Love In Galaxy (End)

By leetdr

13.4K 1.9K 691

Kisah tertulis tentang sebuah hubungan terlarang, kebohongan yang terbongkar, dan juga cinta yang bertepuk se... More

_prolog_
1. ll Horizon
2. ll Star
3. ll Altair
4. ll Aurora
5. ll IMeridian
6. ll Perihelion
7. ll Capella
8. ll Lyra
9. ll Vega
10. ll Nebula
11. ll Binary
12. ll Nova
13. ll Bolide
14. ll Cygnus
15. ll Andromeda
16. ll Aldebaran
17. ll Aquilla
18. ll Galaksi
19. ll Deneb
20. ll Libra
21. ll Orion
22.ll Regulus
23. ll Auriga
24. ll Black Hole
25. ll Aphelion
26. ll Centaurus
27. ll Sirius
28. ll Rigel
29. ll Spica
30. ll Red Giant
31. ll Betelgeuse
32. ll Antares
33. ll Algol
34. ll Merkurius
35. ll Venus
36. ll Bumi
37. ll Mars
38. ll Yupiter
39. ll Sa(d)turnus
40. ll Uranus
41. ll Neptunus
42. ll Cassiopeia
44. ll Capricorn
45. ll Aquarius
46. ll Pisces
47. ll Aries
48. ll Taurus
49. ll Gemini
50. ll Cancer
51. ll Leo
52. ll Virgo
53. ll Libra
54. ll Scorpio
55. ll Sagitarius
_Epilog_
Extra part 1
Extra part 2
NEW STORY

43. ll Arcturus

129 16 7
By leetdr

Kisah kita terlalu indah untuk dilupa. -Rembulan.A.
-Love In Galaxy-

~happy reading~

SAAT ini, Elang berada di ujung lorong kelasnya. Percayalah, hatinya sedang tidak baik-baik saja. Apa yang sempat dia tuduh waktu itu, menjadi kenyataan sekarang. Rasi menyukai Bintang.

Elang tidak pernah tahu dengan apa yang terjadi dengan Bintang di Amerika sana.

Angin semilir yang mulai membawa panas matahari, menerpa badannya. Cowok itu sedari tadi memisahkan diri dari teman-temannya.

Elang kembali membuka ponselnya. Sepuluh panggilan tak terjawab dengan nama Bintang tertera. Tapi, dia sedang malas untuk berbicara dengan gadis itu.

Elang melempar kerikil tak berdosa ke arah taman. Seketika, matanya menangkap sosok Angkasa tengah berjalan gontai di sana. Elang memilih menghampiri cowok itu. Tidak biasanya Angkasa seperti ini. Kenapa dengan cowok itu?

Elang langsung duduk di samping Angkasa. Kursi taman berwarna putih itu sekarang ditempati oleh mereka. Angkasa melirik ke samping saat dirasa ada goncangan ringan di sebelahnya.

"Lo tadi ke mana aja?" tanya Angkasa pada Elang. Cowok itu terlihat gusar.

"Gue ada."

"Ya. Gue tau lo ada. Tapi, lo kenapa gak gabung sama yang lain?"

Elang menghela napas sesaat. Dia bingung, apakah dia akan menceritakan semuanya pada Angkasa.

Angkasa mengerti apa yang Elang pikirkan walau tidak semuanya. "Lo kangen sama Bintang?"

"Menurut lo?"

Angkasa menurunkan kedua bahunya. Dia memilih bersandar pada kursi dan mengangkat kaki kirinya untuk ditopangkan pada kaki kanan.

"Masih setahun lagi."

"Kalo iya, mungkin dia lebih memilih di sana selamanya," ujar Elang menatap ke depan. Angkasa mengernyit seketika mendengar itu.

"Kenapa lo bilang kaya' gitu?"

Elang tidak menjawab. Dia membuka ponselnya dan langsung dilempar ke Angkasa. Cowok itu dengan sigap menangkapnya. Angkasa menatap tak percaya dengan foto yang terpampang di sana.

