RED CITY : ANNIHILATION

By MilenaReds

751K 138K 46.2K

Sequel of RED CITY : ISOLATION Aku sudah pernah dengar tentang ramalan itu. Ramalan bahwa akan terjadinya Per... More

Exodus
Illude
Abience
Obscure
Oblivion
Beginning
Desolate
Passage
Trace
Origins
Fragments
Entangled
Benign
Aegis
Resolute
Curvature
Axis
Protocol
Unison
Avior
Matter
Covert
Storm
Ambush
-Left Behind-
Trapped
Haywire
Mayhem
-Left Behind-
Hurdles
Symbiote
-Left Behind-
Underground
Emblem
Chivalry
Changes
Hero
Target
-Left Behind-
Threat
Crossing
Visitor
Reverie
Encounter
Insanity
Inhuman
Initiation
Equals
-News Update-
Contra
Nights
-Enigma-
Selfless
Stranded
Turn
Side
Glass
- Ultra Malström -
-The Syndicate-
Divide
-Bloodline-
Reality
Lies
Trust
-Left Behind-
Demands
-Left Behind-
Promises
Lead
-Enigma-
Calling
Mind
Dare
Fate
Stalling

Tides

9.7K 1.9K 281
By MilenaReds

"Mutan? Kau bilang mutan?"

Grtak!

Suara langkah berat yang terdengar membuat si Pria pod balik menoleh ke pintu di hadapannya.

Mutan itu jelas telah melihat keberadaanku.

Dan pasti ia akan segera datang menyerang.

Pandanganku menurun ke tangan Vincent yang kosong tanpa senjata.
"Oh sial-"
Aku menoleh namun sudah tak menemukan sosok Pierre dibelakang kami.
"Haduh cepat sambungkan ke--"

Grtak-Grtak-

"Matikan mode penglihatan dalam gelap!"
Aku sampai meloncat mundur namun Vincent malah tetap diam menatapi pintu dengan penasaran.

"Aduuh! Mundur dulu Vincent!"

Kutariki kencang lengannya hingga akhirnya termundur beberapa langkah.

Mana cuma aku yang pegang senjata!

Kupaksa otakku segera memperkirakan cara melempar granat api tepat masuk mulut mutan. Karena jika melenceng, koridor kapal yang adanya akan meledak.

Sial.

Seandainya ada Gery-Gerald disini!

"Lucy dengar-"
Vincent menarik balik lengannya sebelum menunjuk.
"Makhluk itu rasanya sudah berada tepat dibalik pintu-"

Segera kuangkat lurus senapan ditangan.

.

.

.

.

Napasku sudah menderu tak karuan menunggu sampai lebih dari hitungan sepuluh detik namun mutan itu tak kunjung juga mendobraki pintu.

Kami pun jadi saling melirik heran.

Apa-apaan ini?!

Keringat meluncuri dahiku.

Kenapa dia diam-AKH!

Aku kembali terjungkat ditempat terkejut dengan tangan yang mendarat dipunggungku.

"Astaga Pierre!"

"Kalian ngapain sih?"
Tuntutnya penuh heran.
"Kita tertinggal lift ke atas jadinya-"

DUAGGH!

Sekejap kami kompak menoleh kedepan.

Si mutan mulai menghantam pintunya.

"What the--"
Pierre mendelik, menyadari dengan sendirinya.
"Oh God-"
Diacungkan juga senapannya ke pintu sedangkan Vincent balik memakai lagi helm pengaman dikepalanya walau sistemnya tak menyala.

"Itu benar-benar dia? Sang mutan?! "
Pierre semakin maju membidiki pintu.
"Bagaimana bisa dia masuk-"

"Entahlah! mungkin dia masuk dari lubang bocoran- kau ngapain sih?! Mundur!"

"Tidak! ini adalah kesempatan melihat langsung! Sekalian kita bisa foto bareng dia-"

"PIERRE OTAKMU KEMANA SIH?!"

"Ini untuk pembuktian lebih misiku!"

"Sshht diam!"
Vincent memotong.
"Kalian tidakkah mendengar-"

.

.

Suara langkah berat mutannya terdengar menjauh.

"What the-- dia kemana?"

