RED CITY : ANNIHILATION

By MilenaReds

750K 138K 46.2K

Sequel of RED CITY : ISOLATION Aku sudah pernah dengar tentang ramalan itu. Ramalan bahwa akan terjadinya Per... More

Exodus
Illude
Abience
Obscure
Oblivion
Beginning
Desolate
Passage
Trace
Origins
Fragments
Entangled
Benign
Aegis
Resolute
Curvature
Axis
Protocol
Unison
Avior
Matter
Covert
Storm
Ambush
-Left Behind-
Trapped
Tides
Haywire
-Left Behind-
Hurdles
Symbiote
-Left Behind-
Underground
Emblem
Chivalry
Changes
Hero
Target
-Left Behind-
Threat
Crossing
Visitor
Reverie
Encounter
Insanity
Inhuman
Initiation
Equals
-News Update-
Contra
Nights
-Enigma-
Selfless
Stranded
Turn
Side
Glass
- Ultra Malström -
-The Syndicate-
Divide
-Bloodline-
Reality
Lies
Trust
-Left Behind-
Demands
-Left Behind-
Promises
Lead
-Enigma-
Calling
Mind
Dare
Fate
Stalling

Mayhem

10.2K 1.9K 296
By MilenaReds

"Kenapa lama sekali mereka?"
Desakku pada Archibald dan Pierre yang berdiri membelakangiku dan Vincent. Mereka coba terus mengetuki pintu ruangan doking dimana Speedboatnya berada, sedangkan aku dan Vincent terus berjaga memplototi sepanjang langit koridor saking paranoidnya dengan jenis zombie perangkak.

"Mereka tak mendengar atau gimana?"

"Bagaimana bisa tak dengar?!"
Archibald pun semakin jengkel mengetuki pintu doking didepannya.
"Hei buka pintunya! Ini kami!"

"Uncle!"
Pierre berdecak.
"Coba sambungkan ke telepon atau sambungan apa gitu didalam sana-"

"Sebentar- aku coba tanya ke Komander-kulihat dari CCTV sini mereka sedang sibuk menggulingkan drum minyak ke boat-"

"Tapi Cyril! Mahkluk perangkak itu- belum menyusul kesini-kan?"
Tukas Archie tiba-tiba.
"Hanya satu pintu itu tadi yang ditutup- pasti mereka akan datang lewat pintu lain!"

"Hei! jangan sebut begitu!"
Protesku berbarengan dengan Pierre.

Vincent menyikut pelan.
"Lu-Luce...Lampu-"

"Hm?"

Ia menunjuk.
"Lihat lampu yang disana-"

Aku mengerenyit, melempar pandangan jauh pada kelokan didepan menuju koridor dimana kami berdiri.

Lampu yang sebelumnya kami lewat menyala normal sekarang berubah jadi berkedip-kedip.

"Eng-"
Aku menoleh pada Vincent.
"Mungkin karena tenaga kapal ini terbatas-"

Crass!

Kami kompak termundur membentur punggung dua kolega dibelakang mendengar suara tipis kaca pecah diikuti padamnya lampu berkedip itu.

O sial.

"Heeei atas nama Pierre Malström! Buka pintunya!"

"Apa maksudnya atas namamu-"

"Keluargaku kan sponsor tunggal kapal ini-"

"Ooh- jadi karena mendengar namamu bakal otomatis-"

"Ssst diam! Diam!"
Desisku menyikuti Pierre dan Archibald yang tak mengetahui kejadian lampu pecah tadi.
"U-uncle Cyril-"
Panggilku segera.
"T-tolong cek-"

"Iya sebentar- Komander sedang coba menghubungi ke ruang doking-"

"Tidak- maksudku coba lihat CCTV kelokan koridor depan kami...tadi lampunya putus sendiri-"

"Oke-"
Ia berdeham.
"Ya...kulihat memang mati. Tadi sebelumnya tak apa-apa ya sewaktu kalian lew--owh merde!"

"Apa-ada apa?"
Pierre dan Archie pun sudah ikut terdiam. "Ada apa Uncle?"

"Mereka berada tak jauh didepan kalian-"

Satu zombie akhirnya muncul, merangkak pada pipa langit-langit kelokan itu. Namun belum melihat keberadaan kami.

"K-kalian pokoknya diam saja dulu- jangan bersuara sama sekali dan tunggu-"

Pintu ruangan doking dibelakang membuka.

