Love In Galaxy (End)

By leetdr

13.4K 1.9K 691

Kisah tertulis tentang sebuah hubungan terlarang, kebohongan yang terbongkar, dan juga cinta yang bertepuk se... More

_prolog_
1. ll Horizon
2. ll Star
3. ll Altair
4. ll Aurora
5. ll IMeridian
6. ll Perihelion
7. ll Capella
8. ll Lyra
9. ll Vega
10. ll Nebula
11. ll Binary
12. ll Nova
13. ll Bolide
14. ll Cygnus
15. ll Andromeda
16. ll Aldebaran
17. ll Aquilla
18. ll Galaksi
19. ll Deneb
20. ll Libra
21. ll Orion
22.ll Regulus
23. ll Auriga
24. ll Black Hole
25. ll Aphelion
27. ll Sirius
28. ll Rigel
29. ll Spica
30. ll Red Giant
31. ll Betelgeuse
32. ll Antares
33. ll Algol
34. ll Merkurius
35. ll Venus
36. ll Bumi
37. ll Mars
38. ll Yupiter
39. ll Sa(d)turnus
40. ll Uranus
41. ll Neptunus
42. ll Cassiopeia
43. ll Arcturus
44. ll Capricorn
45. ll Aquarius
46. ll Pisces
47. ll Aries
48. ll Taurus
49. ll Gemini
50. ll Cancer
51. ll Leo
52. ll Virgo
53. ll Libra
54. ll Scorpio
55. ll Sagitarius
_Epilog_
Extra part 1
Extra part 2
NEW STORY

26. ll Centaurus

118 18 6
By leetdr

"Pergi atau enggak, itu urusan gue.
Tugas lo cuma menjauh dari gue dan jangan pernah dekat-dekat lagi." Semesta.E.A.

-Love In Galaxy-

~happy reading~

BULAN nampak tergesa-gesa mengikat rambutnya dalam satu ikatan. Sementara 5 menit lagi, pasti peluit akan ditiup oleh guru olahraganya. Setelah selesai berganti seragam dan sepatu olahraga, gadis itu langsung berlari terbirit memasuki barisan siswa yang sudah melakukan pemanasan.

"BULAN!"

"IYA PAK, SAYA," jawabnya sembari mengangkat tangan kanan.

"Sudah telat berapa menit kamu?" Pak Eko menatap garang pada Bulan.

"Masih beberapa detik, Pak. Lagian tadi toiletnya antre." Bulan nampak kesal. Pasalnya, Pak Eko selalu berceramah ketika ada muridnya yang hanya telat beberapa detik masuk lapangan.

"Alasan saja kamu," Pak Eko mengusap kumisnya yang lebat. "Sekarang, kamu lari 10 kali putar lapangan."

Bulan membulatkan matanya dengan mulut menganga. "10 kali? Bukannya itu kebanyakan ya, Pak?"

"Sudah! Jangan banyak alasan kamu."

Bulan mengedarkan pandangan pada semua teman sekelasnya yang sedang menatapnya. Dia menyadari kalau Bintang juga tidak ada dalam barisan itu. Gadis itu celingukan mencari Bintang.

"HEI! SAYA SURUH KAMU LARI SEKARANG! KENAPA MALAH CELINGUKAN?" Teriakan Pak Eko membuat Bulan yang berada tak jauh di sampingnya berjingkat.

"Tapi, Pak si Bin--" Perkataan Bulan terhenti ketika mendengar suara teriakan dari arah kelas.

"PAK, SAYA TELAT," teriak Bintang sembari mengatur napasnya.

Pak Eko menatap Bulan dan Bintang bergantian. "ALAMAK! KALIAN INI, KERJAANNYA TELAT TERUS. KAPAN TEPAT WAKTUNYA?"

Bulan memutar bola matanya. "Baru aja sekali," gumamnya.

"Sudah. Sekarang kalian berdua lari 10 kali putar lapangan."

"5 kali aja ya, Pak?" Bulan memohon.

Pak Eko menggeleng. "Tidak ada tawar-menawar."

"Ya, Pak? Ya ... ya? Kan bapak baik," ujar Bulan menampakkan puppy eyes-nya.

"KAMU PIKIR SAYA LULUH?"

Bintang mendekati Bulan. "Udah lah, Lan! Dari pada debat sampe siang."

