Love In Galaxy (End)

By leetdr

13.4K 1.9K 691

Kisah tertulis tentang sebuah hubungan terlarang, kebohongan yang terbongkar, dan juga cinta yang bertepuk se... More

_prolog_
1. ll Horizon
2. ll Star
3. ll Altair
4. ll Aurora
5. ll IMeridian
6. ll Perihelion
7. ll Capella
8. ll Lyra
9. ll Vega
10. ll Nebula
11. ll Binary
12. ll Nova
13. ll Bolide
14. ll Cygnus
15. ll Andromeda
16. ll Aldebaran
17. ll Aquilla
18. ll Galaksi
19. ll Deneb
20. ll Libra
21. ll Orion
22.ll Regulus
23. ll Auriga
24. ll Black Hole
25. ll Aphelion
26. ll Centaurus
27. ll Sirius
28. ll Rigel
29. ll Spica
30. ll Red Giant
31. ll Betelgeuse
32. ll Antares
33. ll Algol
34. ll Merkurius
35. ll Venus
36. ll Bumi
37. ll Mars
38. ll Yupiter
39. ll Sa(d)turnus
40. ll Uranus
41. ll Neptunus
42. ll Cassiopeia
43. ll Arcturus
45. ll Aquarius
46. ll Pisces
47. ll Aries
48. ll Taurus
49. ll Gemini
50. ll Cancer
51. ll Leo
52. ll Virgo
53. ll Libra
54. ll Scorpio
55. ll Sagitarius
_Epilog_
Extra part 1
Extra part 2
NEW STORY

44. ll Capricorn

128 17 19
By leetdr

Sampai kapan aku akan terbelenggu dalam garis persahabatan yang tak benar-benar murni? -Rembulan.A.
-Love In Galaxy-

~happy reading~


RASI dan Bintang telah tiba di Indonesia sejak 2 jam yang lalu. Kini, mereka berada di rumah Tino. Mereka menghabiskan waktu selama penerbangan dengan senang. Meskipun kenyataan ini sangat pahit untuk Rasi, cowok itu berusaha untuk menerimanya dengan bahagia.

"Jadi, kamu anak tirinya menantu saya?" tanya Tino sekali lagi.

Rasi mengangguk. "Maaf, kalo saya udah bikin keluarga Mama Alana kacau," katanya menunduk.

Tino menepuk bahu cowok itu dan tersenyum. "Ini bukan salah kamu. Wajar kalau Senja mencari kebahagiaan baru setelah apa yang dilakukan putra saya dulu."

"Senja?" tanya Rasi kebingungan. Bintang tertawa menyadari kebingungan Rasi.

"Senja dan Alana itu satu orang, Kak. Mulai sekarang kakak harus terbiasa dengan dua panggilan itu," jelas Bintang. Dan Rasi pun mengangguk paham.

"Rasi, kamu boleh tinggal di sini. Kakek akan menganggap kamu seperti Bintang," ujar Tino pada Rasi.

Rasi menggeleng pelan. "Gak usah, Kek. Rasi mau tinggal di rumah Ayah Mama, Kakek Dito," tolak Rasi halus.

Tino tiba-tiba tersenyum. Ternyata, mantan besannya itu juga sangat menyayangi Rasi. "Gimana keadaan Dito? Dia masih kuat menghandal perusahaannya?" tanya Tino.

"Sedikit sih. Sudah banyak meminta bantuan sekarang," kata Rasi. "Sering sakit pinggang katanya."

Tino, Ratna, dan Bintang tertawa mendengar jawaban Rasi.

"Apa Senja tidak akan ke Indonesia?" tanya Ratna setelahnya.

Rasi tersenyum canggung pada wanita tua itu. "Saya harap begitu. Tapi, Mama Alana masih ngurus pekerjaannya di LA," jelas Rasi.

"Mama Alana juga punya suami, Kek. Mungkin masih lama kalau mau kesini," imbuh Bintang.

"Sejak kapan kamu ikut-ikutan manggil Senja dengan sebutan Mama Alana?" tanya Tino tertawa.

Bintang melirik Rasi dengan senyum tertahan. "Udah ketularan Kakak tiri," katanya sukses membuat Rasi menjitak kepalanya.

"Kakek harap kalian tetap akur. Saling menjaga sesama kakak adik," kata Tino menatap mereka penuh sayang.

"Iya, Kek. Itu pasti," ujar Rasi.

"Kalo gitu, saya pamit dulu ya, Kek? Kakek Dito pasti sudah nungguin saya," pamit Rasi setelahnya.