"Ini beneran?"

"Gak mungkin editan," jawab Elang.

Angkasa terdiam. Apa benar Rasi dan Bintang bermain di belakang? Elang dan Angkasa masih dalam mode menebak-nebak. Sesekali ada sedikit keyakinan disertai kekecewaan dalam benak masing-masing.

"Lo kecewa?" tanya Angkasa begitu dia melihat wajah murung cowok di sampingnya.

Elang berdecak. "Siapa yang bakal biasa-biasa aja kalo tau pacarnya dipeluk cowok lain?"

"Terus gimana lanjutannya?"

Elang memandang balik Angkasa. "Lanjutan apa?"

"Lanjutan kisah cinta lo," jawab Angkasa malas.

Elang berdehem. Berusaha meredam pikirannya yang kacau. "Gue tunggu dia balik. Atau enggak, gue mau nunggu dia ngirim pesan atau nelfon gue."

Angkasa menghela napas jengah. "Notif panggilan udah banyak kali," katanya.

"Gue lagi gak pengin," kata Elang santai.

"Ck. Lo itu sayang beneran gak sih sama Bintang?" Angkasa mempertemukan alisnya. Merasa heram dengan cara pikir sahabatnya ini. Lalu, bagaimana dengan dia tadi?

"Gue sayang banget, Sa. Tapi, gue udah kecewa. Bahkan, kali ini rasanya sangat beda sama pas waktu gue pura-pura benci sama dia. Kalo waktu itu mereka berpelukan karena gak sengaja, sekarang udah lain cerita," ungkap Elang.

Angkasa mengangguk, mencoba memahami perasaan Elang. Tiba-tiba, dia kepikiran dengan sikap kasarnya pada Bulan. Di mana gadis itu sekarang? Ada rasa tidak rela ketika dia marah ke gadis itu.

-Love in Galaxy-

Seorang pria memakai jas hitam memasuki pintu utama rumah Rasi. Cowok itu hanya diam di tempatnya tanpa berniat menyapa papanya.

Seketika, pria paruh baya itu menatap penuh tanya pada seorang gadis yang saat ini sedang bersandar pada istrinya, Alana.

"Siapa dia?" tanyanya dingin.

Jantung Alana seketika berdetak cepat. Semoga suaminya itu masih berbaik hati atas segala yang dia sembunyikan selama ini.

Alana langsung berdiri menghampiri Malven. "Mas, dia...." Alana masih berusaha menguatkan gemuruh dalam dadanya.

"Dia putriku."

Malven menatap bingung pada wanita cantik di depannya. "Apa maksud kamu?"

"Mas, nanti aku jelasin di kamar. Kenalin, dia Bintang Amaranggana." Alana berusaha menenangkan Malven. Dia tahu suaminya itu membutuhkan penjelasan cepat.

"Saya gak peduli. Saya mau ke atas."

Alana menatap takut pada suaminya itu. Apa dia harus berpisah lagi dengan Bintang? Tidak, Alana masih ingin menjadi seorang ibu yang baik dengan tidak menelantarkan putrinya lagi.

Alana berjalan menghampiri Bintang yang juga menatap takut pada Malven. "Bintang, jangan takut. Semua pasti baik-baik aja." Alana memeluk hangat pada putrinya.

"Itu tadi suami Mama?" Alana hanya mengangguk sebagai jawaban.

Rasi menatap iba pada Bintang. Bahkan, dia yang notabene-nya adalah putra kandung Malven saja hanya mendapat sedikit kepedulian oleh pria itu. Lalu, bagaimana dengan Bintang yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengan Malven?

"Ini udah malam. Rasi, kamu antar adik kamu ke kamarnya, ya?! Kasih dia kamar di sebelah kamu," tutur Alana. Membuat Rasi langsung mengangguk.