"CEPAT KALIAN MASUK KEDALAM!"

Tepat teriakan Uncle Cyril, badanku yang masih diam ditempat langsung tertarik kebelakang. Sekilas aku melihat zombie itu meraungi kami

sebelum pintu ruangan doking dibanting tutup oleh Kadet Silvia.

Pierre menghembus "Skit fan! Hampir saja-"

"Hampir saja gimana?! Masih ada ratusan seperti mereka diluar!"
Archibald sudah terdengar sangat trauma.
"Sudah kubilang mereka akan menyusul!"

Beberapa tentara bergegas mendekati kami dengan saling bergumam. Gumam terpukau dicampur rasa gusar karena kami memakai pakaian pelindung lengkap sedangkan mereka hanya memakai seragam lengan panjang hitam beserta helm tentara biasa yang ditempeli kamera kecil.

Kadet Silvia memulai.
"Itu barusan tadi-'
Ia terhenti lalu meneliti helm kepala Archibald.
"J-jangan bilang garis retak itu karena-"

"Kepalanya dibenturkan oleh zombie itu- ya."
Ceplosku.
"M-mungkin seharusnya tadi kita tak lari lagi. Seharusnya kita habisi saja mereka-"

Nguung-

Kami mendongak menatap lampu diatas berkedip sekilas.

Greeeek-

Lho?Lho?!

Bersamaan kami membungkuk merasakan besi tempat kami berpijak bergemuruh.

Greeeek-

"Aduh apa lagi sih yang akan terjadi ini-"

"Kalian merasakannya- disini bergetar juga-" Uncle Cyril menyahut.
"I-ni seperti yang kusebut sebelumnya-beberapa kompartemen yang tenggelam akan membuat kapal miring beberapa derajat."

Greeeek-

Greeeek-

GREK!

Kapal berhenti bergemuruh.

"Oke- aku tak suka keadaan ini-"
Pierre membeliak, menengok-nengok sekeliling.
"Benar-benar tidak suka!"

"Sudah mulai menyesal hei Mr. Malström? Ingin pulang kembali ke Mansionmu di Swedia?"

"Jangan sok kau Archibald! Kau juga tadi ketakutan setengah mati kan menghadapi zombie jenis baru itu!"

"Baru?! Apa maksudmu jenis baru-"

"SHUTUP SILVIA! Kau juga kenapa lama sekali tadi buka pintu-"

"Easy Archie! Kami pikir tadi itu zombie mengetok-"

Archibald pun meledak.
"DENGAR INFO DARI MANA KALAU ZOMBIE MENGETOK PINTU DULU KADET SILVIA BELOVA?!"

"Hei sudah! Sudah!"
Aku menengahi adu argumen yang semakin ngelantur ini.
"Mana boat kami?"

"Boat kalian disana sudah disiapkan oleh timnya Stewart-"
Kadet Silvia menggerakkan kepalanya.
"Ayo ikut aku!"

.

.

.

.

.

.

Kami terus berlari mengikutinya turun.
Melewati celah barisan speedboat militer kecil yang terparkir.

"Kita lewat sini bukan?"
Gumam Vincent yang melangkah disebelahku.
"Pertama kali -samar aku ingat-komander menyetir boat-"

"Ya,"
Aku mengangguk getir mengingat keadaan kami yang parah sekali waktu itu.
"Kita bertiga datang pertama kali lewat sini-"

"Benar-benar deh ketokan zombienya ini semakin membuatku merinding-"

"Ketokan zombie apaan sih?"

Kadet Silvia menoleh.
"Ini suara disekitar sekarang-tidakkah kalian mendengar-"

Aku menekan buka tutup wajahku lalu mendongak pada langit-langit buntut kapal tempat semua Speedboat terparkir ini.

Seakan ada yang menggeser fokus pendengaran hingga baru kemudian telingaku bisa menangkap jelas suara
ketuk-ketukan serentak yang menggema disekitar.

Aku membelalak.
"I-ini?"

Kadet Silvia mengangguk.
"Yap!"

"Oh ya Tuhan!"
Aku menggeleng.
Archibald berkomentar dia pikir awalnya ketukan itu adalah suara hujan deras tapi ternyata bunyi semua zombie yang memanjati badan kapal.

"Bukan hujan deras lagi,"
Pierre menimpali.
"Lebih seperti bunyi hujan es dan mereka berdatangan tanpa henti."

