Love In Galaxy (End)

By leetdr

13.4K 1.9K 691

Kisah tertulis tentang sebuah hubungan terlarang, kebohongan yang terbongkar, dan juga cinta yang bertepuk se... More

_prolog_
1. ll Horizon
2. ll Star
3. ll Altair
4. ll Aurora
5. ll IMeridian
6. ll Perihelion
7. ll Capella
8. ll Lyra
9. ll Vega
10. ll Nebula
11. ll Binary
12. ll Nova
13. ll Bolide
14. ll Cygnus
15. ll Andromeda
16. ll Aldebaran
17. ll Aquilla
18. ll Galaksi
19. ll Deneb
20. ll Libra
21. ll Orion
22.ll Regulus
23. ll Auriga
24. ll Black Hole
25. ll Aphelion
26. ll Centaurus
27. ll Sirius
28. ll Rigel
29. ll Spica
30. ll Red Giant
31. ll Betelgeuse
32. ll Antares
33. ll Algol
34. ll Merkurius
35. ll Venus
36. ll Bumi
37. ll Mars
38. ll Yupiter
40. ll Uranus
41. ll Neptunus
42. ll Cassiopeia
43. ll Arcturus
44. ll Capricorn
45. ll Aquarius
46. ll Pisces
47. ll Aries
48. ll Taurus
49. ll Gemini
50. ll Cancer
51. ll Leo
52. ll Virgo
53. ll Libra
54. ll Scorpio
55. ll Sagitarius
_Epilog_
Extra part 1
Extra part 2
NEW STORY

39. ll Sa(d)turnus

153 19 31
By leetdr

Gue akan kembali. Buat lo, buat hubungan kita. -Bintang.
-Love In Galaxy-

~happy reading~

BULAN dan Angkasa baru saja latihan bernyanyi. Kini, mereka berada di rumah Angkasa. Di perpustakaan keluarga seperti biasanya. Melihat jam masih menunjukkan pukul 9 malam, Angkasa mengobrol bersama Bulan.

"Mbul, kaya'nya gue harus beritahu Bintang."

"Soal apa?" tanya Bulan sembari merapikan bukunya.

"Perasaan gue."

Sejak kemarin, Angkasa bimbang. Dia ingin sekali menyatakan perasaannya pada Bintang. Bukan untuk menghancurkan hubungan antara Elang dan Bintang. Tapi, dia hanya ingin melepas bebannya. Setidaknya, Bintang tahu apa yang dia rasakan. Dia begitu berani dan yakin untuk mengatakan semuanya karena Bintang jelas-jelas tidak punya rasa untuknya.

Bulan langsung menatap Angkasa. "Lo yakin?"

Angkasa mengedikkan bahu. "Setidaknya, dia tau bagaimana perasaan gue ke dia sebenarnya."

Bulan terdiam. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Karena itu masalah pribadi Angkasa. Gadis itu terus memasukkan buku-buku lagunya ke dalam tas.

"Mbul, lo kenapa?" tanya Angkasa. Menyadari perubahan Bulan.

Bulan menggeleng pelan dan tersenyum tipis. "Gue gak papa. Gue mau pulang dulu, udah malem," katanya.

"Gue anterin!"

"Gak," tolak Bulan cepat.

"Mbul, gimana menurut lo?" tanya Angkasa kemudian. Bulan langsung paham apa yang Angkasa maksud.

Bulan menahan bibirnya untuk tetap tersenyum. "Itu keputusan lo, Sa. Gue dukung apapun yang menurut lo itu udah terbaik." Bulan menepuk bahu Angkasa. Dia segera keluar dan meninggalkan Angkasa yang menimang pikirannya.

-Love In Galaxy-

Bintang baru saja masuk ke dalam rumahnya. Setelah Elang mengantarkannya pulang, cowok itu tidak mau mampir ke rumahnya karena hari sudah malam. Langkah gadis itu semakin lambat ketika mendengar suara orang berbincang-bincang di dalam rumahnya.

Perlahan, Bintang membuka kenop pintu. Seketika, kakinya terasa lemas saat melihat pria paruh baya yang sampai saat ini wajahnya tidak berubah seperti terakhir dia  bertemu dengannya.

