Love In Galaxy (End)

By leetdr

13.4K 1.9K 691

Kisah tertulis tentang sebuah hubungan terlarang, kebohongan yang terbongkar, dan juga cinta yang bertepuk se... More

_prolog_
1. ll Horizon
2. ll Star
3. ll Altair
4. ll Aurora
5. ll IMeridian
6. ll Perihelion
7. ll Capella
8. ll Lyra
9. ll Vega
10. ll Nebula
11. ll Binary
12. ll Nova
13. ll Bolide
14. ll Cygnus
15. ll Andromeda
16. ll Aldebaran
17. ll Aquilla
18. ll Galaksi
19. ll Deneb
20. ll Libra
21. ll Orion
22.ll Regulus
23. ll Auriga
24. ll Black Hole
25. ll Aphelion
26. ll Centaurus
27. ll Sirius
29. ll Spica
30. ll Red Giant
31. ll Betelgeuse
32. ll Antares
33. ll Algol
34. ll Merkurius
35. ll Venus
36. ll Bumi
37. ll Mars
38. ll Yupiter
39. ll Sa(d)turnus
40. ll Uranus
41. ll Neptunus
42. ll Cassiopeia
43. ll Arcturus
44. ll Capricorn
45. ll Aquarius
46. ll Pisces
47. ll Aries
48. ll Taurus
49. ll Gemini
50. ll Cancer
51. ll Leo
52. ll Virgo
53. ll Libra
54. ll Scorpio
55. ll Sagitarius
_Epilog_
Extra part 1
Extra part 2
NEW STORY

28. ll Rigel

130 19 5
By leetdr

Kalo emang lo bahagianya sama dia, biar gue aja yang perlahan melupa. -Angkasa.R.D
-Love In Galaxy-

~Happy reading~

BULAN mengayunkan kakinya ketika gadis itu duduk di tempat tinggi. Hari yang semakin sore, membuatnya tak bisa berlama-lama di sini. Tetapi, Angkasa belum menjemputnya juga. Sedari tadi, dia juga sudah menunggu angkutan umum yang biasanya lewat.

Gadis itu menghela napas melihat pesan dari Angkasa 20 menit yang lalu. Katanya, dia tidak boleh pergi kemana-mana sampai Angkasa menjemputnya. Tapi sekarang, cowok itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

Bulan mulai melangkahkan kaki menyusuri tepi jalan yang sangat ramai. Berharap akan ada angkutan umum yang lewat.

"ULELELELELE!!!"

Mendengar suara itu, Bulan segera menoleh. Bibirnya tertarik sesaat. Setidaknya, dia bisa pulang lebih cepat. Bulan mengangkat tangannya, bermaksud menghentikan angkot itu. "BANG, ANGKOT BANG!!"

"Masuk, Neng!"

Tak mau menunggu lebih lama lagi Bulan segera melangkah masuk dan mencari tempat duduk ternyaman di dalam sana. Setelah dirasa cukup nyaman, angkot melaju meninggalkan tempat semula.

Dari kejauhan, Angkasa yang masih melajukan motornya pelan membulatkan mata menyadari Bulan sudah masuk ke dalam angkot. Cowok itu lantas melajukan motornya dengan kecepatan tinggi untuk mengejarnya.

Di dalam angkot, Bulan melihat jalan belakang melalui kaca. Gadis itu mengernyit ketika melihat motor dan juga sosok yang tak asing dengannya seperti sedang mengikutinya.

Tiitttt...

Tiitttt...

"BANG! BERHENTI BANG!!"

Angkasa nampak berusaha menghentikan angkot tersebut. Di dalamnya, Bulan nampak ingin tertawa melihat wajah frustasi Angkasa.

"Neng, itu pacarnya ya?" tanya sopir angkot pada Bulan.

"Eh, bukan Bang. Dia temen saya."

Mobil angkutan itu mulai menepi dan Bulan segera bersiap untuk turun. Tak lupa dia memberi ongkos untuk sopir.

"HEH! UDAH GUE BILANGIN, KAN. JANGAN NINGGALIN TEMPAT TADI. KOK MALAH NAIK ANG--"

"BERISIK!" potong Bulan cepat.

"Gue dari tadi udah nungguin lo. Lo gak lihat udah mulai petang? Ntar kalo Bi Yemi nyari gue gimana. Mikir gak sih?" Bulan nampak meluapkan kekesalannya.