Aku menarik napas.
"Akibat kapal kita rusak dekat garis pantai, jadi sasaran empuk kumpulan zombie dari daratan-"

"Nah boat kalian yang itu!"
Tunjuk Kadet Silvia pada satu speedboat paling besar terdepan bercorak loreng keabuan menghadap pintu keluar. Hugo dan beberapa tentara lain bercakap serius didekat boat itu.

"Drum olinya juga sudah berada didalam sana."

"Bagus! Bagus!"
Sahut Uncle Cyril di helm.
"Akan kusambungkan kalian ke Komander Pride. Dia sedang mengatur penjemputan."

"Hei Lucy!"
Hugo memanggil ketika aku melengos melangkahi pinggiran boat.
"Dia dimana?"

"Dia siapa?"

"Si boss? Kupikir dia termasuk anggota tim-"

Aku menepuk jidat.

Baru ingat belum ada bilang rencana ini-

Pintu boat dihadapanku membuka. Stewart bersama empat tentara pengikutnya keluar dengan tangan berlumuran minyak hitam.
"Sudah digeser kesebelah kiri dua drumnya berat sekali-"

GRUKGRUK!

Air laut pun mulai berproses masuk.

Aduh ya Tuhan!

Kutekan lagi penutup wajahku.

Regi belum tahu tentang ini!

"Kepada seluruh personel diruang doking kapal Aegis, disini Komander kalian berbicara-"

Suara Komander terdengar seantero ruangan doking.

"--Dalam waktu kurang dari lima belas menit akan ada dua helikopter Malström serta tiga dari Agora datang menjemput semua awak personel kapal Aegis-"

"Hanya dua? Kupikir kau billionare?"

"Ssst Archie diam!"

"--Kita hanya butuh tumpahan minyak setebal tiga senti untuk menyulut tembok api yang sekiranya akan aktif selama enam puluh menit-"

Aku melirik tiga drum kayu besar didepanku.

"Satu drum itu berisi dua ratus liter oli bekas. Dua drum akan muat satu kali seputaran badan Kapal Aegis- satu lagi sebagai cadangan-"

Archibald menggeleng.
"Ya Tuhan ini gila-"

"Pierre Malström yang menyetir Speedboat-"

"APA?!"
Archibald berteriak ketika Pierre melengos dengan berkata 'ah ini mudah sekali'

Dan tiba-tiba aku merasa ini memang ide yang buruk.

"Dengan perhitungan berat kisaran drum adalah seratus tiga puluh kilo, Archibald dan Vincent bisa mengangkatnya bersama. Kalian hanya perlu tusuk drum kayu itu, lalu jatuhkan saja ke laut ketika isinya kosong- dan personel yang tersisa tinggal untuk mengawasi zombie yang akan masuk ketika pintu dibuka."

"Heh Stewart! Cepat turun! Mari kita bersiap semua!"
Kadet Silvia mencetus kepada semua tentara disekitar sambil mengambil langkah mundur.
"Isolasi tempat sudah dilakukan?"

"Sudah Silvia! Semua pintu sudah ditutup!"
Sahut Hugo yang melepas gantungan senapan dibahunya.

"Bagus!"
Kadet Silvia lanjut menepuk punggungku.
"Semoga beruntung kawan!"
Ia menyunggingkan senyum mendukung.
"Dan kalian semua!"
Tatapannya mengedar cepat pada Archibald dan Vincent yang masing-masing bersiap mendekati drum peti setinggi pinggangku berisi oli bekas untuk dimiringkan dijendela begitu juga Pierre yang sudah memegang kemudi.

Aliran air yang masuk cukup deras mulai mengangkat kapal speedboat kami.

"Eh tunggu, titip ini!"
Kataku buru-buru melepas jaket Regi dari pinggangku lalu melemparnya ketangan Hugo.
"Punya si boss."

Hugo dan Kadet Silvia masih terus diam memandangi kami ketika air laut yang semakin meninggi masuk hingga menyentuh lutut. Sesudah itu mereka lanjut melompat kepijakan lantai kapal lebih tinggi sebelum berbalik mengambil sikap bersiap menembak sama seperti tentara yang lain.

Mereka semualah yang bagian bertindak menghabisi semua zombie yang berusaha menerobos masuk.

"Masuk dan tutup pintu boatnya Luce!"
Perintah Pierre terdengar.

