verrückt | renryu ✔

By peisinoehina

81K 7.4K 1.7K

Deep down we realize that this disgusting secret will slowly kill us and the other, but we cannot hold back w... More

disclaimer
introduction
prolog
1. their story
2. each other's owner
3. first of everything
4. intimidating
5. being hit
6. did it
7. volunteering
8. departure
9. side to side
10. stabbed
11. dinner
12. gift from hell
13. beach talk
14. definition of love
15. suddenly
16. avoidance
17. finding out
18. sin
20. hangout
21. confrontation
22. second time
23. hell pills
24. a date
25. catasthrope
26. the plan
27. complicated
28. grudge
29. accident and the effect
30. another fact
31. deeper
32. fatal
33. chaos
34. solution
35. apology
36. probability
37. the real twist
38. back again
39. will you?
40. went through
epilog
closing
bonus: peace
bonus: interview (1)
bonus: interview (2)
bonus: interview (3)
real closing
promotion

19. result

2K 164 41
By peisinoehina

"Dokter Jaemin?" panggil seorang dokter peneliti yang keluar dari laboratorium yang dikhususkan untuk pemeriksaan jaringan dan juga penelitian seputar pengobatan medis.

"Iya saya. Gimana dok hasilnya?"

"Berdasarkan hasil biopsi pasien Hwang Moonbin yang dilihat melalui mikroskop, hasilnya seratus persen Fabry diseases. Terlihat jelas ada garis-garis kayak zebra. Anda mau lihat langsung? Mumpung pelatnya belum saya pindahkan dari meja benda."

Jaemin pun menerobos masuk ke dalam, lalu berjalan cepat ke area laboratorium yang digunakan untuk pemeriksaan jaringan. Ia dekatkan matanya pada lensa okuler ganda, dan matanya berbinar saat melihat garis-garis berbentuk zebra yang terlihat sangat jelas.

"Wow!" Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Jaemin.

"Dok, makasih ya! Kalau gitu saya kembali ke pasien dulu, saya harus urus transfer pasien dan kakak pasien ke Departemen Nefrologi," pamit Jaemin.

Pria itu lalu kembali ke kamar Hyunjin dan juga Moonbin yang diletakkan di kamar yang sama untuk mempermudah pengawasan selama penyembuhan. Ada Jungeun, Yeji, dan istri Moonbin yang menunggu.

"Gimana Jaem hasilnya?" tanya Jungeun yang menarik atensi Yeji dan istri Moonbin.

"Seratus persen benar Fabry disease. Jadi kita bisa lanjutkan ke pengobatan menggunakan Enzyme Replacement Therapy," terang Jaemin pada Jungeun.

Jaemin lalu menoleh ke arah istri Moonbin. "Kalian berdua enggak perlu khawatir, suami nona dan Hyunjin bisa sembuh jika melewati pengobatan sesuai prosedur."

"Puji Tuhan! Terima kasih banyak dok," ucap istri Moonbin dan Yeji yang kini saling berpelukan, menangis haru karena akhirnya penyakit Moonbin dan Hyunjin sudah diketahui dengan pasti dan pengobatan bisa segera dilakukan.

"Ya udah, langsung kita transfer ke Nefrologi biar pengobatan bisa langsung jalan. Aku yang urus transfernya," ucap Jungeun seraya mengajak Jaemin keluar dari kamar.

"Kamu balik gih, istirahat di rumah. Belum ada balik kan dari semalam?" saran Jungeun.

"Maunya sih balik kak, tapi Renjun sama Ryujin belum balik. Aku mana enak ninggalin," balas Jaemin.

"Ya telepon lah Renjun-nya. Kamu bilang aja urusan udah beres, jadi mereka biar sekalian pulang. Mereka juga enggak pulang kan semalaman."

"Tapi kalau Renjun aku enggaj yakin deh bakal mau stay di rumah. Soalnya Yeji masih di sini, pasti itu anak bakal stand-by. Yeji kan enggak kenal siapa-siapa di sini selain Renjun. Ya sama aku deh," terang Jaemin.

"Ya udah coba telepon dulu aja. Emang kamu enggak perlu laporan ke doi soal perkembangan Hyunjin sama Moonbin?"

"Ya perlu sih hehehe," kekeh Jaemin yang membuat Jungeun mendengus.

Jaemin merogoh sakunya dan menghubungi Renjun. Tak lama, panggilannya terhubung.

"Halo Jun, di mana?"