"Bintang, kamu istirahat dulu ya, Sayang?" Alana membelai lembut kepala Bintang.

"Tapi, bodyguard itu...." Bintang menggantungkan kalimatnya. Dan Rasi paham apa yang Bintang pikirkan.

"Tenang aja. Dia gak bakal bisa nemuin lo lagi. Lo udah aman di sini," kata Rasi meyakinkan Bintang.  Gadis itu langsung tersenyum.

Rasi berdiri dan menarik tangan Bintang. "Yuk, gue anterin!"

Mereka berjalan beriringan menaiki tangga. Alana hanya bisa tersenyum menatap Rasi yang bisa menerima kehadiran Bintang. Alana tidak tahu kalau anak tirinya itu memiliki perasaan lebih pada anak kandungnya.

Rasi menatap gadis cantik di sampingnya itu lekat-lekat. Mata Bintang sedikit sayu. Mungkin gadis itu kelelahan. Sudut bibir Rasi tertarik. Biarkan hanya dia dan Tuhan saja yang tahu tentang perasaannya pada Bintang.

"Kamar lo di sini. Gue di situ." Rasi menunjuk kamar sebelah yang hanya dibatasi tembok dengan kamar Bintang. "Kalo ada apa-apa, panggil gue."

Bintang mengangguk pelan. Kakak kelas yang baru hampir satu bulan hadir dalam hari-harinya, ternyata sekarang menjadi kakak tirinya. Takdir memang tidak ditebak. Dan Bintang merasakan kalau Rasi bisa  menerimanya dengan baik.

-Love In Galaxy-

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam waktu Amerika. Pasti di Indonesia sudah pukul 2 siang sekarang. Bintang memandangi ponselnya yang sama sekali tidak ada notif dari Elang. Dia sudah puluhan kali menelfon cowok itu. Tapi, Elang tak kunjung mengangkatnya.

"Dia pasti masih di sekolah," kata Bintang. Gadis itu membuka galeri yang menampilkan banyak foto Elang. Entah sejak kapan dia suka mengoleksi foto pacarnya itu. Yang jelas, foto pertama yang Bintanh dapatkan ialah ketika acara pensi.

Bintang mencoba menghubungi Elang sekali lagi. Dia terkejut karena pemberitahuan panggilan ditolak terdengar. Sebenarnya Elang kenapa? Bintang tidak tahu apa yang Elang lakukan di sana.

Pintu kamar Bintang terketuk. Dengan cepat, dia langsung membukanya. Dan setelahnya, sosok lelaki yang hanya memakai kaos polos dengan celana selutut itu berdiri memandangnya.

"Kak Rasi? Kenapa?" tanya Bintang. Rasi terlihat mengusap wajahnya. Dia juga sama, tidak bisa tidur sedari tadi.

"Lo belum tidur?"

"Kakak sendiri?"

Tanpa mengindahkan pertanyaan Bintang, Rasi langsung menyelonong masuk. Bintang tentu terkejut dengan apa yang Rasi lakukan.

Cowok itu menghempaskan tubuhnya di kasur Bintang. Dengan posisi terlentang dan tubuhnya yang gagah itu sudah memenuhi ranjang. Rasi terkekeh pelan melihat raut wajah Bintang.

"Jangan piktor! Gue gak mau ngapa-ngapain. Tenang aja," katanya.

"Tapi kan ... ini udah malem, Kak. Gak baik masuk ke kamar cewek. Ya walaupun gue udah adiknya kakak tapi, kita kan hanya saudaraan tiri," ungkap Bintang. Menatap takut pada Rasi.

Rasi menyebikkan bibirnya. "Gak mau nganggep gue jadi kakak kandung nih?" katanya.

Bintang tertawa tanpa menjawabnya. Gadis itu kembali menatap ponselnya. Elang baru saja online tapi, kenapa cowok itu sama sekali tidak menghiraukan notif darinya.

"Lo kenapa?" tanya Rasi saat melihat Bintang menekuk bibirnya.