Aku pun berbalik masuk dan menarik tutup pintu boatnya.

Ruangan dalam boat bewarna putih dengan lampu gantung atas bewarna kekuningan. Cukup luas untuk beberapa tentara duduk berdempet.

"Baiklah selamat datang tim Avior," Pierre membuat suaranya jadi berat. "Kapten kalian saat ini sedang berbicara-"

"Apaan-"

"Sudah-"
Aku menyela lagi.
"Mari kita bersiap."

Pierre menyalakan mesin.

Suara diselnya terdengar tak terlalu keras berbeda dengan Speedboat yang kami naiki waktu itu.

Pierre berdeham.
"Aku punya pengalaman banyak dalam menyetir speedboat jadi kalian tenang saja."

"Kalian akan aman. Ini speedboat militer besar-" Komander tiba-tiba melanjutkan dalam sambungan interkom kami. "Ruangannya akan melindungi kalian dari serangan zombie-"

Suara derik seperti rantai ditarik dari atas mengalahkan suara Komander. Pintu buntut kapal bergeser terbuka keatas meloloskan angin malam laut.

"Bersiap!bersiap!"
Aba Kadet Silvia diikuti kokangan senjata terdengar dibelakang.

Dan bulu kudukku meremang, bukan akibat tiupan angin yang mulai masuk, namun suara geraman ribuan zombie diluar yang menggema dilautan.

Wragh!wraaagh!

Semua zombie menggerak-gerakkan kepala kiri kanan sebelum mengunci fokus pada pintu yang terbuka lalu pada kami.

"Goodluck Avior team!"
Komander mengakhiri sambungan.
"Semper Fi!"

Pierre langsung menjalankan Speedboatnya keluar dari buntut kapal membuatku tersentak membentur drum minyak disebelahku.

Ngueeeengg-Dass!

Speedboat membenturi air laut lalu terhenti begitu saja.

"Lho? kenapa kita berhenti?"
Tanyaku sambil menoleh melihat pintu buntut kapal Aegis yang dipanjati beberapa zombie sudah kembali menutup.

Pierre pun menoleh.
"Tumpahkan olinya ke jendela kiri kalian sekarang!"

Bersamaan Vincent dan Archibald menusuk satu drum dihadapan mereka lalu mengangkat, mendorongnya miring keluar dari jendela kiri speedboat.

Glukglukgluk!

Cairan kental berwarna hitam pekat keluar deras dari lubang drum ketika Zombie-zombie mulai mengerumun memukul-mukuli bawah boat kami.

"Baiklah!"
Pierre mendorong maju selot ditangannya.
"Au revoir zombies!"

Ngrueeeengg!

Aku kembali tersentak, speedboat melaju melibas semua zombie yang berada dilintasannya.

DRAGDRAGDRAG!

"Ohmygod!"
Jeritku ngeri melihat banyak pecahan tubuh berterbangan menghujani jendela Speedboat kami. Bau logam anyir pun mulai tercium sampai mataku berair.
"I-ini kacau sekali-"

"Heeei ehek- ini kan ide brilian barbarmu Luucy!"
Archibald bertahak mual juga namun masih bisa mengumumkan dengan lantang.
"Aku jadi berpikir sebenarnya kejadian mana yang lebih barbar? Sekarang atau sewaktu yang kulihat dipulau waktu itu HAHAHAHSHIT!"

Melihat keberadaan boat kami, semua zombie yang memanjat pinggiran kapal Aegis mulai menjatuhkan diri. Sebagian dari mereka jatuh terpental lagi ke laut sebagian berada diatap membentur-benturkan diri.

"Dasar sialan!"
Pierre merutuk membanting cepat kemudinya ke kiri-kanan untuk menghempaskan zombie diatap

"JANGAN SEPERTI ITU NYETIRNYA-"

"MAU BAGAIMANA ARCHIBALD MEREKA ADA DIATAS KIT-"

Graaa!!

"GETOFF!"
Archibald memekik dibantu Vincent menonjoki dua zombie yang berusaha menyelip ke jendela tempat drum minyaknya dimiringkan.
"Tarik kaus mereka Vincent! Jatuhkan-"

Blas!

Dua zombie itu berhasil jatuh kelaut.

Aku menganga ketika mereka menarik tangannya masuk. Ada gigi-gigi zombie sebelumnya yang tertempel dilengan suit mereka.