Tangan gadis itu gemetar. Bintang memandang kakek, nenek, dan juga pria itu. Pria yang sangat dia rindukan.
Ratna dan Tino terkejut melihat kedatangan Bintang. Tetapi, mereka dengan sigap menenangkan gadis itu.

Bukan rasa sakit hatinya yang Bintang luapkan. Melainkan rindu yang selama belasan tahun ini terkubur dalam-dalam.

Bibir gemetar gadis itu mulai menyebutkan panggilan untuk pria yang saat ini juga menatapnya penuh kerinduan.

"Papa...." lirih Bintang. Dia berusaha melangkah mendekati pria itu.

Langkah Bintang seketika terhenti saat pria setengah baya itu berjalan mendekatinya. Tanpa menunggu lama lagi, mereka saling berpelukan. Melepas rasa rindu yang tak tertahankan.

"Bintang ... maafin Papa." Bintang semakin terisak mendengar suara papanya.

"Papa ke mana aja? Kenapa gak pernah nemui Bintang?" tanya Bintang di sela isakannya.

Pria itu mengusap lembut kepala Bintang. Gadis yang sejak di dalam kandungan tidak pernah mendapatkan perhatiannya, bahkan kasih sayangnya.

"Maafin Papa." Hanya itu yang dapat diucap oleh pria yang saat ini raut wajahnya mendung.

"Papa jahat! Hiks ... Papa lebih mentingin anak selingkuhan Papa, daripada Bintang." Bintang meraung di dalam dekapan pria itu.

Ratna perlahan mendekati Bintang. Wanita tua itu menarik Bintang dari pelukan putranya.

"Kamu tau semuanya, Bintang?" tanya pria paruh baya itu, gugup.

"Senja yang memberitahunya. Lebih baik, bicarakan semua setelah dia tenang," kata Ratna pada putranya.

Sesungguhnya Ratna sudah muak melihat pria yang jelas-jelas putra kandungnya sendiri. Ratna dan Tino masih sama-sama kecewa karena kelakuan pria itu.

"Maafin aku, ibu." Ratna terhenyak ketika mendengar kalimat itu langsung dari putranya.

"Jangan panggil saya ibu. Lelaki baik tidak akan pernah melukai perasaan wanita. Dan kamu sudah melukai hati Senja, menantu saya yang sudah saya anggap seperti anak sendiri." Ratna berkata tanpa melihat putranya.

Mereka saling terdiam di ruang tamu. Hingga setelahnya, pria paruh baya itu membuka suara.

"Aku mau bicara sama Bintang. Ini tentang Senja," ucap pria itu menunduk.

"Kenapa Mama?" tanya Bintang, melepas pelukan Ratna.

"Dia berada di Amerika."

Bintang tersenyum masam. "Kemarin Bintang sudah ke sana. Dan apa yang Bintang dapat? Tipuan."

Pria itu menatap Bintang. "Siapa yang sudah menyuruh kamu ke sana, Nak?"

"Bintang juga gak tau. Saking senangnya, Bintang dengan bodohnya langsung terbang ke Los Angeles." Bintang menatap gamang ke arah depan.

Pria paruh baya itu menghela napas. "Sekarang, Papa mau memberitahukan sesuatu sama kamu. Apa kamu siap berada di LA selama satu tahun ke depan?"

Bintang menatap penuh tanya pada pria itu. "Kenapa Papa tanya seperti itu?"

Pria itu menunjukkan ponselnya pada Bintang. Di sana terlihat jelas pesan dari Senja, bahwa wanita itu ingin membawa Bintang bersamanya. Dan juga, dia membaca pesan yang menjawab bahwa pria di depan Bintang saat ini hanya mengizinkan satu tahun saja.

"Ini gak bohong?" tanya Bintang. Dan pria itu mengangguk antusias.

"Kedatangan Papa ke sini cuma mau beritahu kamu tentang hal itu."

Bintang menggeleng kecewa. "Bukan untuk bertemu putri Papa?" tanyanya gemetar

Pria itu memejamkan mata. "Papa sayang sama kamu Bintang. Tapi, Papa gak bisa bawa kamu."

"Iya, karena keluarga baru Papa lebih berharga dari Bintang. Selingkuhan dan anaknya itu sudah membuat Papa lebih dari bahagia, daripada bersama Mama dan Bintang yang jelas-jelas keluarga aslinya." Bintang mengungkap semua rasa sakitnya.