Angkasa tersenyum memandangi gadis yang terus saja memarahinya saat ini. Dan Bulan mengernyit kebingungan ketika melihat Angkasa malah bersikap seperti itu.

"Napa lo senyum-senyum?" Bulan melipat tangannya di dada.

"Enggak. Ya udah, yuk pulang!" Angkasa menyodorkan helm untuk Bulan.

"Mending gue naik angkot. Dari pada sama lo tapi malah disuruh turun kaya' tadi," ujar Bulan terlihat kesal mengingat kejadian tadi.

Angkasa terkekeh. "Oh, jadi cemburu nih?"

Bulan mengernyitkan keningnya. "Apa? Cemburu lo bilang?"

"Ngaku aja! Lo cemburu kan pas gue nganter Bintang?"

Bulan hanya diam dan malas menanggapi. Meskipun dia bilang iya pun, perasaan Angkasa dengannya hanya sebatas teman. Tanpa menjawab lagi, Bulan segera memasang helmnya asal dan menaiki motor Angkasa.

"Pulang!"

"Ciee, Embul cemburu cieee," ledek Angkasa sembari tertawa.

Bulan menatap tajam Angkasa yang saat ini wajahnya hanya tinggal terlihat bagian mata. "Bisa diem gak, sih? Gue turun aja kalo gitu."

Bulan benar-benar kesal dan mulai beranjak turun. Tapi Angkasa dengan sigap menahan tangan gadis itu.

"Eh, enak aja. Gue udah capek ngejar angkot yang lo tumpangi. Malah main turun lagi," Angkasa mencari tangan Bulan yang sebelahnya. Setelah itu dia menuntun tangan Bulan agar melingkari pinggangnya. "Gini aja aman. Gak usah turun!"

Bulan terkejut mendapat perlakuan itu. Ingin sekali dia memberontak. Tapi, semua terasa kalah dengan keadaan organ dalam dadanya yang terus berdetak cepat.

Langit yang mulai senja membuat kedua orang yang tengah berboncengan itu merasa betah di perjalanan. Sembari menikmati udara sore hari, mereka mengobrol ringan sepanjang jalan.

Bulan merenggangkan tangannya yang melingkari pinggang Angkasa. Kini, dia berganti memegang erat jaket cowok itu. Bagaimanapun juga, setiap apa yang dia lakukan kepada Angkasa dan setiap apa yang Angkasa lakukan padanya membawa buih-buih perasaan cinta.

"SELAYAKNYA ENGKAU TAU, BETAPA KU MENCINTAIMU." Angkasa bernyanyi dengan volume suara yang terdengar seperti teriakan.

Bulan terjingkat di belakang. Tangannya mendarat mulus di punggung Angkasa, memukul keras di sana. "LO GILA? INI JALAN UMUM WOY!" seru Bulan kesal.

"KAU TERANGKANKU DARI MIMPI BURUKKU." Angkasa masih melajutkan sebaris lirik lagu tanpa mempedulikan teriakan Bulan.

Bulan sedikit mendekatkan bibirnya di telinga cowok itu yang tertutup helm. "ANGKASA, DIEM!"

"SELAYAKNYA KAU MENGERTI, BETAPA ENGKAU KU KAGUM--" Angkasa berhenti bernyanyi ketika Bulan memukul kepalanya. Memang sih, sudah ada helmnya. Tapi pukulan gadis itu mampu membuat kepala sedikit terhuyung.

"Kepala gue, EMBUL!!"

"Makanya diem! Malu tau. Teriak-teriak kaya' orang gila lo," ujar Bulan.

"Oke, oke. Gue diem." Angkasa mengalah kali ini.

"Gue tau lo masih berusaha nunjukin ke Bintang kalo lo suka sama dia, kan?" Bulan mulai berbicara lagi.

"Enggak. Sok tau, lo. Gue mah santai sama Bintang. Dia suka gue ya alhamdulillah, dia suka sama yang lain yang nerima aja." Angkasa berkata dengan santai. Tapi, Bulan tahu ada nada ketidakrelaan dalam kata terakhirnya.

"Ya, semoga aja ntar dia tau." Bulan mencoba memberi dukungan meskipun dalam hatinya juga memiliki harapan yang sulit didapatkan.

Angkasa hanya diam. Dia berusaha biasa saja dengan perasaannya. Cowok itu menambah kecepatan lagu motornya hingga sampai di gang Pojok Indah di mana rumah Bulan berada.