Archibald menggesekkan lengannya ke badan drum untuk menyingkirkan gigi itu.
"Makhluk menjij-"

DUAGH!

Speedboat kami menghantam sesuatu  sempat oleng ke kiri.

"DEMI TUHAN MALSTRÖM SIALAN! SETIR YANG BENAR-"

Pierre mengabaikan Archibald malah menoleh panik padaku.
"SHIT! Kau lihat tadi Lucy?!"
Ia tak menambah kecepatan kapal hanya menyeimbangkan setirnya.
"LUCY! mutan itu tadi muncul dari laut menabrak pinggir boat kita-"

Mendengar hal itu kami bertiga pun merutuk. Aku sampai langsung mengangkat senjata ke jendela sebelah kananku.

"Semoga itu mencederainya! Ia menabrak boat kencang ini!"

Aku tak menyahut. Mataku fokus ke antara zombie-zombie yang berenang mengepung dibawah.

-Center Connected-

"Hei kalian-"
Suara Uncle Cyril terdengar.
"Bagaimana disana-"

"Uncle!"
Panggilku.
"Apa progam dihelm ini bisa pindai makhluk sekitar- aku tak bisa melihat keberadaan mutan-"

-Scan movement Activated-

"Pemindai pergerakan sekitar kalian bertiga aktif!"

Warna pandanganku berubah jadi merah. Fokusnya berpindah-pindah cepat pada semua zombie yang berenang.

"Hampir sampai di ujung hidung buritan kapal!" Pierre mengumumkan ditimpali dengan Archibald yang memberitahu isi drum minyaknya akan habis.

"Bersamaan, Vincent!"
Archibald mengaba lalu mereka pun
mendorong jatuh drum kosong itu keluar jendela sebelum berlari meraih yang baru.

Speedboat pun berhenti melaju.

Pandanganku berpindah-pindah ke perairan dibelakang mesin speedboat lalu ke jendela yang sedang ditinggalkan Archie-Vincent.

Graaagraaaa!

Zombie mulai berusaha memanjat hingga aku langsung membanting tutup jendela lalu merutuk menyadari zombie lain mulai menaiki mesin pendorong boat dibelakang.

NGUEEEENG!

Pierre sengaja menggeber sekilas mesin pendorong boat menyebabkan zombie-zombie terdorong kembali ke laut.

"Ayo cepat kalian!"
Pierre mendesak Archie dan Vincent yang menyereti drum.

Pip!

Aku hampir menelan lidahku sendiri.

"Oh astaga!"
Uncle Cyril melihat apa yang kulihat.
"Cepat kalian jalan lagi!"

Pemindai helmku berhasil menangkap bayangan makhluk tinggi yang menyelam dari belakang dengan cepat.

"Tidak Lucy apa yang kau lakukan!"

"Aku mencoba membidiki mutan-"

"Kau tak bisa menembaknya sekarang! Kalian kan sedang menumpahkan oli nanti yang ada kapal kalian akan ikut terbakar-"

Muncul pemberitahuan lagi dilayarku.

15 M.

"O sial!"
Aku berteriak panik.
"Dia lima belas meter lagi cepat jalan!"

Archie dan Vincent merutuk mendorong drum itu hingga membenturi kencang wajah zombie yang mencoba menerobos dijendela sebelum menusuki tutupnya.

9

8

7

6

"DEMI TUHAN JALAN CEPAT-"

Ngrueeng!

Boat kembali melaju namun aku berani bersumpah mutan itu sudah dekat sekali dengan buntut kapal ini.

1 m

Aku memandangi info dilayar.

1 m

Apa-apaan?!

1 m

Aku pun memplototi buntut kapal, diantara busa-busa air yang dikeluarkan oleh mesin jet pendorong.

Lalu menyadari ada dua tangan pucat besar berpegangan disana.

"O ya tuhan tidak!"
Aku menjerit.
"Dia ikut menempel di kapal kita!"

Speedboat tiba-tiba membelok kasar. Kesisi samping badan Kapal Aegis yang belum ditumpahi oli.

"Apa dia masih menempel?"
Tanya Pierre.
"Lucy! Uncle! Apa dia masih-"

Aku tak melihat tangan itu lagi.

Tapi masih tidak percaya.

Bahkan Uncle Cyril terus bergumam-gumam kata 'mana dia'.