"Jangan bicara seperti itu Bintang," ujar pria itu.

"Papa mau pulang. Sekarang, keputusan berada di tangan kamu. Mama kamu sudah mempersiapkan kepindahan kamu. Mungkin, setelah ujian kenaikan kelas nanti, Mama kamu akan mengirimkan tiket penerbangan. Secepatnya kamu harus memutuskan. Papa pergi dulu," kata pria itu sambil beranjak dari duduknya.

Bintang benar-benar kecewa melihat reaksi papanya. Apa benar dia memang anak yang tidak diinginkan?

Ketika pria paruh baya itu sampai di ambang pintu. Bintang berlari menghampirinya. Bintang masih terlalu rindu untuk ditinggal pergi lagi.

"Papa...." lirih Bintang sembari memeluk papanya.

Pria paruh baya itu menegang. Tidak seperti tadi, kini dia hanya diam. Perlahan, pria itu melepas pelukan Bintang. Tanpa mengucap sepatah katapun, dia langsung keluar dari kediaman Tino.

Sepeninggal pria itu, Bintang berjalan gontai menuju Ratna. "Nek, Papa jahat."

"Bintang, tenang sayang! Biarkan saja pria gak punya hati itu pergi. Bintang masih punya kakek sama nenek," ujar Ratna menenangkan Bintang.

"Nek, bagaimana yang tadi?"

"Itu terserah kamu Bintang. Kamu sudah besar. Pasti kamu sudah bisa menentukan keputusan sendiri," ujar Tino menjawab Bintang.

"Tapi itu setahun, Kek. Lama," keluh Bintang.

"Jika memang itu keinginan mama kamu, menemui dia bukan kesalahan. Kamu pasti kangen, kan? Siapa tau, Senja akan ikut kembali dengan kedatanganmu ke sana." Ratna mengusap pelan kepala Bintang.

"Bintang mau pikir-pikir dulu," ujar Bintang. Gadis itu beranjak dan langsung menuju kamarnya karena jam sudah menunjukkan pukul 21.40.
___

Bintang masih kelimpungan di atas ranjangnya. Pikirannya terus dipenuhi oleh kejadian waktu itu. Di mana setelah dia habis berkencan dengan Elang, dia melihat seorang pria paruh baya yang tak lain adalah papanya.

Dia masih ragu dalam mengambil keputusan. Kepalanya terasa pening. Kenapa semuanya mendadak seperti ini? Papanya tiba-tiba datang, memberitahukan perihal Senja,dan Bintang diberi keputusan untuk pindah ke LA selama satu tahun. Meskipun semua telah diketahui hampir dua minggu yang lalu, tetap saja ini terlalu cepat untuknya. Semua sungguh diluar dugaannya.

Semalam, dia tidak bisa tidur karena mendapat kiriman sebuah tiket menuju Amerika lagi. Dan sekarang, jam sudah menunjukkan pukul lima pagi. Baru saja, dia menelfon Elang. Tapi bibirnya terlalu kelu untuk mengatakan semuanya dan juga yang terjadi di waktu itu.

"Setahun?" gumamnya bimbang. "Gue pengen banget ketemu mama."

"Maafin gue Elang. Gue gak bisa pamit secara langsung sama lo. Gue harap ini keputusan yang terbaik. Jangan lupain gue Elang. Gue selalu jadi pacar lo. Setahun yang akan datang, gue akan kembali buat lo. Gue sayang sama lo. Tapi, gue juga sayang sama mama gue," ujarnya lirih sembari memandang fotonya bersama cowok itu. Tak disangka, lagi-lagi air matanya menetes.

Gadis itu bangun. Dia segera membasuh mukanya dengan air dingin. Ini terlalu gila untuk jalan hidupnya. Bintang seperti ingin tumbang karena beban keluarganya yang tak pernah jelas akan bagaimana.

-Love In galaxy-

Elang sudah berada di dalam kelasnya. Mendadak, pikirannya tidak tenang. Melihat jam masih menunjukkan pukul 06.45, dia kembali memainkan ponselnya.