Bulan menghela napas dan mulai berlari diikuti Bintang di sampingnya. Baru saja dua kali putaran, keringat Bulan sudah membasahi dahi dan juga bajunya. Sedangkan Bintang masih nampak bersemangat.

"Bin, gue capek." Bulan berhenti dan mengusap keringat di pelipisnya.

"SEMANGAT BULAN!"

Bulan dan Bintang berhenti bersamaan ketika mendengar suara teriakan jauh dari tempatnya. Di koridor kelas, Bulan melihat Angkasa yang berdiri melipat tangan di dada dengan mengumbar senyuman yang menggoda cewek-cewek di sana.

"Pasti bolos lagi. Dasar," gumam Bulan yang masih terdengar oleh Bintang.

"YUHUU! SEMANGAT CANTIK!" teriak Angkasa sekali lagi untuk menyemangatinya.

Bulan hanya bisa menggelengkan kepala. Tanpa menggubris Angkasa, dia melanjutkan kegiatannya. Di samping Bulan, Bintang nampak melirik gadis itu. "Enak banget yang disemangatin," ujarnya membuat Bulan menoleh.

"Biasa aja," balas Bulan nampak tak acuh.

"Lah, gue malah dicampakkan sama dia." Bulan menatap Bintang sesaat, ketika melihat wajah sahabatnya itu nampak murung.

"Udah. Gak usah sedih!" Bulan menepuk bahu Bintang. Berharap temannya itu tidak lagi bersedih. "Tuh, masih ada Sagara, Rains, Darma, Dirga, Samudra," lanjutnya sembari menyebut satu per satu nama orang yang saat ini sedang berkumpul bersama Angkasa.

"Lah, Elang mana Bin?" tanyanya menyadari Elang tidak ada di sana.

"Mana gue tau," jawab Bintang parau.

Bulan tidak membalasnya lagi. Mereka lanjut berlari yang kini mungkin sudah ke 5 putaran.

"Andai aja, Elang kaya' Angkasa." Bintang berkata sambil melanjutkan berlarinya. Seketika, Bulan refleks menatap Bintang ketika dia mendengar lontaran itu.

"Angkasa gimana?" tanya Bulan.

"Eh, enggak. Duh! Gue pengin banget ketemu Elang," kata Bintang.

Bulan tersenyum. Hatinya kembali menghangat. Seolah yang hampir patah sudah kembali. Bulan sempat berpikir, Bintang mulai tertarik pada Angkasa. Bukan maksud gadis itu tidak terima. Tapi, siapapun pasti akan memiliki sedikit rasa khawatir jika seseorang yang didamba disukai orang lain. Tapi, bagaimana dengan Bulan yang mendamba Angkasa? Jelas-jelas cowok itu menyukai orang lain.

"BULAN, BINTANG. DUA PUTARAN LAGI KALIAN BARU BOLEH BERHENTI. KENAPA SEKARANG UDAH ENAK-ENAKAN NGOBROL?"

"Iya Pak, iyaaa. Masih ngumpulin tenaga," ujar Bulan kesal.

Setelah mereka selesai menjalankan hukuman. Bulan dan Bintang nampak kelelahan sebelum mengikuti pelajaran inti olahraga. Bulan langsung meluruskan kakinya di bawah pohon besar pinggir lapangan. Sedangkan Bintang duduk di kursi panjang.

"Pak, ijin istirahat dulu. Capek," ujar Bulan setelah mendapat tatapan garang dari Pak Eko.

"Baik. Kalian gak perlu ikut pelajaran inti. Nilai kalian akan saya isi dengan skor lari tadi." Pak Eko nampak membuka buku catatannya.

Bulan dan Bintang bersamaan membulatkan mata. "Lah, kalo begitu mah saya mau-mau aja, Pak." Bulan mengipasi wajahnya dengan tangan.

"Terus, kenapa bapak bilang kalo itu tadi hukuman?" tanya Bintang.

"Biar gak kebiasaan telat." Pak Eko menjawab seadanya.

Bulan mengamati seluruh teman sekelasnya yang hari ini praktek senam lantai. Meskipun hanya dia dan Bintang yang kelelahan lari, setidaknya Pak Eko masih berbaik hati membiarkan mereka istirahat.

Di saat Bulan hanyut dalam kegiatannya memandangi teman sekelas, dia terkejut ketika sesuatu yang dingin menempel di pipinya.

"Hayo, ngelihatin siapa?" tanya Angkasa membawa sebotol air mineral dingin.

"Dingin tau," kata Bulan menggerutu sebal.