"Hei kalian!"
Mereka bertiga pun berteriak menuntutku dan Uncle Cyril.
"Apa dia masih dibelakang kita-"

"Tidak-tidak."
Uncle Cyril menyergah.
"Bahkan tak ada lagi info angka dilayar-"

Aku menoleh memandang mereka bertiga satu-persatu.
"Tidak yakin dia pergi- perasaan sungguh buruk tentang ini- ya Tuhan-"

Perasaan buruk yang persis sekali seperti sewaktu terjebak dihotel gelap bersama mutan itu.

"Siaga terus-"
Pierre menyambung dengan tetap fokus menyetir.
"Makhluk itu ternyata bisa berpikir."

"Memang dia-"
Aku tertawa hampa.
"Mereka memang bisa berpikir, mengingat buruan-"

"Dan zombie perangkak itu jenis baru karena kau tak tahu-"

"Tidak."
Jawabku singkat mulai berpikir skenario bagaimana jika mutan itu menyelam lewat bawah Kapal Aegis untuk menuju boat kami.

"Tidak?"

"Iya Pierre,"
Kepalaku berputar ke perairan sekeliling berusaha keras membaca tanda lewat progam pemindai.
"Mereka tetap zombie level 2-"

"Jadi kesimpulannya ada berapa level?"

"Tiga."

"Oh God! Kau enak sekali sudah tahu seperti ini-Shit!"
Ia menghentakkan sekilas setir kekiri untuk menjatuhkan dua zombie di kaca depannya.
"Ada berapa banyak kira-kira jumlah mutan ini-"

"Ya mana aku tahu-"
Ucapku cepat sambil menghindari tatapan Vincent.
"A-ku masih belum tahu."

Zombie pemanjat kapal masih terus berjatuhan keatas atap kami, menggeram-geram.

"Dua puluh meter lagi, bersiap mendekati kembali pintu buntut kapal!"
Pierre mengumumkan.
"Kita harus berhasil oke, Uncle coba hubungi Silvia atau Hugo-"

"Baik-aku keluar dari sambungan ini sebentar-"

DEBUGH!

Kami sontak menengadah mendengar zombie yang jatuh keatap barusan.

"Kenapa-rasanya-"
Vincent memulai dengan penuh horor.
"Bobotnya terdengar lebih berat-"

Kami menoleh ke jendela kiri kanan menyadari zombie diatap terpental berjatuhan seakan ada yang melempari mereka.

KRAK!

Tembus masuk satu kuku jari setajam pisau dapur tepat tengah atap boat.

Krtak-krtak-

Kuku itu mulai bergerak menyayat perlahan atapnya.

"Shiit- shiit-"

Aku dan Pierre merutuk diikuti Vincent dan Archibald mengerut mundur ke dinding membiarkan drum dijendela yang masih menumpahkan oli.

Speedboat sudah sampai kembali dititik awal kami melaju.

"Avior!Pintu akan segera dibuka-"

"Tidak jangan!"
Tolakku kencang pada Uncle Cyril sambil menatap pahit ke pintu doking besar itu.

Oh Regi, aku seharusnya bilang tentang rencana ini!

Aku menelan ludah.
"Batalkan-tutup saja dulu pintunya-"

"Apa-Kenapa?!"

Kami berempat berpandangan, mengerti bahwa kami tidak bisa kembali masuk sekarang kedalam Aegis.

"Hei ada apa?!"

Kami memutuskan sambungan dengan Uncle Cyril.

"Vincent,"
Lanjutku.
"Dorong jatuh drum itu!"

Seketika ia menedang jatuh drum kayu itu aku langsung membuka tembakan sekali yang menyasar ke tumpahan oli di permukaan.

Wuushh!

Api pun tersulut menyambar sepanjang jalur tumpahan oli.

Pierre mendorong penuh selot ditangannya, membanting stir kapal ke arah kekanan, dan Speedboat melaju menjauhi Kapal Aegis.

Mutan itu kembali meraung menusukkan satu kuku tajamnya yang lain menembusi atap.

Archibald yang sudah memegang siap senapan mengangguk lalu kami bersama segera membuka tembakan ke atap.

DHARDHARDHAR!

GRAAAAKH!

Mutan itu meraung, jatuh terpeleset menghantam bagian kiri jendela boat namun masih bertahan menggantung dengan kuku tangan kanannya masih menancap di atap.

Vincent yang dilempari Pierre senapannya bergabung menembaki dada pucat besar mutan itu yang menutupi jendela kiri boat.