Bintang
Maaf, Lang. Sebelumnya gue gak pernah bilang sama lo tentang hal ini. Tapi, gue harap lo gak marah sama gue. Karena gue sendiri juga bingung, mau gimana ngatain semuanya ke lo. Ini masalah pribadi gue. Gak seharusnya lo tau ataupun terlibat di dalamnya. Hari ini, gue memutuskan untuk pindah ke LA. Nyokap gue ada di sana. Kali ini, gue pastiin bukan tipuan lagi. Karena bokap gue udah nemui gue buat bilangin itu. Bye Elang. Gue selalu sayang sama lo. Tunggu satu tahun ke depan. Gue kembali buat lo. Buat hubungan kita<3

"Shit!" Refleks, dia mengumpat sambil meremat ponselnya kuat-kuat.

Dia tidak menyangka Bintang akan pergi ke LA lagi. Dan kali ini, juga tanpa menemuinya terlebih dahulu. Elang memijat pelipisnya pelan. Bagaimana Bintang bisa semudah itu meninggalkannya. Bahkan untuk menemuinya saja, gadis itu tidak.

"Lo lupa kalo gue pacar lo," gumamnya. Elang mengacak rambutnya kasar. Baru saja tadi pagi Bintang mengiriminya pesan untuk tidak menjemput gadis itu berangkat sekolah. Ternyata, Bintang menyembunyikan semuanya darinya.

Dengan napas tercekat. Cowok itu beranjak dari duduknya. Dia segera berlari menuju parkiran. Dia yakin teman-temannya yang lain masih nongkrong di sana.

Elang menggertakkan giginya kuat-kuat ketika teringat bahwa hari ini dia memakai mobil. Bagaimana kalau jalanan macet? Setelah menghembuskan napas kasar, otaknya kembali bekerja. Dia segera menemui Angkasa di sudut parkiran.

"Lo mau ke mana?" tanya Angkasa saat Elang buru-buru merebut kunci motornya.

"WOY!! Jangan tinggalin gue!" Angkasa berteriak ketika Elang berlari dan meninggalkannya begitu saja.

Cowok itu menggerutu sembari berkacak pinggang. "Dasar, curut!"

Karena penuh rasa penasaran, mau tak mau Angkasa berlari mengejar Elang. Angkasa semakin membelalakkan mata, ketika dia melihat Elang membawa motornya melesat dari area sekolahan. Dia segera membuka ponselnya untuk menghubungi taksi online. Sungguh dia jadi ikut tidak bisa berpikir sekarang. Dia juga tidak mungkin harus meminjam mobil teman-temannya. Parkiran tentu sudah padat di waktu-waktu saat ini. Kenapa juga, harus dia sendiri yang hari ini membawa motor?

Tak lama kemudian, taksi yang dia pesan datang. Angkasa segera masuk ke dalam mobil dan menyuruh sopir untuk mengemudi dengan kecepatan tinggi.

"Pak, tolong lebih cepet dong! Ikuti motor sport merah itu!" perintahnya langsung dibalas anggukan oleh sopir taksi itu.

Ada apa,sih? batinnya kembali bertanya-tanya. Bahkan, dia sudah melupakan perihal sekolahnya hari ini.

Setelah setengah perjalanan sudah dia lalui, Angkasa mengacak rambutnya frustasi karena kehilangan jejak Elang. Dengan pikiran yang sedang berkecamuk, akhirnya Angkasa menyuruh sopir taksi  untuk menyusuri jalan se arah saja.

Tiga puluh menit kemudian, Angkasa memandang terkejut menyadari bahwa yang sedang dia pandang dari kejauhan itu adalah motornya. Motor sport merah yang dipenuhi stiker itu meyakinkan Angkasa bahwa itu adalah miliknya.

Angkasa mengernyit bingung ketika tempat di mana motornya terparkir itu adalah Bandara.

"Ngapain tuh bocah ke Bandara?" katanya pelan.

Tidak ingin membuang waktu lagi, dia segera membayar taksi yang ditumpanginya tadi. Setelah merapikan rambutnya dengan sela jari, Angkasa berlari memasuki Bandara.

Cowok itu melebarkan langkahnya untuk mengejar Elang yang sudah berjarak jauh darinya. Matanya terus menelisik ke segala sudut ruangan.

