Perpindahan Jiwa Gadis Penggo...

By jeongsa14

973K 52.7K 3.7K

Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghanc... More

01 - Gadis Penggoda
02 - Duplikat Apollo
03 - Kabar Kecelakaan
04 - Hilang Ingatan
05 - Suamiku, ayo mandi
06 - Kamu Mencintaiku?
07 - Pengangguran
08 - Perubahan Sifat Tuan
09 - Karena Tali Bathrobe
10 - Karena Alergi
11 - Memasak
12 - Diluar Angkasa
13 - Teman Latte
14 - Hari Pertama Kuliah
15 - Prof Rayden
16 - Dosenku Suamiku
17 - Sebuah Rumor
18 - Makna Cemburu
19 - Ungkapan Hati Nara
20 - Tanda Dileher
21 - Tamparan Keras
22 - Bertemu Papa
23 - Identitas Serena
24 - Tentang Pelantikan
25 - Diantar Papa
26 - Menuju Acara Pelantikan
27 - Acara Pelantikan
28 - Bukan Yang Pertama
29 - Anak Haram
30 - Postingan Instagram
31 - Kecurigaan Iviana
32 - Prioritas Diatas Prioritas
33 - Ingatan Yang Kembali (1)
34 - Konferensi Pers Mendadak
35 - Jenna Yang Patah Hati
36 - Pilihan Tepat
37 - Indahnya Damai
38 - Pendekatan
39 - Kasus Penembakan
40 - Serena Ovallius
41 - Acara Reuni
42 - Wanita Pertama
43 - Penyesalan Rayden
44 - Sehari Setelahnya
45 - Malam Pertama
46 - Posisi Terbaik
47 - Skin To Skin
48 - Kebenaran
49 - Kemunduran Rayden
50 - Menyerahkan Jabatan
51 - Sydney McKenna
53 - Jantung Yang Tak Berdebar
54 - Siapa Dalang itu?
55 - Setelah Dua Bulan
56 - Rencana Pernikahan
57 - Nasib Jenna
58 - Keromantisan
59 - Kembali Ke Kediaman
60 - Hari Kebahagiaan
61 - Pengakuan
62 - Mulai Terkuak
63 - Selalu Siap Menunggu
64 - Terungkap
65 - Tanpa Absen
66 - Rencana Iri Dengki
Tersedia Versi Pdf
Kelahiran Kembali Amelie Elysia
Ranjang Panas Kakak Ipar (21+)
Pdf 17 Ribu Diperpanjang!

52 - Ketakutan Serena

9.7K 600 30
By jeongsa14

"Sayang,"

"Mama!" Kedua tangan Sydney penuh darah dan bergetar hebat, gadis itu membalas pelukan sang Mama dengan tangisan yang pecah. "Mama, aku takut."

"Mereka akan baik-baik saja,"

Sang Mama tidak tahu ada hubungan apa antara putrinya dengan kedua korban yang kecelakaan tadi, tapi melihat kesedihan putrinya, Mama tahu jika mereka memiliki hubungan yang dekat, mungkin mereka bersahabat. "Mama, aku takut sesuatu terjadi pada Rayden dan Serena. Mereka harus bahagia, Mah."

"Iya, sayang, mereka akan baik-baik saja. Kamu yang tenang ya,"

Dari jauh, suara langkah kaki terdengar sangat cepat. Sydney menoleh, dia beradu pandang sebentar dengan sepasang mata yang dulu menatapnya penuh cinta sebelum terputus karena harus masuk ruang tindakan. "Ares," Sydney melirih, melihat pria yang mencintainya dengan tulus namun dirinya lebih mementingkan cintanya pada Rayden.

"Sayang?"