Krieet-

Aku terus menodongi pintu walau telah mendengar derit besi tralis yang kembali diangkat.

"Lucy?"

Dang!

Terdengar besi tralis sudah jatuh tertutup kembali.

"Lucy dia-"

Aku tercengang tak percaya.

"D-dia pergi?"

Aku benar-benar tak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.

"Lucy!"
Pierre mendesak.
"Dia jadi sudah pergi?"

"Se-pertinya y-ya-"
Aku mengerjap menurunkan perlahan senapan.

"Biasanya makhluk itu takkan menyerah--tetap mendobrak-"

"Terus kenapa dia tak mendobrak?!"

"Ya mana aku tahu Pierre! Aku kan tak bisa baca pikirannya!"

God!

Seakan dipermainkan oleh mutan ini.

Bagaimana jika dia memang sedang mempermainkan kalian?

"Uncle?"
Pierre tiba-tiba memekik.
"Uncle Kau sudah aktif lagi! sambungkan juga ke Lucy!"

Tampil pemberitahuan dilayarku.

-Center Connected-

"Akhirnya! Kalian bisa dengar jelas? Mana Vincent dan yang lain? Tabrakan tadi membuat komputer jatuh dari meja hingga harus restart ulang-"

"Vincent ada disini bersama kami tapi nanti saja penjelasannya!"
Aku menyelak cepat.
"Apa Uncle Cyril bisa-"
Mataku melihat kesudut-sudut langit atas yang ternyata tak ditempeli cctv.
"Tersambung ke kamera pengawas kapal?"

"Ya bisa, atas ijin komander memang kita terhubung dengan akses kamera pengawas tapi ada apa?"

"Bisa kau lihat dan pindai dengan mode penglihatan gelap isi ruang mesin lantai dua?"

"Kenapa-"

"Tadi mutannya ada didalam situ Uncle!"
Pierre menyambung.

"APA?!"

"Ya, tapi begitu--sayangnya belum sempat terekam-"

"Pierre!"
Sentakku. "Tolong temukan saja ruangannya Uncle, lalu segera pindai-"

"Oke-oke beri aku waktu sebentar."

Kupejamkan mata selagi menunggu jawaban pamannya Pierre.

Dan baru pertama kali ini aku bingung ingin berharap apa.

Karena rasanya aku takkan bisa lega walau mendengar mutan itu dinyatakan tak ada dalam ruangan.

Ayo...cepat...cepat...

"Baik. Pindaiannya sudah komplet- tak terbaca apapun-- ha--nya ruangan gelap berisi rembesan air laut."

Dahiku menaut.

"I-itu sudah benar memindai semua? Tolong pindai sekali lagi! lalu pindai ruang mesin lantai satu dibawahnya jika bisa."

"Ya--tidak ada-tidak ada apapun, bahkan dilantai satu juga- o astaga-"

"Apa? Ada apa?!"

"Tidak ini-"
Uncle Cyril merendah nada suaranya.
"Programku berhasil pindai dinding lambung kapal- dan koyakannya cukup besar juga-"

Kuhembuskan napas. "Oh ya ampun-"

"Kenapa? Apa katanya?"
Tanya Vincent karena dia tak menangkap percakapan kami diakibatkan helmnya yang mati.

"Mutannya sudah tak ada diruangan menurut pemindai dan ada lubang di lambung kapal-"

"Dua dari enam kompartemen terbawah terisi air. Kapal ini akan segera miring beberapa derajat kedepan-"

Jantungku benar-benar mendingin.

"Tapi-" Pierre menyeplos.
"Tapi kapal ini takkan bisa tenggelam kan? Ruangan sudah dikarantina-Komander saja bahkan tak ada menyebut-"

"Aku saat ini terhubung ke anjungan kontrol kapal dan komander memang belum menyatakan kapal ini akan tenggelam, Pierre. Tapi kemungkinan sebagian ruangan akan kehilangan daya listrik-"

Belum.

Tapi bagaimana jika terjadi?

Aku menggeleng.

Flashdisk Davian masih di kamar, kusembunyikan dibawah kasur.

"Hei kau mau kemana?!"
Pierre seketika meneriaki ketika aku melangkah sendiri pergi.