Elang berlari tak kenal arah. Sudah berkali-kali dia menabrak orang di sana, karena tergesa-gesa. Dia tidak ingin Bintang meninggalkannya. Seketika, matanya terhenti pada sosok gadis berambut panjang dengan baju hangat yang terpakai manis di tubuhnya. Dia yakin itu Bintangnya.

"Bintang," panggil Elang lirih. Gadis itu terkejut dan menatap Elang dengan mulutnya yang menganga lebar.

"Lo?" Bintang membekap mulutnya.

"Kenapa? Kaget gue ke sini?" tanya Elang dengan nada dingin.

Bintang meremas ujung bajunya kuat-kuat. Dia takut. Dia tidak ingin menangis lagi.

"Lo anggep gue apa, HAH?" Elang membentak Bintang. Membuat gadis itu terpelonjak dan menutup matanya.

"Maafin gue, Lang. Karena gue rasa...." Bintang menghentikan kalimatnya.

"Apa? Lo ngerasa gue lebih baik gak tau? Terus lo tiba-tiba hilang gitu aja? Lo gak mikir, gimana perasaan gue setelahnya?" Tangan Elang mengepal kuat-kuat.

Bintang menatap takut-takut pada cowok itu. "Gue, minta maaf," ujarnya pelan.

Elang mengusap wajahnya kasar. Satu tangannya dia taruh di pinggang. Elang merapatkan bibirnya dan menatap ke arah lain sembari mengatur napasnya. "Apa gue gak sepenting itu buat lo?" tanyanya membuat Bintang terkejut.

Gadis itu benar-benar tidak punya alasan lain untuk menjawab semua perkataan Elang. Satu alasan kuatnya tidak mungkin dia katakan. Bintang tidak bisa memberitahu Elang karena dia sendiri juga merasa berat meninggalkan pacarnya itu selama satu tahun ke depan. Dan dia tidak ingin terlihat menangis lagi di depan cowok itu. Cukup kemarin saja, dia menangis di depan Elang untuk terakhir kalinya.

"Lo bener-bener gak mikir Bintang. Lo gak pernah mikirin perasaan gue dengan lo tinggalin gue begitu aja." Elang menunduk. Tak kuasa menahan amarah dan juga rasa kecewanya.

"Gue gak pernah ada niatan kaya' gitu, Lang. Gue gak mau ngomong sama lo, karena gue gak mau merasa lebih berat lagi buat ninggalin lo. Gue sayang sama lo, Lang. Gue gak pengen nangis lagi, saat lo udah tau gue mau pindahan ke LA," ungkap Bintang.

"Tapi gak gini caranya, Bintang. Lo lebih buat gue kecewa kalo lo pergi tanpa bicara apapun sama gue. Gue jadi kelihatan gak penting lagi buat lo," balas Elang.

"Gue juga bimbang mau nentuin ini semua. Bokap gue datang setelah belasan tahun gak pernah ketemu sama gue. Bokap gue bilang kalo nyokap ada di Amerika. Gue juga lihat sendiri pesan nyokap gue. Awalnya, gue gak mau ke sana lagi. Tapi, keadaan memihak gue buat ketemu sama nyokap lagi," Bintang menatap kosong ke arah depan.

"Gue gak mau beritahu lo karena gue takut gak kuat buat pergi ninggalin lo. Percaya sama gue Elang. Lo tetap jadi satu-satunya cowok yang berarti di hati gue," jelas Bintang lagi.

"Gue sayang sama lo. Gue gak pengen ninggalin lo. Tapi bagaimana untuk wanita yang sangat gue tunggu-tunggu kehadirannya?" Bintang menunduk dan mengusap wajahnya.

Elang menengadahkan kepalanya mendengar semua penuturan Bintang. Cowok itu juga tidak boleh egois.

Elang mendekati gadisnya. Dia meraih Bintang dalam pelukannya. Biarkan dia merasakan kehangatan dari Bintang sebelum gadis itu berada di tanah Amerika.

Langkah Angkasa terhenti, melihat Elang menubruk seorang gadis dan memeluknya erat. Angkasa mengenali betul siapa gadis itu. Angkasa berdiri di balik dinding dan menajamkan indra pendengarannya. Tentu dia juga terkejut melihat Bintang berada di Bandara dan berpakaian seperti itu.

"Gue ikut ya?" Perkataan Elang sukses membuat Bintang melotot.