"Elang gak nelfon gue," keluh Bintang.

"Tenang aja. Lusa kita ke Indonesia," ujar Rasi.

"Mau ngapain?"

Rasi berdecak. "Gue kan mau lulusan, Bintang. Lo gak inget gue sekolah di sekolahan lo. Terus, emang lo sendiri gak mau balik ke sana? Bukannya lo masih mau kelas 12?"

"Jadi, acara kelulusannya udah H-3?"

Rasi mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

"Gue kira, gue mau beneran setahun di sini. Tapi, gak papa deh. Gue seneng malahan. Ntar gak LDR lagi sama Elang," ujar Bintang sumringah.

"Ck, bucin."

Bintang menatap kesal pada Rasi. "Daripada jomblo kaya' Kakak," ketusnya.

Rasi berkerut kening. "Tau dari mana gue jomblo?"

"Gak tau sih, cuma nebak aja," jawab Bintang diakhiri cengiran khasnya.

"Yee ... sotoy lo." Rasi kemudian mengubah posisinya menjadi duduk. "Bin, kalo bokap gue gak bisa nerima lo sebagai bagian dari keluarga, jangan sedih ya! Gue pastiin lo sama nyokap lo gak bakal kepisah lagi."

Seketika, Bintang teringat lagi dengan pria paruh baya yang menjadi ayah barunya.

"Makasih, Kak. Apapun yang terjadi, gue udah sayang sama Kakak." Bintang tersenyum menatap Rasi.

Jantung Rasi berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Hingga lanjutan perkataan Bintang, membuatnya tersenyum masam.

"Layaknya saudara kandung."

-Love In Galaxy-

"Sa, lo marah sama gue?" Bulan terus menyamai langkah lebar Angkasa. Cowok itu terus memandang lurus ke depan.

Bulan meraih tangan Angkasa dan sedikit menahannya. "Sa, jawab!" Angkasa menghentikan langkahnya. Tapi, dia masih enggan menatap Bulan.

"Sa?"

"Enggak."

Bulan masih ragu dengan jawaban ringan itu. "Sa, lo marah sama gue?"

"Enggak."

"Sa?"

Angkasa menarik tangannya dari genggaman Bulan. "Gue bilang enggak ya enggak, Bulan," kata Angkasa penuh penekanan.

Bulan menatap takut pada Angkasa. Dia tidak biasa mendapat amarah itu dari Angkasa. Dia tidak ingin seperti ini.

"Tapi lo tadi ninggalin gue," kata Bulan lirih.

"Apa hak gue buat gak ninggalin lo?' tanya Angkasa. Cowok itu sepertinya sedikit kesal dengan penolakan Bulan atas pendapatnya tadi. Bukan pendapat, lebih tepatnya kemauan yang tidak bisa diganggu gugat.

Bulan terdiam sambil menggigiti bibir dalamnya. Dia berusaha bersikap biasa saja.

"Gak ada apa-apa. Tapi gue yakin lo marah sama gue," jelas Bulan.

"Kalau udah tau kenapa masih nanya?" ujar Angkasa dengan suara meninggi.

Bulan mendongakkan kepala. "Jadi, lo beneran marah sama gue?" Bulan kembali menunduk.

"Maaf, gue gak bermaksud buat ngelarang lo," katanya lirih.

"Gue cuma gak mau Bintang bertambah beban pikiran. Kasian dia. Dia pasti lelah sama jalan hidupnya. Gue tau, keinginan lo buat nyatain perasaan ke dia itu enggak salah. Tapi, waktunya aja yang salah. Gue juga bisa paham sama keyakinan lo atas keadaan setelah lo ngungkapin perasaan ke dia." Bulan masih dalam keadaan menunduk mengatakannya.

Angkasa melipat tangannya di dada dan mendengarkan secara seksama apa yang Bulan katakan.