DHARDHARDHAR-

"KENAPA DIA TIDAK MATI JUGA?!"
Jerit Archibald diantara kilat-kilatan tembakan dan muncratan darah.

Aku tertawa hampa keras-keras.
"Hanya seperti ini sih gak bakalan membunuhnya!"

GRAAAAKH!

Tangan kiri mutan itu mulai menyelip masuk mencakar-cakar liar ke dalam jendela.

"TERUS TEMBAK DADANYA!"
Teriakku.

Kami bertiga memusatkan tembakan berharap bisa segera menembus jantungnya.

WEAAAAAAKH!

Kami sempat terlonjak ditempat ketika mutan itu mengeluarkan teriakan nyaring menyengat sebelum menjatuhkan dirinya begitu saja ke laut.

"Heh?"
Pierre yang menyetir didepan menoleh-noleh.
"Kemana dia? Hah?" ditimpali Archibald "Apa dia mati?"

"Tidak."
Gelengku memandangi lagi perairan disekitar dengan pemindai. Speedboat kami berada tak jauh disamping badan Kapal Aegon-Delhart.
"Dia takkan mati semudah itu."

Suara gemuruh muncul di langit membuat kami jadi menengadah ke atap speedboat yang sudah terkoyak.

"Heli bantuannya sudah datang."
Ucap Vincent.

Lampu heli menyoroti Kapal Aegis yang sudah dikelilingi oleh lingkaran api. Zombie pemanjat dinding kapal terlihat berjatuhan kembali dan zombie di perairan hanya meraung-raung bimbang untuk mendekat.

Pip!

"Oh God!"
Aku menghembuskan napas panjang.

Vincent dan Archibald seketika mengangkat senjatanya kembali.

20 M

Kami melihat lewat jendela depan bagaimana ia menunjukkan diri diawali dengan kepalanya yang perlahan keluar dari permukaan laut.

Tubuhnya yang pucat kekar mengalahi zombie-zombie kurus disekitarnya.

Aku bisa mendengar deru napas kami yang sudah tak karuan.

Ia terus diam, mengamati dari dari kejauhan sebelum kembali menyelam.

19 M

"Amunisi kita hanya-"
Vincent tak sempat melanjutkan.

Muncul semburat garis keemasan keluar dari atas Kapal Aegon menerangi kelamnya langit malam diatas.

"Oo Fuck! FUCK!-"
Archibald berteriak.
"Aku tidak percaya dia melakukan ini!" Ia berlari ketempat kemudi.
"BAWA KAPAL INI PERGI PIERRE- CEPAT!"

"A-apa-"

"-DELHART MELEPAS RUDAL KENDALI DARI KAPALNYA-"

Pierre pun langsung mendorong slot memacu Speedboat melaju tanpa arah melibasi lagi zombie-zombie dibawah membuatku dan Vincent segera berpegangan erat di kusen jendela.

Benda lonjong keemasan itu mulai menukik menyasar tepat dimana mutan itu terakhir berada.

Byur!

Tepat benda itu masuk, perairan dibelakang kami seketika berubah menguning terang seakan ada yang menjatuhkan lampu besar dalamnya.

"CEPAT!CEPAT!"
Archibald terus berteriak. Laut dibelakang pun semakin terang diikuti suara zombie disekitar menggema keras bagai paduan suara dari kematian.

GRAAAAAAA-

JEDUB!

Dentuman bawah laut terdengar disusul air meninggi cepat dibelakang.

WUSSSHHHH-

Aku membelalak menyadari Speedboat kami melaju tepat sekali didepan tsunami ledakan itu.

"PERCEPAT LAJU!-"
Archibald terus berteriak.
"PERCEPAT-"

Derit badan kapal seketika terdengar disusul naiknya buntut speedboat keatas akibat didorongi kekuatan masif air laut membuat posisi badan kami didalam perlahan jadi terbalik.

"O-tidak-tidak-"
Peganganku di kusen jendela mengendur.
"TIDAK!"

Peganganku akhirnya terlepas.

Badanku langsung menabrak Vincent  dan kami lanjut terguling menghantami keras meja kemudi sebelum Speedboat terjungkal balik tergulung dibawa ombak besar laut seutuhnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Aku akan ikut ketentaraan!"

"Kau yakin Gery Raditya?"