"Mau ke kamar."
Sahutku terus melaju tanpa menoleh.
"Mengambil sesuatu-"

"Dan jangan gunakan kata 'takkan', Pierre."
Uncle Cyril lanjut berbicara disambungan.
"Kau ingat kan apa yang akhirnya terjadi pada kapal pesiar besar jaman dahulu itu. Ingat tagline utama mereka takkan tenggelam?"

Berbeda sekali dengan keluarga inti Pierre, uncle Cyril ternyata penganut 'kesialan bisa menimpa siapapun'.

"Kau lihat langsung tadi mutan diruangan itu?"
Pierre menyusul dibelakang dengan Vincent.

"Ya, aku melihatnya dengan jelas menggunakan mode penglihatan dalam gelap."
Kuhembuskan napas panjang saat berbelok ke koridor kedua menuju kamar kami.
"Mungkin terekam di kamera helm ini-"

"Tunggu sebentar, Lucy, sementara aku akan memutuskan dulu komunikasimu dan Pierre-"

"Hah?"

"Komander meminta sambungan komunikasi tertutup khusus untukmu dan Archibald."

"Sam-bungan khusus?"

"Komander juga Karl punya earpiece, sambungan komunikasi sendiri kepada kalian- tapi harus disambungkan dulu melaluiku-"

Pemberitahuan perubahan komunikasi muncul di layar.

-Private Communication Switch-
-Activated-

"Kalian mendengar jelas?"

"Komander!"
Suara Archibald mendahuluiku.

"Kami baru saja berhasil memblokir pintu utama barat. Saya akan menyusul RJ yang sudah pergi duluan membantu pasukan lain di pintu utara-"

"RJ!"
Ceplosku langsung.
"Dia tak apa-apa kan?

Bodoh sekali!

Saking tak dekatnya dengan Archibald aku sampai lupa bisa menanyakan kakakku lewatnya sejak terputus komunikasi tadi.

"Kau tuli ya Lucian?! Kan baru kubilang mau menyusulnya ke pintu utara- lagi pula apasih yang bisa melukai si frankenstein-"

"Okay! okay astaga! Kau tak perlu sebut dia seperti itu!"
Aku memprotes balik.
"Komander, tadi saya juga melihat keberadaan mutan di ruang mesin lantai dua."

"Apa?! Kenapa kau tak bilang dari tadi-"

"Hentikan Archibald! Biar Lucy berbicara dulu!"

Aku mengumpulkan segenap kesabaran.

"Ya terimakasih komander. Mutannya untungnya sudah pergi menurut pindaian Uncle Cyril. Jelas dia masuk lewat lubang pada dinding kapal-"

"Oke baik. Dengar! untuk sementara kita kesampingkan dulu tentang mutannya. Aku telah memutuskan menyetujui Karl Malström dalam mengirimkan beberapa heli penjemput kemari."

Aku jadi terdiam. Bahkan Archibald juga tak mengeluarkan komentar.

"Rencananya kita blokir dahulu semua pintu, dan heli akan menyelamatkan yang tersisa lewat mendarat langsung atau sebatas mengulurkan tali pengangkat di lantai helipad."

"Kapal ini jadi akan tenggelam?!"

"Tidak, kapal ini akan bertahan. Namun kita bisa dibilang benar-benar sendiri sekarang. Kapal Iron Duke dan Agora saat ini sudah bergerak menjauh dari garis pantai laut-"

"Menjauh?"

"Mereka mundur komander?"

Kami tak disahutinya.

"Demi menyingkirkan sementara zombie yang banyak memanjat masuk kapal mereka, jadi menyisakan Kapal kita yang terpaksa menetap karena keadaan mesinnya sudah terganggu-"

"Bagaimana dengan Aegon?"