"Mah,"

"Tarik napas, jangan seperti ini. Mama khawatir sama kamu,"

Sydney mengangguk, dia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan di antar Mamanya ke kamar mandi untuk berganti pakaian karena pakaiannya penuh darah. Di dalam kamar mandi, Sydney menyentuh pipinya. "Maafkan aku, Serena. Kamu harusnya tidak terluka, karena ragaku, nyawamu selalu terancam. Maafkan aku,"

Sedangkan di dalam ruangan, Ares menahan napas melihat kondisi Serena juga Rayden. Dia menatap kedua tangannya yang gemetar hebat, kejadian terulang seperti saat dia melihat Adiknya keguguran dan Adiknya ditemukan di kamar mayat, "Dokter?"

"Aku tidak bisa, kerahkan yang terbaik!"

"Baik, Dok."

Ares menyembunyikan tangannya yang bergetar ke dalam saku snelli, pria itu menatap bergantian antara Rayden dan Serena yang berakhir di meja operasi. "Kalian harus baik-baik saja, aku akan membenci kalian jika kalian berakhir tak bahagia."

"Dokter, pasien kehilangan banyak darah."

"Yang mana?"

"Keduanya!"

"Aku akan mengurusnya," Ares pergi keluar ruangan, dia tak sengaja berpapasan dengan Sydney yang langsung menahan lengannya.

"Dok, bagaimana kondisi mereka?"

"Masih dalam penanganan," Ares menepis tangan Sydney dan melangkah dengan cepat pergi menjauh. Melihat kepergian Ares, Sydney memundurkan langkahnya, dia kehilangan tatapan penuh cinta dari sepasang mata yang kini menatapnya dingin. Bolehkan Sydney merasa menyesal sekarang? Dia menyia-nyiakan cinta tulus Ares demi cinta tak terbalaskan dari Rayden.

***

Baru Serena yang bisa dijenguk, Sydney mengurungkan niat untuk masuk karena ada Ares di dalam sana. Sydney hanya bisa melihat mereka dari balik kaca, di mana Ares yang menggenggam tangan Serena dan menatapnya penuh kekhawatiran. Sydney tersenyum, "Kau masih mencintai Serena Yellen sampai detik ini, Ares?"

Sydney menyentuh kaca dengan jemarinya, "Maafkan aku. Yang tak bisa membalas perasaanmu, di ragaku atau pun di raga orang lain. Kamu terlalu baik, kamu tidak pantas bersama denganku. Aku percaya, kamu akan mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik dari aku. Maafkan aku,"

"Nak?"

"Mama,"

"Kamu baik-baik saja?"

"Mah, ayo pulang."

"Pulang?"

Sudah 2 hari putrinya di rumah sakit tanpa mau meninggalkan depan ruangan Rayden dan Serena, tapi kali ini, dia sendiri yang meminta pulang. Mama pun tidak menanyakan lebih, kesedihan putrinya sudah cukup untuk menjawab segala pertanyaannya. "Mama tidak ingin bertanya apa pun?"

"Mereka orang terdekat kamu kan? Mama rasa, tidak tepat menanyakan sekarang pada kamu."

Sydney tersenyum, dia mengalihkan pandangan keluar kaca jendela. Mamanya benar, mereka adalah dua orang penting dalam hidupnya. Rayden yang pernah di cintainya dan Serena yang menempati raganya, mereka orang penting untuk Sydney.

"Kamu akan kembali ke rumah sakit, Nak?"

"Kalau mereka sudah sadar, aku akan datang lagi."

"Baiklah,"

***

"Sialan! Kalian benar-benar tidak becus!"

Brandon melempar laptopnya yang ada di atas meja, napasnya memburu, mendapat kabar dari anak buahnya tentang mereka yang tidak menemukan jejak yang menabrak Rayden juga Serena. Ares cukup sibuk di rumah sakit, jadi Brandon yang mengurus masalah pelaku itu. Brandon bersumpah, dia tidak akan memberi keringanan untuk mereka yang melukai sahabatnya.

"My baby honey lady Bra, kau harus baik-baik saja. Mereka yang melukaimu akan aku balas dengan lebih keji," Brandon menatap fotonya bersama dengan Rayden, Ares, dan Serena. Mengusapnya lembut dengan perasaan tak karuan, rencananya untuk mendekati Nara pun tertunda karena kejadian 2 hari lalu.