"Thanks, Sa." Bulan berucap sembari mengembalikan helm Angkasa.

"Yoi." Hanya seperti itu balas Angkasa. Kemudian, cowok itu putar balik dan menerobos jalanan ramai kembali untuk pulang ke rumahnya.

Tidak mau berpikiran apapun, Bulan segera masuk ke dalam. Tak lupa menutup pagar hitam di depan rumahnya.

-Love In Galaxy-

Tepat pukul 9 malam, Angkasa melajukan motornya menuju rumah Bulan. Dia lupa akan meminjam sebuah buku gadis itu. Mungkin, sekarang Bulan juga sedang menunggunya. Karena tadi, dia sempat mengirim pesan untuk gadis itu.

Angkasa mengurangi kecepatannya ketika sampai di gang rumah Bulan berada. Rumah Bulan yang didesain sederhana itu nampak elegan dipandang mata.

Angkasa tersenyum ketika mendapati gadis itu sedang duduk di teras sambil membaca buku. Rambutnya terurai panjang yang membuatnya semakin terlihat manis.

"Nungguin gue?"

"LO?"

Angkasa mengusap dadanya. "Dateng-dateng bukannya disambut malah teriak."

"Ngagetin sih," ujar Bulan menggerutu.

"Masa'?"

"Bodo," balas gadis itu.

"Hm, masuk dulu yuk!" ajak Bulan pada cowok itu.

Angkasa nampak ragu. Pasalnya ini sudah malam. "Enggak deh. Lo ambilin aja bukunya," ujarnya sembari merapikan rambutnya.

"Oh bentar ya!"

"Lama aja bakal tetep gue tungguin," ujar Angkasa tersenyum kecil.

Bulan menyembunyikan senyumnya. Kemudian, gadis itu dengan segera mengambil buku yang ada di kamarnya.

"Nih." Bulan menyodorkan buku setebal 5 cm itu pada Angkasa setelah dia kembali.

Mereka sama-sama terdiam setelahnya. Biasanya, mereka akan beradu mulut. Tapi, entah kenapa saat ini Angkasa malah sibuk melihat cover bukunya. Dan Bulan nampak bingung mau berkata apa.

"Yakin nih, gak mau masuk?" tanya Bulan.

"Enggaklah. Gue mau belajar."

"Lo gak belajar aja udah pinter kok, Sa," ujar Bulan menanggapi.

Angkasa tertawa dan menjitak kepala gadis itu. "Awas aja kalo setelah ini lo ledekin gue," ujarnya.

"Hidup gue gak selamanya buat ledekin lo, Sa. Capek juga tau gak? Marah mulu tiap ketemu sama lo." Bulan memainkan jari-jarinya.

"Iya gue tau. Kalo gak ngledekin gue,  diganti jadi sayangin gue juga gak papa kok, Mbul," ujar Angkasa tertawa.

Iya lo gak papa. Tapi gue yang kenapa-napa,Sa. Itu kata yang sempat terlintas di benak Bulan.

"Gue udah sayang sama lo kok, Sa," Bulan tersenyum licik. "Saking sayangnya, gue pengen makan lo."

"Yah, sayangnya gue bukan makanan, Mbul. Gimana dong?" tanya Angkasa berakting sedih

Bulan memutar bola matanya malas. "Kok gue gak pernah lihat lo main gitar, Sa." Bulan mengalihkan pembicaraan. "Kenapa lo gak main gitar?"

"Gak minat," jawab cowok itu seadanya. 

"Padahal keren loh."

"Gak main gitar juga gue tetep keren," Angkasa tersenyum bangga. "Lo pengen banget lihat gue main gitar?"

Bulan mengangguk antusias. "Iyalah! Ntar gue pengen duet sama lo."

"Oke, besok ke rumah gue ya?"

"Ngapain?" tanya Bulan.

"Gue bakal coverin lagu buat lo."

Bulan tertawa. "Antusias banget. Emang lo bisa?"

"Gak ada kata gak bisa dalam kamus Angkasa," balas Angkasa kesal.

"Iya, iya. Songong banget jadi orang."

"Biarin songong, penting banyak yang sayang," Angkasa tersenyum jahil. "Termasuk lo."

Bulan bungkam. "Tau dari mana?"

"Lo kan temen gue. Masa' gak sayang sih, sama Angkasa ter-imut gini." Angkasa memamerkan deretan giginya hingga matanya menyipit. Bulan tertawa melihatnya.

Drtt..

Drtt...