"Lo mikir kalo hubungan Bintang dan Elang tetap baik-baik saja walaupun lo juga ngungkapin perasaan ke dia. Tapi, gak semua cewek bisa biasa-biasa aja setelah mendengar pengakuan dari lawan jenisnya. Gue cuma gak mau, lo malah jauh dari Bintang setelah apa yang lo lakuin." Sekarang, Bulan memberanikan untuk menatap Angkasa.

"Lo pasti juga gak pengen, kan? Bintang jauh dari lo. Bisa jadi dia jauhin lo setelah tau semuanya, biar perasaan lo ke dia secepatnya hilang. Lo pasti tetep pengen semuanya kaya' gini, kan? Kita berempat bersahabat. Elang, Bintang, gue, dan juga lo." Bulan menarik napas pelan, lalu melepasnya.

"Bisa jadi, semua gak akan baik-baik aja seperti sekarang, setelah lo ngungkapin segalanya."

Angkasa diam. Dia tidak ingin memberitahu Bulan dengan foto yang dia lihat di ponsel Elang tadi. Biarkan itu menjadi permasalahan yang akan diselesaikan Bintang dan Elang sendiri.

"Lo jangan marah sama gue. Karena gue juga pengen semuanya tetap baik-baik aja," kata Bulan mengakhiri penjelasannya.

Angkasa menatap Bulan dengan seksama. Tidak dibiarkan binar kehangatan dari mata gadis itu musnah. Angkasa tetap menyayangi Bulan sebagai sahabatnya.

"Gue gak marah," kata Angkasa.

"Tapi, tadi lo marah."

Angkasa menarik sudut bibirnya. "Itu, kan tadi. Sekarang enggak."

"Jadi," Bulan terdiam. Belum sempat dia melanjutkan kalimatnya, Angkasa sudah lebih dulu menarik tubuhnya dalam rengkuhan.

Angkasa memang sudah terbiasa dengan sikap manisnya. Bahkan, mungkin setiap orang yang melihat mereka akan menganggap keduanya sebagai sepasang kekasih.

"Tenang aja. Gue gak akan kaya' gitu lagi. Embul tetap kesayangan Angkasa," ujar cowok itu dengan suara cerewetnya.

Bulan tersenyum tipis di balik rengkuhan cowok itu.

"Gue juga gak bisa lama-lama buat marahan sama lo, Bulan. Gue gak bisa jauh dari lo. Lo tetap jadi temen gue seumur hidup. Sampe kakek nenek juga kalo bisa. Ntar, biar anak cucu gue kenal sama lo. Biar mereka tau, kalo gue punya sahabat cewek terbaik di dunia. Itu lo," kata Angkasa lembut.

Bulan tak bisa menahan senyumannya. Ketika Angkasa berkata seperti itu tadi, yang ada di bayangan Bulan adalah dia menjadi teman hidup Angkasa. Sampai kakek nenek, hingga anak cucu mereka menjadi pawang cerita bahwa kisah masa SMA-nya terlalu indah untuk dilupa.

Percayalah, jantung Bulan sedang tidak baik-baik saja ketika dagu Angkasa bertumpu pada puncak kepalanya.



Vote+comment
Maaf, author dalam mode baper.
See you next chapter
6-5-20

Continue Reading

You'll Also Like

74.8K 25.3K 35
Embun Adriana Rafa dan Erland Orlando Arsenio. Dua orang yang terjebak dalam hubungan persahabatan dan cinta💕 - selamat datang di cerita pertama ara...
116K 10.6K 37
By. Saltedcakes_ NOTE : Aku gak menyarankan kalian buat baca story yang ini dulu ya. Karena bener bener masih berantakan banget, belum aku revisi. Ja...
1.9M 92.2K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
50.5K 3.1K 45
[FOLLOW SEBELUM BACA KARENA ADA BAGIAN YANG DIPRIVATE] Dan buat yang baca cerita ini tapi nggak follow terlebih dahulu aku doain kalian cepat mendapa...