"Masih dijalan balik, kenapa?"

"Ini hasil tes udah keluar, positif Fabry disease. Hyunjin sama kakaknya juga udah di transfer ke Nefrologi sama Jungeun-noona. Terus aku disuruh balik buat istirahat, kamu sama Ryujin juga."

"Ya udah balik aja Jaem. Aku antar Ryujin pulang kalau gitu."

"Abis ngantar Ryujin, kamu langsung pulang kan?"

"Ya lihat nanti aja. Yeji masih di sana kan?"

"Masih di ruangan Hyunjin sama Moonbin-hyung sih. Aku sama Jungeun-noona mutusin biar mereka sekamar aja, jadi perawatannya bisa lebih efektif. Kita bisa ngawasin di waktu yang bersamaan."

"Oh ya udah bagus."

Jaemin masih ingin melanjutkan pembicaraan, namun sambungan terputus. Jaemin menatap ponselnya beberapa saat, memastikan apakah sinyal operator ponselnya yang bermasalah atau memang sambungannya diputus secara sepihak oleh Renjun.

Namun tidak ada masalah dengan sinyal ponselnya. Berarti memang sambungan sengaja dimatikan oleh Renjun.

Jaemin mengerutkan dahinya, sedikit bingung kenapa Renjun jadi sedikit omong. Biasanya kan pria itu cerewet, apalagi kalau habis membahas soal diagnosis pasien.

Tapi Jaemin memilih tidak peduli. Ia justru bersyukur Renjun tidak cerewet dan mengizinkannya pulang ke rumah. Berarti ia bisa menghabiskan sisa hari bersama Hina dan Jaeha.

"Coba kamu jelaskan apa maksud semua ini???" bentak Kyuhyun.

"Terus apa maksud kamu menghilang selama dua minggu lebih setelah berita itu keluar??? Jelaskan Hwang Miyeon!!!" lanjut Kyuhyun.

"Siapa yang menghilang? Aku ada jadwal syuting di Jeju. Appa pikir aku ini tidak sibuk???" bentak Miyeon balik.

"Di saat seperti ini kamu masih memikirkan karir kamu? Kamu tahu enggak kerugian yang dialami perusahaan karena pemberitaan sampah kamu itu? Kamu tahu enggak apa yang terjadi di keluarga kita dan keluarga Renjun?"

"Oh! Jadi apa-apa salah aku gitu?"

Malam ini, keluarga Renjun dan keluarga Miyeon tengah berkumpul di apartemen pasangan suami-istri muda itu. Apalagi kalau bukan membahas masalah berita kencan Miyeon dengan solois di agensi-nya yang bernama Jaehyun.

Miyeon kini sibuk berdebat dengan Kyuhyun, membiarkan Joohyun, Chansung, Yewon, dan bahkan Yeji yang turut serta menjadi penonton bayaran.

Renjun sendiri tidak begitu peduli.

Atau lebih tepatnya, fokus Renjun tak ada di sana.

"Ah!"

Kepalanya bahkan tidak pusing memikirkan pemberitaan antara Miyeon dan Jaehyun yang sebenarnya merupakan bagian dari rencana Jeno, yang Renjun yakini sebagai bentuk balas dendam akan kejadian di masa lalu. Yang Renjun tidak akan ceritakan pada orang tuanya, Yeji, dan kedua mertuanya.

"Dokh!"

Pikiran Renjun justru melayang pada kejadian minggu lalu saat ia pergi ke Wonju bersama Ryujin guna mencari keberadaan ayah Hyunjin.

Suasana panas di tengah derasnya hujan. Air bekas kehujanan yang bertransformasi menjadi peluh di sekujur tubuh akibat permainan dosa yang kembali terulang, bahkan jauh dari apa yang bisa kalian bayangkan.

"Jinn!"

Candunya pada kulit pucat nan mulus Ryujin, membuatnya meninggalkan bekas merah keunguan di bagian tubuh sang bimbingan yang bisa ia jangkau.

"Please..."

Feromon yang terus meningkat dalam diri Renjun kala Ryujin mendesah hebat pada permainan bibir di atas kulit sang dara. Membuat Renjun lepas kendali, mengangkat rok span dan melepas paksa kain terakhir yang menutup daerah kewanitaan sang bimbingan. Tangan pria itu lancang bermain di sana, masuk lebih dalam mengacak senggama Ryujin.