"Siapa?"

"Bintang." Satu kata itu membuat perasaan Bulan kembali sesak.

"Gue pulang dulu ya? Bintang nyuruh gue ke sana." Angkasa bergegas memakai helmnya.

"Malam-malam kaya' gini?" tanya Bulan memastikan. Angkasa yang terburu-buru hanya membalas dengan anggukan.

"Bye," ujar Angkasa lalu meninggalkan pekarangan rumah Bulan.

Gadis itu menatap kecewa. Biasanya Angkasa masih sempat berpamitan dengan cara konyol yang Bulan sukai. Tapi, kali ini semua itu sudah tidak ada lagi. Apa mungkin Angkasa benar-benar akan memperjuangkan cintanya kembali?

-Love In Galaxy-

Cowok berjaket levis hitam itu sudah memasuki pekarangan rumah Bintang. Matanya tak henti menelisik setiap sudut tempat itu. Ada rasa rindu yang menyelinap. Mengingatkan dia pada kali pertamanya memasuki rumah ini.

"Assalamu'alaikum," ujar Angkasa mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsalam," jawab suara cewek di dalam sana. Angkasa yakin itu suara Bintang.

Kemudian, Bintang membuka pintu agar Angkasa dapat masuk. Angkasa terkejut ketika melihat penampilan Bintang yang kacau seperti ini. Mata gadis itu terlihat sembab. Bibirnya pun sangat pucat.

"Lo kenapa?" tanya Angkasa khawatir. Cowok itu meraih wajah Bintang dan berusaha mendongakkannya.

Bintang hanya menggeleng lemah dan menyuruh Angkasa untuk segera masuk.

"Angkasa. Lama tak jumpa. Ke mana saja kau, Nak?" Tiba-tiba suara Tino dari belakang mereka membuat Angkasa melepas pegangannya pada wajah gadis itu.

Angkasa tersenyum dan menyalimi Tino. "Biasa kek, sibuk belajar. Biar masa depannya cemerlang," jawab Angkasa sembari terkekeh pelan. Tino menepuk bahu Angkasa bangga dan menyuruhnya untuk duduk.

"Jadi gini. Tadi kakek lihat si Bintang murung terus di kamar. Dan kakek yakin itu karena masalah anak muda. Kakek suruh kamu ke sini biar bisa nemenin Bintang. Soalnya kakek sama nenek mau ngurus sesuatu di luar. Hanya sebentar. Bagaimana Angkasa?" jelas Tino.

Angkasa terdiam. Kenapa di saat Elang sudah sering ke rumah ini pun, Tino masih saja mempercayakan Bintang padanya. Tiba-tiba jantungnya berdegub kencang. Ada bahagia menyelinap dalam benaknya.

"Siap Kek," jawab Angkasa melakukan formasi hormat.

Setelah itu, Tino benar-benar keluar bersama Ratna. Sepertinya, ada hal serius yang harus diselesaikan malam ini juga. Sepeninggal dua orang itu, Angkasa kembali memperhatikan Bintang.

"Gue mau ke LA, besok." Kata yang dilontar Bintang mampu membuat Angkasa terpelonjak.

"HAH? Gila lo," ujar Angkasa.

Bintang hanya diam. Tangannya sibuk mencari sesuatu di sofa sebelahnya. Lantas, dia memberikan selembar kertas berisi surat yang baru dia cari itu pada Angkasa.

Angkasa perlahan membacanya. Di sana, tertulis tentang keadaan wanita yang bernama Senja sedang ingin bertemu Bintang. Belasan tahun yang berlalu membuat gadis itu nampak antusias ketika membaca surat itu. Di sana juga tertera jelas alamat di mana Senja, mama Bintang tinggal.

"Terus lo percaya?" tanya Angkasa setelahnya.

Sekarang, Bintang menyodorkan selembar tiket pesawat pada Angkasa. Lagi-lagi, Angkasa dibuat terheran-heran. Karena dia yakin gadis itu benar-benar akan ke LA besok.

"Bagi gue, ketemu sama mama sempat hanya menjadi mimpi. Dan sekarang, kalo ada kesempatan kenapa harus gue tinggalkan?" ujar Bintang.

"Sa, tolong jangan bilang sama Elang ya?!"

Angkasa menatap Bintang penuh tanya ketika mendengar itu. "Kenapa?"

"Kaya'nya dia bener-bener udah gak peduli lagi sama gue." Bintang menunduk setelah menjawab.