Cowok itu langsung berdiri. Kemudian, dia menyalami Tino dan Ratna. Terakhir, Rasi menatap Bintang. Bibirnya tertarik melihat binar kebahagiaan gadis itu kembali. "Gue pulang dulu, kalo kangen tinggal temui gue. Kalo enggak, telfon dan gue pasti kesini," kata Rasi membuat Bintang tertawa.

"Siap, Kakak," balas gadis itu.

-Love In Galaxy-

"Elang, gue kangen sama lo," kata Bintang seraya memeluk cowok itu dari belakang.

Bintang tidak lagi memikirkan tentang nomor ponsel Elang yang tidak bisa dihubungi. Gadis itu terlalu bahagia setelah berhasil menemui Elang dan sekarang bisa memeluknya.

"Lo gak kangen apa sama gue?" Elang tak kunjung menjawabnya. Cowok itu hanya mematung dalam pelukan Bintang.

"Lang, lo kenapa gue telfon gak diangkat. Kenapa lo juga gak ngirim chat ke gue?" tanya Bintang lagi.

Setelahnya, dia sadar kalau sedari tadi Elang tidak menggubrisnya. Bahkan, dia juga tidak mendapat sambutan hangat dari pacarnya setelah dia datang. Malahan, tadi Bintang yang mengejar Elang ketika cowok itu hendak berjalan ke kelasnya.

Tanpa menjawab sepatah katapun, Elang langsung melepas paksa tangan Bintang yang melingkari pinggangnya. Cowok itu melangkah lebar tanpa melihat Bintang.

"Lang, lo kenapa sih?" Bintang berusaha menyamai langkah cowok itu.

"Lang, jawab!" Kali ini dia sedikit menahan lengan cowok itu. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba Elang seperti ini.

"Tinggalin gue. Gue pengen sendiri," kata Elang. Tidak ada kelembutan dalam nada bicaranya. Sebenarnya Elang kenapa? Bintang menatap cowok itu heran.

Saat dia berusaha mengejar Elang yang sudah berjalan cepat di depannya, sepasang tangan memegangnya. Menahan gadis itu untuk melangkah pergi.

"Jangan dikejar!" Suara seseorang itu membuat Bintang menoleh.

"Angkasa?"

Angkasa hanya tersenyum kecil. "Gimana kabar lo? Betah gak di LA?"

Bintang mengangguk. "Gue baik-baik aja. Dan gue juga udah ketemu nyokap," ungkap Bintang. Angkasa lega mendengarnya.

"Sa, lo tau kenapa Elang kaya' gitu?" tanya Bintang. Gadis itu hanya ingin meminta penjelasan.

Angkasa terdiam sejenak. "Lo ada hubungan apa sama cowok itu?"

"Hah? Cowok itu? Gue kan pacarnya dia," jawab Bintang. "Masa' lo gak tau sih kalo gue pacarnya Elang?"

Angkasa mendatarkan tatapannya. Dia merasa salah kata. "Maksud gue, lo ada hubungan apa sama Rasi?"

Bintang mengangguk paham. "Kepo lo," tukasnya kesal.

"Gue gak kepo. Ini demi kesejahteraan hubungan lo."

"Kak Rasi itu...." Belum sempat Bintang menyelesaikan kalimatnya, seseorang telah memanggilnya keras. Membuat Bintang menghentikan perkataannya.

"BINTANG!"

"Bulan?"

Bintang langsung berlari menghampiri Bulan yang juga tengah berlari ke arahnya. Angkasa hanya berdecak kesal kala melihat itu. Ingin sekali dia mengumpat karena kehadiran Bulan yang tiba-tiba.

"Gue kangen sama lo. Lo apa kabar? Lo baik-baik aja, kan? Ya ampun, lo di sana beberapa hari aja udah makin bening aja deh." Bulan terus memberondong lontaran sambil sesekali memegang-megang Bintang.

"Iya, gue baik-baik aja. Semua berjalan sesuai harapan. Nyokap gue udah ketemu," jelas Bintang.

"WHAT? SERIOUSLY? " pekik Bulan. Tentu gadis itu juga merasa senang.

"Syukurlah kalo gitu," katanya lagi.

Bulan dan Bintang bersamaan menatap cowok yang saat ini sedang memandang mereka jengah. "Lo kenapa masih di sini?" tanya Bulan.

"Suka-suka gue dong," jawab Angkasa.

"Tapi ini kan udah mau masuk," tegas Bulan. Bintang hanya diam memandangi mereka bergantian.

"Lo sendiri?" Angkasa bertanya balik.

Bulan berkacak pinggang di depan Angkasa. "Suka-suka gue dong," jawabnya. Persis seperti Angkasa tadi.

"Copas lo," cibir Angkasa pada Bulan.

"Yang ada lo itu," balas Bulan tak mau kalah.

"LO!"

"YA, LO. NGAPAIN GUE?" Bulan sudah mencak-mencak tak jelas di depam cowok itu.