"Jangan gila. Gimana sama sekolah lo?"

"Gue ikut pindah. Gue gak bisa LDR," jelas Elang. Definisi bucin yang sebenarnya.

Bintang terdiam sejenak. "Walaupun bokap sama nyokap gue bilang kalo gue setahun di sana, tapi gue gak kepikiran buat nurutin itu. Gue akan lihat keadaannya nanti. Kalo bisa, gue cuma sebentar di sana. Dan bakal ngerayain kelulusan nanti sama temen-temen gue di sini."

"Sama gue enggak?" tanya Elang pura-pura memasang wajah cemberut. Elang berusaha meringankan langkah Bintang untuk menemui ibunya di Amerika, dengan menghapus segala kesedihannya.

"Iya. Sama lo juga, Pacar." Bintang tersenyum manis mengatakannya.

Kemudian, suara pemberitahuan mengalihkan perhatian mereka. Bintang harus pergi sekarang.

"Gue pergi dulu ya? Setelah semuanya selesai, pasti gue balik lagi kok," ujar Bintang yang masih menenggelamkan wajahnya pada dada bidang cowok itu.

Elang hanya diam. Meskipun ini bukan kali pertamanya, entah kenapa dia merasa berat ditinggal lagi oleh gadis itu.

Bagaimanapun juga, kali ini dia akan berjarak dengan kekasihnya selama setahun. Dan itu bukan waktu yang sebentar baginya. Elang tidak ingin Bintangnya pergi terlalu lama. Karena pada dasarnya, semesta akan terasa hampa tanpa kemerlip bintang yang menghiasinya.

Dari kejauhan, Angkasa melihat cairan bening hinggap di pelupuk mata Bintang. Merasa sesak, melihat orang yang selama ini dia sayangi akan pindah ke luar negeri lebih lama lagi.

Angkasa masih teringat dengan niatnya semalam untuk mengatakan semua perasaan pada Bintang. Kakinya terasa kaku untuk menemui gadis itu.

"Jaga diri baik-baik, ya di sana! Semesta tetap membutuhkan sinarnya. Gue akan selalu nungguin lo, Bintang," bisik Elang tepat di samping telinga gadis itu.

Bintang menarik diri dan mulai beranjak dari tempat semula. Baru saja selangkah dia pergi, Elang menarik tangannya lagi. Membuat gadis itu berbalik badan. Elang lagi-lagi memeluknya.

"Jangan nangis," ujar Elang lirih.

Lagi-lagi, bendungan air mata yang mulai kering kini basah lagi. Inilah takutnya jika dia pergi dan Elang menemuinya.

"Gue gak nangis," elak Bintang. Suaranya bahkan terdengar parau.

"Kenapa mendadak kaya' gini sih?" Elang masih saja tidak bisa menerima kenyataan.

"Gue juga gak tau," jawab gadis itu pelan.

"Pokoknya lo gak boleh nangis. Lo harus yakin kalo gue selalu nungguin lo pulang, kapan pun itu," ujar Elang tegas.

"Siapa yang nangis sih?" Bintang merasa geregetan sendiri. Perkataan Elang yang seperti itu malah memancing air matanya untuk keluar.

Elang kemudian menatap mata Bintang yang juga dibalas oleh gadis itu. Elang menelisik setiap sudut mata yang berkaca-kaca. Bintang pun sama, dia mencari kehangatan dari sorot mata Elang yang mungkin akan selalu dia rindukan kedepannya.

Angkasa bisa mendengar semua bincang dua orang itu. Karena saat ini dia berada di balik dinding tepat dua orang itu berada. Angkasa menunduk, merasa sesak dalam batinnya. Mungkin, takdir berkata bahwa memang Angkasa yang harus mencintai sendiri. Dan dia tidak diberi kesempatan untuk melepas bebannya.

Angkasa benar-benar tidak bisa menggerakkan kakinya untuk menemui Bintang sebelum gadis itu pergi lebih lama lagi.

Tanpa menghampiri dua orang itu, perlahan dia melangkah ke belakang. Membalikkan tubuh, menghela napas, dan mengusap wajahnya kecewa. Matanya basah? Apa dia menangis? Seharusnya, dia juga berada di sana. Tapi, bagaimana jika hadirnya sudah tidak dianggap penting lagi?