"Lo percaya kalo Elang bener-bener gak peduli sama lo?" Angkasa meraih dagu Bintang agar gadis itu tidak menunduk lagi. Kemudian, Angkasa membuat Bintang menatapnya. Mata gadis itu sudah memerah sekarang. Dan Angkasa, cowok itu mencoba menyelami keindahan mata Bintang. Cewek yang dia sukai di balik kebahagiaan Elang. Angkasa merasakan apa yang Bintang rasakan. Angkasa tahu rasanya diabaikan oleh orang yang dia sayang.

Tak mampu menahan hasratnya lagi, Angkasa menarik Bintang dalam pelukan. Sudah lama sekali dia mendamba hal ini. Biarpun perasaan Bintang bukan untuknya, biar sekali saja dia bisa merasakan kehangatan bersama gadis itu.

Angkasa tahu, Bintang terkejut dan sekarang mencoba melepas pelukannya. "Sebentar aja." Angkasa berkata lirih tepat di samping telinga gadis itu.

Gue gak ngerti, gimana perasaan ini dengan mudahnya jatuh buat lo, Bintang. Selama ini gue anggep itu cuma rasa biasa. Tapi nyatanya gue bener-bener sayang sama lo. Apa lo sama sekali gak ada rasa buat gue? Gue gak rela lihat lo kaya' gini. Gue gak rela lihat cewek yang gue sayang disakiti sama pacarnya sendiri. Bahkan kalo mungkin, gue pengen gantiin posisi dia buat lo.

Angkasa terus berbicara dalam hati. Berharap gadis dalam pelukannya itu merasakan isi hatinya. Setelahnya, Angkasa mengurai pelukan di antara mereka.

"Gue gak mau Elang tau semua ini. Gue tadi juga udah bilang sama Bulan kalo besok gue berangkat," kata Bintang.

"Lama di sana?" Angkasa bertanya memastikan.

"Enggak. Mungkin seminggu. Lo lupa kalo gue juga sekolah di Indonesia. Mana mungkin gue pindah ke sana."

"Besok gue anter ya?" Angkasa berkata lembut.

"Gak. Tadi kakek sama nenek mau ke rumah bibi. Katanya, besok gue dianter sama mereka." Bintang sudah terlihat tenang sekarang.

"Gimana hubungan lo sama Elang selanjutnya?" tanya Angkasa yang langsung membuat gadis itu menoleh.

"Gue akan cari cara supaya tau alasan di balik semua ini. Gue tetep sayang sama dia. Dan gue yakin ada yang bermasalah sama dia. Meskipun ya ... awalnya cuma gegara salah sama paham sama Kak Rasi," jelas gadis itu.

"Kakel murid baru itu kok deket banget sih sama lo?"

Bintang menggeleng sembari tersenyum. "Gue juga gak tau kenapa dia akrab banget sama gue. Padahal, ketemu pertama kali cuma pas dia hampir nyerempet gue di halaman sekolah. Sebelumnya enggak."

Angkasa memilih tak acuh dengan Rasi. Sekarang, dia lebih yakin lagi kalau Bintang tidak akan beralih hati. Tapi, jika suatu saat ini Angkasa diberi kesempatan, biarkanlah dia kembali memperjuangkan perasaan. Jadi seperti ini rasanya berjuang di antara persahabatan.

Vote+comment
Salam hangat
EL

See you next chapter
17-5-20

Continue Reading

You'll Also Like

74.8K 25.3K 35
Embun Adriana Rafa dan Erland Orlando Arsenio. Dua orang yang terjebak dalam hubungan persahabatan dan cinta💕 - selamat datang di cerita pertama ara...
743K 8K 3
Cover by @Sweetboyy_ #FOLLOW SEBELUM MEMBACA [Terdapat kata kata kasar. Jadi, bijaklah dalam membaca] Note: jangan menyimpulkan sebuah cerita hanya d...
32.8K 4.6K 53
Highest Rank: #2 in Playboy (20 Desember 2019) #2 in Anara (17 April 2020) #1 in Kenath (19 Agustus 2020) #11 in Senja (13 September 2020) #3 in soli...
2.8M 165K 72
"DISAAT KAMU GK PERNAH ADA WAKTU SAMA AKU ,AKU BAHKAN MASIH COBA BUAT NGERTI GOO,DISAAT KAMU LEBIH MILIH BERANGKAT SAMA DIYSHA AKU NGALAH GOO,DISAAT...