"Biar gak kusut gitu muka lo," balas Angkasa sembari menyengir.

"Lo gak ikut kelas?" Bulan memandangi wajah Angkasa yang nampak santai tanpa beban.

"Males. Tadi matematika. Gue udah mual duluan sebelum mulai pelajaran," jawab Angkasa.

Bulan menoyor kepala Angkasa setelah menjawab pertanyaannya. "Ye ... lo kaya' gitu kapan suksesnya?"

"Ntar aja, kalo gue udah dapet cewek." Angkasa ikut duduk di lantai semen di samping Bulan yang membuat gadis itu mencegahnya.

"Eh, lo jangan duduk! Seragam lo kotor nanti," ujar Bulan. "Apa hubungannya, sama dapet cewek? Oh, atau lo maunya sukses jadi fakboi gitu?"

Angkasa tertawa. "Ya gak gitu. Kan tujuan akhir gue cuma buat ngebahagian cewek yang gue sayang."

Bulan melengos. "Gak masuk akal banget jawaban lo. Gini ya, sukses itu tujuan awalnya buat balas budi orang tua. Bukan cewek mulu yang lo pikirin."

"Iya, iya, Mbul." Angkasa mengacak rambut Bulan.

"Lo kebiasaan banget sih, acak-acak rambut gue?" Bulan membenahi letak poninya.

"Lo gemesin," celetuk Angkasa membuat perut Bulan tertekan. "Nih, minum!" Angkasa memberikan sebotol air pada Bulan.

Bulan mengambil minuman di tangan Angkasa dengan menggigiti bibir dalamnya. Cewek itu mati-matian mencoba menormalkan raut wajahnya dan menyembunyikan rapat-rapat.

Tak jauh dari mereka, Bintang mengedarkan pandangannya untuk mencari Elang. Bintang sungguh merindukan sikap manis Elang kepadanya. Setelah melihat perlakuan Angkasa pada Bulan, ada sedikit rasa iri muncul dalam hatinya. Ke mana Elangnya yang dulu?

"HALO CANTIK...." Dirga langsung menjatuhkan badannya di kursi panjang yang Bintang duduki.

"Kenapa? Galau?" tanya Dirga membuat Bintang membuang muka.

"Lo ngapain ke sini?"

"Nemenin lo."

"Gak perlu."

"EH, LANG. SINI LANG! CEWEK LO GALAK JUGA TERNYATA," teriak Dirga setelah menoleh ke belakang.

Refleks, Bintang langsung mengikuti pandangan Dirga. Gadis itu berdiri dan segera menghampiri Elang.

"Lang," panggil Bintang berharap Elangnya sudah berubah.

"Lang, gue masih butuh ngomong sama lo." Bintang mulai membahas kembali hal itu. Elang menghempaskan tangan Bintang ketika gadis itu mencoba meraih tangannya.

"Pergi sana!"usir Elang yang langsung membuat Bintang berjarak dengannya.

"Lang, jangan kasar gitu sama cewek," ujar Sagara menepuk pundak Elang.

"Pengin ke kantin, Nih," ujar Darma membuat temannya menoleh.

"Kalian duluan aja!" ujar Elang pada mereka. Setelah itu, semua kawannya langsung menuju kantin dan meninggalkan Elang berdua dengan Bintang.

"Lang," panggil Bintang. Dan Elang hanya menatap tajam kepadanya. "Kita baikan ya?"

"Sorry, gue gak bisa."

Bintang mendongak. "Lo cemburu, kalau Kak Rasi deketin gue?"

Elang membuang muka mendengar perkataan Bintang. Napasnya semakin memburu mendengar pertanyaan Bintang yang sudah jelas jawabannya.

Elang menatap Bintang tanpa mengucap sepatah katapun. Cowok itu terkejut ketika bola yang tidak tahu datangnya dari mana hampir saja mengenai kepala Bintang kalau dengan tidak sigap dia melindungi gadis itu dengan rengkuhan.

"WOY! SIAPA YANG UDAH LEMPARIN BOLA?" teriaknya menghadap lapangan.

"Maaf, Kak. Gak sengaja," ujar seorang adik kelas berseragam olahraga.

"Untung gak kena. Lo mau tanggung jawab kalau dia kenapa-napa?" hardik Elang.

"Iya, Kak. Sekali lagi aku minta maaf."

"Pergi lo!" usir Elang pada cowok itu.