"-Gerald bisa bareng denganku jadi tentara. Alma gabung sama Lucy dibagian dapur- atau kau mau jadi tentara juga?! Biar sama seperti abangmu-"

"Kurasa tidak. Jadi tentara artinya harus punya mental baja. Semisal, bertindak keras lewat penggunaan senjata-"
Decakku.
"Mustahil sekali aku akan melakukan hal seperti itu."

.

"LUCE-"

"LUCY!-"

"BANGUN!"

Mataku membuka, berhadapan langsung dengan pemberitahuan dilayar.

-STAND BY-

-CENTER CONNECTING REQUEST-
Accept?

Aku lanjut terbatuk-batuk kencang.

"Lucy! akhirnya-"

Aku merasakan pasir lembek dibawahku.

"-V-vincent-"

-CENTER CONNECTING FAILED-

"Lucy ayo!" ditariknya lenganku hingga membuatku bangkit dari posisi terkapar.

"Hei tunggu-"
Pandanganku masih sangat kabur.

"T-tunggu sebentar Vint-"

"Lucy-Lucy! kita harus lari!"

Dalam keadaan mata sangat buram, aku melihat sekelibat bayangan meraung mendekati kami.

Kesadaran pun menendang kepalaku.

"Oh ya Tu-"

Debugh!

"TIDAK!"

Aku berteriak, memukuli wajah zombie yang menindih tepat diatasku.
"Aaaah Vincent!" jeritku ketika zombie itu menggigiti kencang bahuku.
"Tarik dia dariku!"

Atas bantuan tarikan Vincent dan dorongan dariku, zombie itu berubah posisi menjadi dibawah kami.
"Ta-han-uhuk-ia dengan lutut!" Vincent sampai tersedak saking paniknya.
"Tahan-" ia cepat mencabut pisau dari sakuku langsung membabi-buta menusuk-nusuki wajah zombienya.

"Ohmygod!"
Aku memalingkan wajah keatas ketika darah bermuncratan ke helm kami.

Zombie itu akhirnya berhenti menyerang.

-CENTER CONNECTING REQUEST-
Accept?

"Yes!"
Seruku.

-Center Connected-

"Lu-Lucy?!"
Bukan suara Uncle Cyril, melainkan suara Regi yang terdengar.
"Astaga Tuhan kau dimana?!"

"Regi!"
Napasku termegap-megap.
"Ka-mi habis terlempar - sekarang ditepi pantai- Vincent bersamaku entah Pierre-"

Vincent menarik kencang bahuku hingga pandanganku jadi berbalik menghadap pantai.

Dan aku kontan berubah jadi batu.

"Lucy! Kau membuatku khawatir gila disini!"

Aku bagikan penglihatanku.

"-kenapa kau tak ada bilang-"

Regi akhirnya jadi terdiam.

Seluruh zombie terlihat meninggalkan perairan laut, kembali menuju darat.

Menuju dimana aku dan Vincent berada.

Regi mengerang.
"Oh tidak, Lucy- tidak!

"Maafkan aku kak."
Aku memandang nanar Kapal Aegis yang masih berada didalam perlindungan tembok api jauh disana.
"Maafkan aku."

Aku melirik sebilah pisau yang Vincent genggam sambil meraba saku celanaku yang terdapat dua granat kecil.

Seluruh zombie mulai memasuki area pantai, menggeram-geram ke arah kami.

"Oh ya Tuhan -Lu-Lucy! cepat bergerak!"
Regi mendesak.
"Cepat kalian lari sekarang!"

Continue Reading

You'll Also Like

684K 51.8K 45
(Diharapkan follow terlebih dahulu sebelum membaca🙏) Kisah seorang gadis bernama FEBYANA(Ana) yang bertransmigrasi ke dalam novel yang dia baca keti...
Daddy By ulan

Science Fiction

321K 28K 22
bagaimana jika seorang pemuda sebatang kara tak memiliki keluarga satupun, malah mengalami sebauh kecelakaan yang membuat nya ber transmigrasi ke rag...
Damian By Ariel

Science Fiction

303K 16.3K 36
"maafkan aku Violetta" Tentang Damian yang begitu menyesal atas segalanya yang dia lakukan kepada istrinya. Menyesal telah mengabaikannya, menyesal...
486K 72.7K 91
CERITA INI ADALAH CERITA SURVIVAL, DAN SUDAH BERISI SEASON 1, 2 DAN 3 [High School Of The Elite] Ditengah kekacauan negara, pemerintah di seluruh dun...