Di rumah sakit, Ares mendekati brankar Rayden. "Bro, kau mau terus memejamkan mata dan melihat istrimu aku rebut? Bangun, jangan lemah."

Ares menepuk bahu Rayden tak kuat, dia tersenyum tipis. "Kau sudah menunjukkan penyesalanmu, bangun sekarang. Jangan manja! Serena belum bangun, masa kau juga tidak mau bangun? Kau tahu? Semakin kau betah memejamkan mata, semakin mudah aku mendekati istrimu. Pokoknya bangun, awas saja kalau tidak bangun, aku rebut istrimu."

Dari ruangan Rayden, Ares ke ruangan Serena yang bersebelahan dengan ruangan Rayden. Tadinya, mau Ares satukan tapi di larang Hadrian. Jadi tak masalah, Ares mendekati brankar Serena dan kembali menggenggam tangannya. Pria itu tersenyum, "Kau sudah baik-baik saja. Kau akan bangun sebentar lagi, kau─"

Kelopak mata itu mulai terbuka, Ares langsung berdiri. "Serena?"

Mata yang terbuka kembali terpejam saat silau terasa menusuk retina matanya, "A-Ares."

"Kau baik-baik saja?"

"R-rayden,"

"Ssst, diam. Biar aku periksa dirimu dulu,"

Di luar ruangan, Hadrian menunggu dengan tidak sabaran. Dia tidak bisa masuk karena masih ada Ares di dalam sana, sedangkan di balik pilar. Sydney meremas jemarinya melihat punggung Hadrian. "Papa, maafkan aku. Bahkan di raga lain pun, aku tidak sanggup bertemu denganmu. Aku tak bisa, maafkan aku. Aku sangat menyayangimu, Pah."

"Sayang?"

"Mama,"

"Kau tidak jadi masuk?"

Sydney menggeleng, "Ada keluarganya. Aku tak enak, kita pulang saja."

Mereka berdua pergi meninggalkan rumah sakit, dengan Hadrian yang ternyata menoleh, menatap pilar yang tadi dijadikan tempat persembunyian Sydney.

***

"Ares! Aku ingin bertemu Rayden!"

"Sabar, kau belum benar-benar sehat."

"Aku mau melihat Rayden!!"

"Jangan keras kepala! Bukankah kau ingin bercerai dengannya? Ini kesempatan bagus! Dia sedang tak berdaya, kau bisa menggugat cerai Rayden."

Tatapan Serena berubah kosong, dia mengingat kembali bagaimana Rayden berlari menghampiri dirinya namun tertabrak sebuah mobil. Serena menutup wajahnya, wanita itu kembali menangis. Pada akhirnya, cinta di hatinya jauh lebih besar dari kekecewaan yang membelenggu. Dia menangis, membuat Ares hanya bisa menghela napas sembari terus menatapnya.

"Kau menyesal sekarang?"

"Dia tertabrak karena ingin menolongku, Ares."

"Semua bukan salah kamu, semua sudah menjadi garis takdir. Istirahat, Serena. Rayden tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika kondisimu terus menurun, percayalah, Rayden akan baik-baik saja. Dia pria yang kuat, dibombardir peluru pun, dia bisa hidup. Cuma di tabrak itu bukan apa-apa untuk Rayden,"

Serena akhirnya mengangguk.

***

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 256K 54
"What, you don't think I'm a bad boy?" "We're in an camp for delinquents. They're all bad boys here." FIRST BOOK IN THE WICKED SERIES
1.7M 54.2K 38
"Let's get rid of this," he releases my hair letting it fall freely His hot heavy breath lingers on my lips and sends shivers down my back. I see him...
1.3M 36.7K 35
Stefanie and Luna are 17 year old twins, who were raised by their aunt and uncle because apparently their family did not want nor cared for them. Bot...