dalam melawan sel kanker. Cara kerjanya adalah dengan menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah diri dengan cepat, tergantung pada jenis kanker dan sudah sampai di stadium berapa sel tersebut menyerang tubuh. (Alodokter)

[5] Trigeminal Ganglion: disebut juga ganglion seminular, merupakan struktur tipis berbentuk bulan sabit yang terletak di gua Meckel di bagian dalam tengkorak tengah. Ganglion semilunar memainkan peran penting dalam menerima sentuhan panca indra (reseptor). (Neuroanatomy: Seminular Ganglion, National Instute of Health USA)

[6] Radiofrequency Thermocoagulation (RF): metode penyembuhan kanker tanpa melalui operasi, namun untuk kanker dengan ukuran sel > 5 mm prosedur ini hanya mampu untuk memperlambat kerja sel. Menurut pandangan ahli, kanker seperti dibakar dalam api ketika prosedur ini dilakukan. (Kompas, Bethsaida Hospital)

[7] Ganglion: sekelompok sel neuron dalam sistem saraf perifer. (Wikipedia)

[8] Drapping: disebut juga drape, merupakan kegiatan sanitasi pada kulit bagian tubuh yang akan dioperasi atau akan dilakukan prosedur, lalu ditutup dengan kain bersih atau steril dengan bagian lubang diletakkan pada bagian yang akan dioperasi atau akan dilakukan prosedur. (SBS Doctor John, Episode 9)

[9] Tweezers: alat penjepit atau capit yang ujungnya melengkung. (SBS Doctor John, Episode 9)

[10] Hertz: banyaknya gelombang listrik dalam satu detik. (Wikipedia)

[11] Ampere: atau arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam tiap satuan waktu. (Wikipedia)

Hai!

Sebelumnya aku minta maaf ya kalau semisal penjelasan media di sini super membingungkan, begitu juga di chapter-chapter sebelum 😭 Sejujurnya aku sempat bimbang untuk rilis chapter ini atau enggak, karena merasa ga srek sama research dan penjelasan yang aku jabarin di jalam cerita dan di glosarium. Ya aku tahu sih aku bukan anak kedokteran, but I feel like I don't give my best in here make me feel reluctant to release this chapter 😭 Tapi kalai ga dipublish, bisa mandek ini cerita dan aku ga mau sampai mandek karena ada goal tersendiri yang aku tentukan untuk cerita ini.

Jadi saran dari aku, kalau kalian bingung sama semua adegan yang berhubungan dengan mengurus pasien di cerita ini, kalian bisa nonton drama keluaran SBS yang judulnya Doctor John. Aku pake referensinya dari sana, ada yang persis sama dan ada juga yang aku gubah sesuai kebutuhan cerita, dan untuk chapter ini aku pake referensi di episode 9. Biar kalian ga bingung, karena kalau yang jelasin pun kalian akan berakhir semakin bingung.

So, happy satnite and happy reading!

revised on 2020/09/03

Continue Reading

You'll Also Like

92K 8.1K 82
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
100K 5.3K 23
Selena.... Setelah 10 tahun berlalu, akhirnya aku melihatnya lagi. Sekarang dia telah menjelma menjadi wanita dewasa yang sangat cantik. Dia bahkan l...
4.3K 1.5K 17
[on going] Terimakasih sudah bertahan walau tertekan! Setidaknya ada usaha untuk tetap Ada. Walau kadang rasa ingin menghilang itu muncul tiba-tiba...
249K 8.8K 55
Bercerita tentang Kirana Daneswari dan Nathaniel Adhiwiguna yang telah menjalin asmara sebagai sepasang kekasih sejak keduanya duduk di bangku SMP hi...