Aku benar-benar terkesiap,
tanganku mencengkram semakin kencang tali pengaman dibahu,
memandangi penuh kengerian apa yang disuguhkan jendela bulat tengah pintu heli yang berada tepat disamping kiriku.
Demi Tuhan...
Ternyata Kapten Ryan sungguh tak bercanda waktu itu, ketika menyebut bahwa gedung pertahanan terakhir yang berada dibatas utara jakarta takkan bisa dijangkau dengan kendaraan darat.
Karena saat ini aku menyaksikan langsung dari Heli yang sedang terbang rendah ini bagaimana ratusan ribu massa zombie berkumpul, memblokade sepanjang jalanan.
Zombie.
Aku menggeleng,
Walau mengingat kejadian wabah ini sudah berlangsung sepuluh hari,
Tapi rasanya kata Z itu masih asing juga dilidahku.
.
Sesaat sudah melewati pagar barikade gedung, Heli yang tadinya terbang rendah mulai melambung, menaikkan ketinggiannya.
Dan terlihatlah kemudian banyak tentara bersenjata yang berlarian sibuk, diatap serta lapangan gedung yang bentuknya segiempat memanjang luas kebelakang.
Mungkin akibat dari adanya aktivitas bising para tentara, heli, serta pesawat pengangkut kecil sesekali lalu lalang dan mendarat disekitaran gedung pertahanan inilah yang menarik perhatian makhluk itu.
"Regi,"
Sebutku.
"Itu, tempatmu kemarin kan?"
Kakakku Regi, yang duduk dikursi penumpang seberangku hanya memberi anggukan kecil. Pandangannya tak lepas dari jendela.
Wajahnya pun terlihat tak berekspresi.
Uh!
Tak terima dengan reaksi tenangnya, aku jadi meneliti reaksi dua penumpang yang duduk tepat dikursi samping kami.
Dan wajah mereka sudah sama pucatnya.
Lalu bergulir jauh pada dua tentara penjaga yang duduk berjarak empat meter dari kami, dibangku yang menempel dibelakang pintu kokpit heli.
Merasa kupandangi, salah satu tentaranya memandangiku balik.
Entah perasaanku saja atau tidak, tapi tentara berpakaian biru gelap loreng itu terlihat seperti melemparkan pandangan
tidak suka.
Err..
Seketika masuk kilatan cahaya berkedip di kabin heli beberapa kali membuatku refleks mengerjap.
Sempat kupikir kilatan petir, setelah ku cek balik lewat jendela ternyata itu kilatan dari senjata mesin, ditembakkan berturut-turut oleh tentara yang berjaga aktif dipinggir atap kearah kumpulan zombie yang mendesaki pagar barikadenya.
"Mereka, pasang listrik di pagarnya kan?"
Ceplosku.
"Ya tentu,"
Sahut Regi.
"Kami waktu itu memasang daya--"
Paaats!
Jantungku rasanya berhenti berdetak.
Seluruh lampu penerang gedung dibawah kami serentak padam.
Loh kok?!
Aku menutup mulut, memandangi jendela dengan penuh kengerian.
Dua penumpang disamping kami pun juga ikut mengeluarkan suara protes terkejut.
"Hei kalian!"
Pekikku, menengok panik sekilas kepada Regi, lalu pada dua tentara penjaga yang hanya diam,
"Mereka dibawah--"
Kupandangi sekarang pintu kokpit pilot yang berada diantara mereka.
"Gedungnya!!--"
Namun heli tetap melaju.
Oh Tuhan,
Aku memanjangkan tanganku, mencengkrami jendelanya.
Diantara kegelapan pekat dibawah,
Titik kilatan dari letusan senjata semakin gencar terlihat.
Regi didepanku semakin mencondongkan tubuhnya kejendela, sampai tali sabuk pengaman sepanjang bahunya tertarik menegang.
Mereka sedang berjuang!
Aku menepuk-nepuki jendela itu.
Please!
Rasa sesak yang kualami sewaktu menghadapi kumpulan zombie dalam keadaan gelap beberapa jam lalu kembali muncul.
"Ayo menyala!"
Pekikku dengan nafas tertahan.
"A...yo!"
Tuhan,
kucengkrami semakin kuat jendelanya.
mereka butuh daya listrik untuk menahan makhluk itu,
Kumohon!
.
.
.
Tak lepas mataku memandangi jendelanya.
Menunggu,
Dan menunggu.
.
.
Sampai akhirnya aku menyadari dibawah kami sudah bukan daratan lagi,
Melainkan pemandangan lautan hitam,
Dengan ombaknya yang beriak lembut.
Berarti batas utara,
sudah dilewati..
.
.
Aku bisa merasakan Regi memandangiku sekarang.
"Lucy--"
Tidak!
Refleks aku menarik tanganku dari jendela, cepat-cepat menggunakannya untuk menutupi wajahku.
Karena aku menolak untuk memandang balik.
Menolak memandang ekspresi wajahnya yang menyatakan,
tentara dipertahanan terakhir ini telah kalah.
Dan harus merelakan kota Jakarta
menuju kejatuhannya.
.
.
.
War is hell,
but this is worse.
RED CITY
SEQUEL
--------------
ANNIHILATION