Bintang tersenyum di balik rengkuhan Elang. Dia yakin kalau Elang masih menyayanginya. Setelah itu, Elang melepas lingkaran tangannya di bahu Bintang.

"Lang, makasih." Bintang berkata seraya tersenyum tipis.

"Gue masih punya hati buat gak nolongin lo." Elang menarik dasi yang melekat pada kerah seragamnya agar longgar.

Bintang merunduk mendengar balasan cowok itu. Tapi, dia kembali berkata ketika sesuatu melintas dalam otaknya.

"Gimana, Lang? Gimana reaksi lo pas ngelindungi gue tadi, refleks kan? Sama, Lang. Kak Rasi waktu itu juga refleks pas meluk gue. Kita gak ada apa-apa," ungkap Bintang berusaha mengalihkan pandangan Elang agar menatapnya.

Elang bungkam. Bukan hanya itu alasan Elang bersikap seperti ini pada Bintang. Cowok itu masih berkeras hati. "Pergi!"

"Kenapa lo selalu usir gue? Gue cuma mau salah paham ini cepet usai. Tapi, lo. Kenapa lo tetap keras kepala?" Bintang merapatkan bibirnya hingga membentuk segaris. Antara marah dan kecewa, serta bingung menyikapi pacarnya itu. Ingat! Elang masih pacar Bintang. Tidak ada kata putus yang terlontar dari mereka. Hanya saja, perang dingin ini masih saja berlangsung.

"Lo selalu usir gue. Tapi kenapa gak lo aja yang pergi?" kata Bintang lagi.

Elang menghembuskan napas kasar. "Pergi atau enggak, itu urusan gue. Tugas lo cuma menjauh dari gue dan jangan pernah dekat-dekat gue lagi."

"Lo emang jahat, Lang." Bintang berteriak murka di depan Elang yang tentunya membuat tatapan cowok itu jatuh merangkap netra Bintang.

"Lo keras kepala. Lo selalu bertindak tanpa berpikir. Apa dengan cara gak mau denger penjelasan gue, gak mau percaya sama gue, lo jadi seenaknya mikir kalo gue suka dideketin Kak Rasi?" Keringat Bintang mulai menetes di pelipis gadis itu. Wajahnya memerah penuh amarah.

"Gue kecewa sama lo, Lang. Tapi bodohnya gue tetep sayang sama lo," lanjut gadis itu seraya berkata lirih.

"Apa ada alasan lain yang bikin lo berusaha ngejauhin gue?" Bintang meraih tangan Elang. Dan sekarang, bak patung hidup Elang terdiam tanpa menolak. "Jawab, Lang! Gue mohon."

Tapi Elang sama sekali tidak menjawab.  Elang mulai meninggalkannya sendirian di koridor. Elang pergi ketika dia sudah hanyut dalam perasaan sayang sekaligus kecewa. Mata Bintang menatap gamang bahu cowok yang pernah dia sandari. Bintang tidak tahu, apakah Elang hanya cemburu dan salah paham? Dia juga tidak percaya Elangnya berubah begitu saja.

Di sisi lain, Elang menggertakkan gigi dan mengepalkan tangannya kuat-kuat sembari tetap melangkah menjauh dari Bintang. Pikirannya sungguh penuh. Bahkan, otaknya sama sekali tidak bertindak apapun untuk mencari jalan keluar. Sampai kapan, dia akan seperti ini?

Vote+comment
Salam hangat
EL

See you next chapter
16-5-20

Continue Reading

You'll Also Like

1M 42.1K 58
Kai sangat membenci Ana. Baginya Ana hanyalah parasit penganggu yang menyebalkan. Mengganggu kehidupannya, dan perlahan menghancurkan semunya. Baginy...
32.8K 4.6K 53
Highest Rank: #2 in Playboy (20 Desember 2019) #2 in Anara (17 April 2020) #1 in Kenath (19 Agustus 2020) #11 in Senja (13 September 2020) #3 in soli...
34.1K 2.3K 49
"Adara, ayo move on!" Bukan sebuah ajakan, namun itu perintah. Adara Tsabita, siswi kelas 12 Bahasa 1 yang merupakan ketua jurnalistik yang sebentar...
195K 18.6K 74
(Completed) "Kenapa sih lo suka banget bikin gue nangis?!" "Karena itu hobi gue, Key.." "Gila lo ya, bangke!" "Abisnya lo manis kalo lagi nangis, gue...