Lenguhan kembali terdengar, tarikan pada surai mengencang, namun tidak menghentikan gerak Renjun di dalam raga Ryujin. Penolakan tak pria itu rasakan, membuatnya gelap mata dan penyatuan dosa pun tak terhindar.

Renjun menikmati hentakan di setiap menitnya itu. Suara tubrukan kulit yang semakin lama semakin keras akibat gerakan pinggul yang semakin dalam, diiringi suara lenguhan yang semakin menggila untuk mencapai puncak bersama.

Euforia yang tidak pernah pria itu rasakan saat bersama Miyeon. Renjun tekankan kembali, dengan Miyeon seks hanyalah sekadar permainan untuk menuntaskan nafsu natural laki-laki.

Namun dengan Ryujin, semakin jauh ia bermain semakin gila Renjun dibuat. Renjun kecanduan akan semua dalam diri sang bimbingan yang berstatus calon istri seseorang.

Pagi itu Renjun seakan tak peduli. Satu kali, dua kali, Renjun lupa sudah berapa kali ia membawa wanita di pangkuannya mencapai nirwana saking candunya ia akan tubuh Ryujin.

Rasa candu itu masih saja ada bahkan saat Renjun berakhir mengantar Ryujin yang kelelahan ke rumah wanita itu. Wanita itu mungkin mengacuhkannya kini, namun tidak menjadi masalah bagi Renjun.

Acuhnya Ryujin setelah kejadian dan seminggu terakhir ini saat berada di rumah sakit, yang terlihat lebih menurut dan tidak banyak bicara serta tidak mengajak Renjun berdebat di setiap jamnya, tidak akan melunturkan niat baru Renjun.

Menjadikan Ryujin wan...

"Yah Hwang Renjun!"

Bentakan Chansung menyadarkan Renjun dari pikiran gilanya akan Ryujin. "Eh iya?"

"Menurut kamu gimana? Ini masalah harus diapain? Kok malah ngelamun!" omel Chansung.

"Biarin aja sih, nanti atensi orang juga bakal hilang seiring berjalannya waktu," balas Renjun sekenanya.

"Ini kan soal hubungan kalian berdua. Berita ini enggak ngaruh apa sama pernikahan kalian?" tanya Yewon yang sedari tadi diam.

Sebelumnya ia biarkan sang suami dan Kyuhyun sang besan yang memimpin perdebatan malam ini. Yewon duduk di samping Joohyun, yang membiarkan saja dua pria itu berdebat dengan Miyeon yang merasa tidak bersalah. Namun seiring berjalannya waktu, Yewon muak karena Renjun yang kemungkinan mendapat efek paling berat berupa cemooh dari orang-orang sekitar malah diam tak bergeming. Terlihat seperti tidak memiliki niat untuk menyelesaikan apa yang terjadi selama ini.

"Eomma, what would you expect from a marriage without love? Do you think I would cry my tears out after finding out that my wife is having an affair with her said ex-boyfriend? Of course no!" jawab Renjun.

Kalau biasanya ia akan berpikir berulang kali sebelum berbicara agar tidak menyakiti hati orang tua dan kedua mertuanya, kali ini Renjun menyuarakan apa yang terlintas detik itu juga di kepala.

"And if you worry about people around us talking bad about me, I won't care. It won't affect me. So, kalian enggak perlu ribet mencari solusi. Biarkan saja, toh omongan orang hanya berlangsung sebentar. Mereka akan berubah menjilat kalian di saat mereka butuh," lanjut Renjun.

"Sudah kan? Jawabanku jelas. Jadi kalau kalian udah enggak ada kepentingan, kalian bisa pulang, istirahat, dan berhenti memikirkan apa yang mungkin terjadi setelah ini. Serta belajar kalau hubungan ini adalah urusanku dan Miyeon, bukan urusan kalian yang semaunya turun tangan untuk menjaga pride."

Renjun tahu ucapannya bisa menyakiti keempatnya, tapi untuk sekarang Renjun tidak ingin lagi berkamuflase. Menangani semua permasalahan dengan kepala dingin sebagai upaya menyeimbangkan tingkah Miyeon yang selalu membentak saat dihadapkan oleh suatu masalah, Renjun tidak ingin begitu. Karena kesabaran itu ada batasnya.

Renjun beranjak menuju kamar tidur utama setelah menyelesaikan ucapannya. Walau marah, ia tidak siap melihat ekspresi sakit hati dari wajah keempat orang tua itu. Terutama wajah mamanya.