"LO!"

"LO!"

Kringggg.....

Setelah bel masuk berbunyi, perdebatan mereka terhenti. Bulan dan Angkasa masih perpandangan dengan menantang. Kalau sudah seperti ini, lain cerita ketika Bulan dan Angkasa berbaikan.

"Nah, udah masuk, kan?Yuk ke kelas aja! Angkasa, mendingan lo juga masuk kelas sana!" ujar Bintang. Setelah menjadi penonton gratis dari perdebatan Angkasa dan Bulan, gadis itu tertawa.

Bulan langsung melengos pergi dari hadapan Angkasa. Bahkan, gadis itu juga meninggalkan Bintang yang berjalan sedikit pelan di belakangnya. Namun, baru beberapa langkah gadis itu menyusul Bulan, Angkasa lebih dulu menahan tangannya.

"Bin, ntar jam istirahat temui gue di taman belakang. Gue akan jelasin semuanya ke lo," kata Angkasa, serius.

Bintang mengangguk pelan. Dia penasaran dengan apa yang terjadi selama dia masih berada di LA. Angkasa memandang Bintang yang masih belum hilang dari pandangannya. Tentu saja, semua perkataannya dengan Bintang tadi tidak didengar oleh Bulan karena gadis itu mungkin sudah sampai di kelasnya.

Angkasa menarik bibirnya melihat gadis berambut panjang itu berjalan.

"Lo tetep cantik, Bintang," gumam Angkasa.

"HEI ... KAMU!"

Setelah mendengar suara itu, Angkasa yakin itu Bu Angel, guru termanja yang membuatnya enek. Angkasa tidak ingin mendapat omelan darinya untuk sarapan pagi. Angkasa lalu berancang-ancang untuk kabur.

1....

2....

3....

"AMPUN MAMA MUDA! ANGKASA KABURR!" ujarnya mengeraskan suara. Angkasa langsung terbirit-birit lari menuju kelasnya.

-Love In Galaxy-

Kini, Angkasa dan Bintang sudah berada di taman belakang sekolah. Angkasa datang lebih dulu dari Bintang. Cowok itu berdiri menghadap pepohonan yang rindang sambil memasukkan sebelah tangannya ke saku celana.

"Maaf, gue lama."

Angkasa langsung menoleh mendengar suara itu. "Gak papa. Gue juga barusan kok," kata Angkasa.

"Bin, sebenarnya lo ada hubungan apa sama Rasi?" tanya Angkasa langsung ke intinya.

Bintang duduk di kursi taman. "Sebenarnya, Rasi itu kakak tiri gue." Angkasa langsung menatap Bintang penasaran mendengar jawaban itu.

"Selama gue di LA, Kak Rasi yang ngejaga gue. Sampe akhirnya, gue ketemu nyokap di rumah dia. Ternyata, nyokap gue mama tirinya Kak Rasi. Sejak itu, kita menganggap layaknya saudara kandung. Gue udah sayang sama Kak Rasi layaknya kakak sedarah," jelas Bintang.

Angkasa tersenyum lega mendengarnya. "Menarik juga cerita lo."

Kini, Angkasa sudah mendapat pernyataan sebenarnya di balik foto yang ada di ponsel Elang. Dan sekarang, Angkasa berniat menuntaskan tujuan lain.

"Bin, gue mau ngomong sama lo," kata Angkasa. Menatap serius pada gadis di depannya.

"Ngomong aja."

Angkasa memejamkan mata sejenak dan menghela napas. "Sebenarnya, selama ini gue suka sama lo."

Deg.

Bintang sontak beranjak dari duduknya dan menatap Angkasa dengan pandangan menyelidik. "Lo lagi gak bercanda, kan?" tanya Bintang.

Angkasa menggeleng pelan. "Sama sekali enggak," tegasnya.

"Gue udah tertarik sama lo, sejak pertemuan pertama kita. Koridor utama sekolah, jam tujuh lewat dua menit, bawa buku banyak, dan gue tabrak secara sengaja," ungkap Angkasa. Menjelaskan secara rinci kejadian waktu itu.

Lagi-lagi Bintang dibuat tak habis pikir.

"Sejak itu, gue selalu berusaha buat deketin lo. Wajar aja kalo lo gak tau, karena pada dasarnya gue suka bercanda." Nah nyadar!

"Tapi perasaan gue ke lo, gak termasuk bercanda. Lo inget pas gue nganter lo ke rumah sakit waktu itu? Di saat itu juga, gue berani bilang sama gue sendiri, kalo gue suka sama lo. Tapi, di saat itu juga, Elang merasa tertarik sama lo."

Bintang masih diam menyimak setiap kalimat yang Angkasa lontarkan.