😭😭😭

Angkasa dan Elang sama-sama menghempaskan tubuhnya di atas kasur Angkasa. Dia tidak berminat ke sekolahan lagi setelah pulang dari Bandara. Lagipula, sudah tidak ada pelajaran dan sudah dibebaskan. Elang bahkan menitipkan mobilnya di sana. Biarkan saja, sopir rumahnya yang akan mengambil nanti.

Tadi, ketika Elang memastikan bahwa Bintang sudah masuk ke pesawat, dia memilih untuk segera pulang. Seketika dia terkejut melihat Angkasa yang duduk di sebuah kursi bandara dengan penampilan berantakan. Angkasa tidak mengatakan apapun ketika Elang bertanya padanya. Dua cowok itu akhirnya pulang dengan berboncengan di motor Angkasa.

Dan sekarang, mereka memutuskan untuk tidak kembali ke sekolahan. Laskar, mama Angkasa tentu terkejut dengan kedatangan Angkasa dan Elang. Tapi, alasan mereka cukup untuk meyakinkan Laskar.

"Pacar gue, Sa."

"Udah di Amerika, Lang."

"Gue kangen," kata Elang.

"Gue juga."

Elang dan Angkasa bersamaan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Lo yakin Bintang bakal balik secepatnya?" tanya Angkasa pada Elang.

Elang mengangguk. "Kalo enggak balik, gue yang bakal jemput dia."

"Yakin?" tanya Angkasa memastikan.

"Gue bakal buktiin ke lo," jawab Elang. Memandang sinis Angkasa.

"Gue ikut." Pernyataan Angkasa sukses membuat Elang menatapnya heran.

"Mau ngapain? Ngerecokin gue?" Sungguh perkataan Elang sangat menyebalkan.

Angkasa menghela napas sesaat. "Lo lupa gue juga sayang sama Bintang. Gue bakal ngelakuin apapun untuk buat dia bahagia. Lo masih ingat, kan? Kalo gue itu saingan lo," ujarnya.

"Cih! Saingan gimana? Orang jelas-jelas Bintang udah jadi pacar gue," balas Elang bangga.

"Ya, serah lo deh, Lang." Angkasa memilih mengalah. Dia hanya berusaha memastikan Elang baik-baik saja. Meskipun perasaannya harus terbagi, antara sahabat dan gadis yang dia suka, Angkasa tentu bijak menghadapi ke dua-duanya.

Ponsel Angkasa lalu berdering. Di sana jelas tertera nama Bulan. Angkasa lalu membaca pesan yang masuk dari gadis itu.

"Lang," panggil Angkasa.

"Apa?"

"Gue mau balik ke sekolahan. Bulan nyariin gue dari tadi," jelas Angkasa.

"Gue ikut." Elang segera memasang sepatunya.

"Mau ngapain? Ngerecokin gue?" tanya Angkasa. Persis ketika Elang tadi mengatakan itu juga.

"Copas lo."

Elang dan Angkasa lalu bersamaan keluar dari kamar cowok itu. Dia kembali ke sekolahan lagi. Benar-benar definisi persahabatan sejati.

I LOVE YOU 3000 WORD😢
See you next chapter
1-6-20

Continue Reading

You'll Also Like

556K 20.8K 61
#3 wattys (27/3/19) #1 cutegirl (14/3/19) #2 masasma (17/11/18) #2 relationshipgoals (23/02/19) Devan putra aysel. ~Aku bulan, si pemilik hati binta...
116K 10.6K 37
By. Saltedcakes_ NOTE : Aku gak menyarankan kalian buat baca story yang ini dulu ya. Karena bener bener masih berantakan banget, belum aku revisi. Ja...
842K 69.6K 49
"Nah kalo misalnya kita lagi jalan, dan kita ketemu tai, lo mau bagi dua gak sama gue?" tanya Geri "Pertanyaan bodoh macam apa itu Ger?" "Udah jawab...
140K 6.3K 60
š’šžš›ššš š¢ššš§ š©ššš«š­ šš¢š©š«š¢šÆššš­, šŸšØš„š„šØš° šš®š„š® š¬šžš›šžš„š®š¦ š¦šžš¦š›šššœšš. Bila mencintai lelaki yang sampai sekarang belum bis...