Yeji sebagai saudara yang berbagi rahim langsung mengejar Renjun sebelum pria itu masuk ke dalam kamar. "Jun! Kok kamu ngomongnya gitu sih?"

"Terus aku harus ngomong kayak apa Ji?"

"Ya minimal kamu pikirin dong perasaan eomma, appa, ahjussi, dan ahjumma. Aku tahu kamu enggak cinta sama Miyeon-unnie, tap..."

"Ji, jangan samain aku sama kamu. Kamu sama Hyunjin saling cinta, kebetulan aja emang keluarga kita berhutang sama appa-nya Hyunjin sebelum cerai sama almarhum imo. Hubungan kalian bisa bertahan karena diawali dengan perasaan tulus," potong Renjun.

"Tapi aku enggak gitu. Semua dalam hidup gue udah diatur, dari sekolah, kuliah, sampai pasangan hidup pun diatur. Jadi sekali aja, aku utarakan isi hati aku yang sebenarnya. Tapi kamu sebagai saudara pun enggak mengerti aku. Udah lah ya, aku masuk dulu."

Setelah menyelesaikan ucapannya, Renjun membuka pintu kamar dan tanpa pikir panjang membantingnya tepat di hadapan Yeji.

Yeji hanya bisa memghembuskan napas pelan. Ia pun kembali ke ruang tengah, kembali berhadapan dengan perdebatan antara Miyeon dan keempat orang tua di sana.

Kepala Yeji pusing dibuat. Ia yang masih mengkhawatirkan Hyunjin walau pengobatan sudah berjalan selama seminggu dan juga urusan administrasi rumah sakit yang perlahan dialihkan padanya, kini harus dihadapkan dengan permasalah sang adik dan iparnya yang sebenarnya memang tidak perlu mereka urus, seperti kata Renjun.

"Eomma, appa, ahjussi, ahjumma, unnie."

Panggilan lembut Yeji menyadarkan kelima orang dewasa yang masih saja berdebat itu.

"Pulang yuk! Biarin Renjun sama unnie nyelesain masalah mereka. Kalau setiap ada masalah kita selalu ikut campur, kapan Renjun dan unnie bisa belajar mengurus rumah tangga mereka sendiri?"

"Tap..."

"Enggak ada tapi. Ayo kita balik aja, give them space to solve everything," potong Yeji.

"Nah tuh, dengerin kata Yeji. Aku sama Renjun pasti bakal selesain ini dengan cara kami. Jangan selalu ikut campur kayak gini," imbuh Miyeon.

Dengan terpaksa keempat orang tua itu beranjak dari apartemen Renjun dan Miyeon, sesuai ajakan Yeji. Meninggalkan Miyeon yang kini bersenandung ceria memasuki kamar tidur utama.

Ia temukan Renjun yang tengah melepas kaos berwarna hitam yang pria itu kenakan sejak tadi pagi. Tubuh kokok dengan abs menawan dapat Miyeon lihat dari pantulan cermin di hadapan sang suami.

Miyeon bergerak mendekat, memeluk Renjun erat dari depan. "Makasih ya Jun."

"Makasih buat apa?" tanya Renjun yang kini menatap Miyeon.

"Makasih aja."

Kedua tangan Miyeon lalu bergerak meraih rahang Renjun, menarik sang suami dalam penyatuan bibir. Kecapan demi kecapan terdengar diseluruh penjuru ruangan. Pertukaran saliva di antara keduanya meningkatkan feromon Miyeon.

"Will you bring me to eternity?" tanya Miyeon dengan nada rendah saat ciuman mereka terlepas.

"I can't for tonight. Aku mau cari angin di luar. Kamu tidur aja duluan," tolak Renjun.

Didorongnya tubuh Miyeon pelan, lalu kembali ia ambil kaos hitam yang tergeletak di lantai. Ia pakai sekali lagi dan tak lupa mengambil dompet, ponsel, serta kunci mobil dari meja rias Miyeon.

Meninggalkan Miyeon dengan perasaan yang tak menentu. Ia tak mencintai Renjun kan? Tapi mengapa ia merasa aneh saat Renjun menolaknya malam ini?

Miyeon mengetuk kepalanya pelan. Sepertinya ia harus mengonsumsi wine malam ini untuk mengusir perasaan aneh mengenai Renjun yang tiba-tiba menjalar dalam diri.

Ryujin menenggelamkan tubuhnya dalam kubangan air di bathup kamar mandi di kamarnya. Muncul dan tenggelam, berulang kali hingga sekujur tubuhnya basah.