"Gue diam aja. Nunggu semuanya lebih jelas. Dan ternyata, gue sadar kalo lo juga tertarik sama Elang. Gue tau itu, pas lo kesel lihat Elang nganterin Bulan." Angkasa menarik napas lalu menghembuskannya.

"Sampe akhirnya, gue merasa kalah bikin lo bahagia. Gue ngalah sama perasaan Elang. Gue biarin dia nyatain ke lo. Gue biarin dia macarin lo. Tapi sekarang, gue cuma pengen ngasih tau lo tentang perasaan gue yang sebenarnya." Angkasa berjalan ke depan. Meninggalkan Bintang beberapa meter darinya.

"Tenang aja! Gue gak minta dibales. Lo tau semuanya aja udah cukup buat gue," katanya mengakhiri ungkapan perasaannya.

Bintang mematung di tempat. Dia menggigiti bibir dalamnya. Sungguh dia tidak tahu akan semua ini.

"Maaf, Sa. Gue bener-bener gak tau," katanya lirih.

Angkasa berbalik dan menatap lembut gadis itu depannya. "Lo gak perlu minta maaf. Bukannya perasaan lebih berhak atas segalanya? Lagian gue udah rela kok, Bin. Asal lo bahagia," ujar Angkasa membuat Bintang menunduk.

Bintang semakin sedih. Dia merasa kasian dengan Angkasa. Dia tidak melihat sosok Angkasa yang jahil, banyak bercanda, banyak ulah ketika sedang seperti ini. Kenapa juga semua harus seperti ini?

"Jangan nunduk gitu, dong! Tuan putri gak boleh nunduk," kata Angkasa mengangkat dagu Bintang.

"Sorry, kalo gue udah buat lo kepikiran. Tapi, gue harap lo lupain apa yang terjadi hari ini. Anggap aja gue gak pernah bilang apa-apa. Cukup detik ini aja lo tau tentang perasaan gue," ujar Angkasa tulus.

Bintang menatap Angkasa dalam-dalam. Ternyata, Angkasa sosok yang kuat. Tidak egois dan tentunya sangat bijaksana mengambil keputusan. Bintang mengakui saat ini dia sedang mengagumi aura baru dari cowok itu yang sebelumnya tak pernah dia lihat.

Perlahan, Angkasa mengambil tangan Bintang dan menggenggamnya. "Biar ini jadi yang terakhir kalinya, di mana gue bisa peluk dan genggam lo sebagai cewek yang gue sukai dalam pandangan pertama. Sisanya, gue akan berusaha nganggep lo murni sebagai sahabat gue."

Kedua tangan Angkasa memegang kedua tangan Bintang. Membawanya ke depan dada, dan cowok itu menunduk untuk mencium tangan Bintang. Bintang terkejut dengan perlakuan Angkasa. Kenapa dia jadi merasa gugup sendiri? Tidak, ini tidak bisa dibiarkan.

Angkasa melepaskan tangan Bintang dan beralih memeluknya. "Makasih, udah buat gue mengenal apa itu arti cinta di SMA," bisik Angkasa tepat di samping telinga Bintang. Bahkan, gadis itu bisa merasakan terpaan hangat napasnya.

Tak jauh dari mereka, Bulan sedang mati-matian menahan isakannya. Hatinya benar-benar merasa sakit. Melihat cowok yang dia sukai benar-benar tulus menyatakan perasaan cintanya pada sahabatnya sendiri. Bulan memegangi dadanya. Sampai kapan dia akan berpura-pura tidak punya rasa pada Angkasa. Sampai kapan dia akan terbelenggu dalam garis persahabatan yang tak benar-benar murni?


Vote+comment

See you next chapter
7-6-20

Continue Reading

You'll Also Like

32.7K 4.6K 53
Highest Rank: #2 in Playboy (20 Desember 2019) #2 in Anara (17 April 2020) #1 in Kenath (19 Agustus 2020) #11 in Senja (13 September 2020) #3 in soli...
50.5K 3.1K 45
[FOLLOW SEBELUM BACA KARENA ADA BAGIAN YANG DIPRIVATE] Dan buat yang baca cerita ini tapi nggak follow terlebih dahulu aku doain kalian cepat mendapa...
2.8M 165K 72
"DISAAT KAMU GK PERNAH ADA WAKTU SAMA AKU ,AKU BAHKAN MASIH COBA BUAT NGERTI GOO,DISAAT KAMU LEBIH MILIH BERANGKAT SAMA DIYSHA AKU NGALAH GOO,DISAAT...
1M 42.1K 58
Kai sangat membenci Ana. Baginya Ana hanyalah parasit penganggu yang menyebalkan. Mengganggu kehidupannya, dan perlahan menghancurkan semunya. Baginy...