"Mereka masih diam ditempat, kira-kira lima ratus meter dari kita. Mungkin mesin mereka juga terganggu. Tapi aku belum juga dapat komunikasi resmi dari mereka-"

"Maaf komander,"
Aku menyela.
"Kenapa Iron Duke atau Agora tak ada mencoba mengebom perairan sekitar, atau menembaki mereka dari atas pakai senjata serbu digeladak-"

"Kita terikat perjanjian laut Lucy. Tempat kita berada kurang dari dua puluh kilo sebelah timur laut menuju PLTN. Kita masih dalam wilayah perairan yang airnya disalurkan langsung ke reaktor nuklir yang masih dalam proses untuk didinginkan sebelum bisa dimatikan. Jadi tak boleh ada residu dari sisa bom, sedangkan kita harus mengebomi mereka yang terus berdatangan kelaut secara kontinu."

"Jarak kita bukankah sudah sangat dekat dengan garis pantai? Apa tak ada tentara bantuan dari darat datang-"

"Sekitar kurang dari lima kilo, namun semua telah diungsikan akibat angin topan sebelumnya-"

"Lalu bagaimana kita bisa membunuhi mereka?! Aku jamin mereka akan memanjat lagi ke helipad ketika heli menjemput. Kita hanya bisa menghabisi secara efektif jenis seperti mereka dengan bom api untuk sekarang ini--"

"Yah ledakkan terus mereka! Hingga kita akan menjadi sama seperti tiga kapal lain. Kapal mereka tak mungkin terbakar sendiri bukan? Pasti akibat penggunaan granat api-"

"Ya itu mungkin karena mereka panik lalu tanpa berpikir panjang main melemparkan saja granat itu didalam ruangan!"
Koreksiku tegas pada Archie.
"Maksudku, digunakan untuk dilemparkan ke pinggiran luar kapal setiap setumpuk dari mereka memanjat--"

"Tapi itu sudah terlambat bukan? Kita terburu terkepung-- lagi pula apa kau yakin mereka akan berhenti karena sekedar api? Aku lihat langsung didepan mataku mereka dengan sempoyongan dan badan terbakar perlahan coba merangsek lagi-"

"Ya setidaknya mereka sempoyongan Archie-- Itu memperlambat mereka!"
Aku bersikeras tak mau menyerah.

"Jika saja kau lihat ledakan dalam hotel yang kualami kemarin. Zombie-zombie itu tak ada yang berani maju! Mereka hanya berputar-putar, bahkan api juga memberi waktu untuk si kepala gengster sialan itu berceloteh saat melepas mutan ke halaman hotel-"

Aku terdiam.

My God!

Sosok pria tua bengis menyebalkan itu jadi muncul begitu saja di pikiranku.

"Surprise surprise semua!"

Wajah Arion, sang kepala gengster Jakarta yang aku sudah bernazar akan memburunya.

Waktu seakan terputar kembali saat bagaimana terperangahnya diriku ini, menyaksikan anak buah Arion yang berhasil membuat tembok api tinggi untuk membatasi mereka dengan kumpulan zombie itu.

Tembok api.

"Komander,"
Mulutku seakan bergerak sendiri.
"Apa kapal punya stok ba-han bakar berlebih?"

"Bahan bakar? Memang apa yang mau kau lakukan dengan itu?"

Aku terhenti sejenak, tepat didepan pintu ruangan kamarku sambil berdeham-deham gugup.

"Ehm-- se-benarnya ada sebuah cara yang terpikir oleh-ku-"

Tawa ejek serta celoteh Arion semakin terasa nyata sekali sekarang.

"Setidaknya, aku telah membuat sebuah kenangan,

yang takkan terlupakan diantara kita..."

Continue Reading

You'll Also Like

395K 29.9K 23
[ BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] @rryaxx_x8 Adrea tidak percaya dengan yang namanya transmigrasi. Mungkin didalam novel itu wajar. Tapi bagai...
490K 72.9K 91
CERITA INI ADALAH CERITA SURVIVAL, DAN SUDAH BERISI SEASON 1, 2 DAN 3 [High School Of The Elite] Ditengah kekacauan negara, pemerintah di seluruh dun...
Jimin Or Jimmy By arzy

Science Fiction

515K 2.9K 8
hanya cerita tentang jimin yang memenya sering gatel pengen disodok
51.5K 3.4K 29
diceritakan seorang gadis yang bernama flora, dia sedikit tomboy dan manja kepada orang" terdekatnya dan juga posesif dan freya dia Cool,posesif dia...