Sudah satu jam Ryujin seperti itu. Niatnya ingin menghilangkan pikiran buruk yang menghantuinya selama seminggu terakhir. Namun nyatanya kegiatan mandinya itu tidak membuahkan hasil. Berada di dalam air justru membuat kejadian pagi itu semakin jelas tergambar di kepala Ryujin.

"Ergh!"

Erangan pelan Renjun setiap bibir sang pria menyentuh kulitnya menyeruak pada ingatan Ryujin. Bagaimana dengan lihainya pria itu meninggalkan bekas merah keunguan, menyebabkan lenguhan yang dengan laknatnya keluar dari bibir Ryujin.

Bagaimana tangan pria itu bergerilya di seluruh tubuh Ryujin, memberi sensasi menegangkan namun nikmat pada raga. Serta bagaimana pria itu menghentak tubuhnya menuju nirwana. Semua yang terjadi pagi itu terus menyeruak dipikiran Ryujin.

Satu sisi ia merasa sangat berdosa karena telah mengkhianati Jeno dengan bersenggama bersama pria lain. Namun di satu sisi, Ryujin tidak bisa memungkiri kalau dirinya kecanduan akan sentuhan Renjun. Sentuhan nikmat nan familiar itu berhasil memporak-porandakan kewarasan Ryujin.

Walau sudah seminggu Ryujin bersikap acuh tak acuh pada Renjun, tapi Ryujin tak bisa berhenti memikirkan penyatuan dosa mereka kala itu. Bahkan ada kalanya ia ingin melempar dirinya pada Renjun untuk kembali disentuh.

Ryujin tak pernah berpikir seperti ini saat bersama Jeno. Justru Renjun yang mampu membuat sang dara lupa daratan.

Pikiran gila Ryujin itu membuat dirinya tanpa sadar menyentuh tubuhnya sendiri. Mereka ulang sensasi yang ia rasakan saat Renjun menyentuhnya.

Tanpa ragu, Ryujin masukkan jarinya di bawah sana. Menggeseknya pelan, menimbulkan sensasi yang sekilas terasa sama dengan permainan Renjun. Tubuh Ryujin menggelinjang hebat, air menyeruak keluar dari tempatnya. Namun Ryujin tak bisa berhenti, ia begitu menikmati gerakan jarinya sembari mengingat bagaimana Renjun menghentak tubuhnya mencapai pelepasan yang tak terhitung jumlahnya.

Ryujin hampir mencapai puncaknya ketika suara ketukan kasar pada pintu kamar mandi diiringi dengan teriakan terdengar.

"Unnie! Lama banget sih di kamar mandi! Katanya mau makan bareng ke stand tteokbokki di jalan besar!" teriak Yuna.

Ryujin mendesah kasar karena pelepasan yang tinggal sedikit lagi terjadi itu gagal. Padahal tubuh Ryujin rasanya sakit, ia butuh pelepasannya. Namun momentum itu hilang karena ulah Yuna.

Yang membuat Ryujin justru sadar. Tak seharusnya ia membayangkan hal-hal tidak senonoh antara dirinya dan Renjun. Harusnya ia menanamkan dalam dirinya bahwa kejadian pagi itu tak boleh kembali terjadi, bukan malah menyentuh dirinya sendiri sembari memikirkan suami orang. Ryujin tak seharusnya terlena.

Ryujin memutuskan keluar dari bathup guna membilas tubuhnya. Lalu mengeringkan tubuhnya, melilitkan handuk pada tubuh polosnya. Ada Yuna yang duduk di atas tempat tidur saat Ryujin keluar dari kamar mandi dan melangkah menuju lemari pakaian.

"Unnie nyadar enggak sih, unnie mandi sejam sendiri?" tanya Yuna terdengar sarkastik.

"Enggak. Kamu ngitungin?" balas Ryujin dengan pertanyaan.

"Ya enggak sih, cuma lama banget gitu. Nanti keburu ramai dagangnya," ucap Yuna pada Ryujin yang kini sibuk menepukkan bb cushion ke seluruh bagian wajah.

Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu tak lupa untuk mengenakan lip tint warna oranye, menyesuaikan dengan cardigan warna kuning yang ia kenakan di atas kaos berwarna putih. Untuk bawahan Ryujin kenakan celana kain berwarna krem.

"Sudah beres. Yuk jalan!"

Setelah mengganti sandal rumah dengan heels setinggi tiga sentimeter, Ryujin dan Yuna berjalan menuju dagang tteokbokki yang terletak di jalan besar dekat rumah. Sehingga mereka tidak perlu repot untuk menaiki kendaraan umum atau membawa kendaraan keluar.

"Unnie, sudah sampai mana persiapan nikahnya?" tanya Yuna tiba-tiba.

"Tumben nanya? Biasanya kamu enggak peduli," balas Ryujin.

"Ya pingin tahu saja. Jadi gimana?"

Ryujin sendiri bingung harus menjelaskan seperti apa. Karena pasalnya seminggu terakhir ini ia memiliki banyak pasien yang harus ditangani dan ditransfer ke departemen lain apabila telah menyelesaikan diagnosis.

Selain itu, Ryujin mulai merasa goyang. Dirinya seperti ditarik untuk menuju jalan maksiat, namun secara sadar masih ingin bertahan di jalur yang semestinya. Tidak memikirkan Renjun dan fokus pada Jeno.

Tak sampai sepuluh menit, Ryujin dan Yuna tiba di  dagang tteokbokki. "Ahjumma, tteokbokki super pedas dua porsi sama sundae satu porsi ya."

Keduanya lalu hendak mencari tempat duduk. Namun seseorang memanggil nama Ryujin, membuat dua bersaudara itu menoleh.

Dan kali ini Ryujin ingin sekali lenyap dari muka bumi setelah mengetahui siapa yang memanggil namanya.

Di glosarium kali ini aku enggak akan menampilkan istilah-istilah medis, karena istilah medis di chapter ini sudah aku jelaskan pada chapter sebelumnya. Kalian bisa cek di chapter 16 dan 17.

Yang aku mau bahas adalah mengenai kondisi membran ginjal manusia apabila menderita Fabry disease setelah dilakukan biopsi. Kalau kalian ingat, aku ada bahas kalau saat dilihat di mikroskop maka akan muncul penampakan kayak garis di kulit zebra. Ya enggak betul-betul kayak kulit zebra gitu, tapi coraknya mirip lah.

Sebelumnya gambarnya mau aku taruh dibagian Jaemin melihat penampakan di mikroskop, tapi aku merasa itu akan mengganggu experience membaca kalian di chapter ini. Maka dari itu aku putuskan untuk share gambarnya di bagian glosarium, seperti ini penampakannya.

Keren sih penampakannya, but at the same time mengganggu juga ga sih? Aku aja tadi sempet mual lihatnya pas aku taruh di atas. Jadi menurutku ini udah keputusan paling benar.

Tapi semoga ini bisa menambah pengetahuan kita akan dunia medis ya!

Chapter ini aku marked as rated chapter karena bayangan Renjun dan Ryujin yang enggak benar. Ya sebenarnya apa yang terjadi Renjun dan Ryujin itu enggak benar ya teman-teman. Aku juga ga punya niatan meromantisasi perselingkuhan. Hal itu benar-benar aku tulis sebagai kebutuhan plot saja.

Jadi menurutku pemberian status rated atau tidaknya suatu chapter itu penting. Rated tidak selalu karena ada adegan dewasa saja, tetapi juga karena adanya adegan yang seharusnya tidak boleh terjadi atau melanggar normal dalam kehidupan bersosial. Its to remind us that we have to be cautious, kalau yang dilakukan tokoh itu ga benar dan ga boleh diikuti.

Tapi jangan sampai itu mengganggu ide kalian dalam menulis ya. Tulis apapun yang kamu mau, but make sure kamu paham betul yang kamu tulis itu berpengaruh seperti apa ke society. Ga usah berpikir skala besarnya, cukup dimulai dari orang-orang sekitar kamu saja.

So, happy reading all!

revised on 2020/08/29

Continue Reading

You'll Also Like

251K 8.9K 55
Bercerita tentang Kirana Daneswari dan Nathaniel Adhiwiguna yang telah menjalin asmara sebagai sepasang kekasih sejak keduanya duduk di bangku SMP hi...
10.8K 1.3K 37
‎"Tempat berlindung terbaik itu adalah rumah lantas bagaimana dengan rumah yang hanya membuat luka?"
17.5K 2.3K 39
Terjebak antara dua pilihan, cinta atau keluarga. Hal tersulit itu kini menghampiri kehidupan seorang Kwon Yuri. Ibu tunggal dari seorang remaja SMA...
716K 34.2K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...