Perpindahan Jiwa Gadis Penggo...

By jeongsa14

823K 46.6K 3.7K

Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghanc... More

01 - Gadis Penggoda
02 - Duplikat Apollo
03 - Kabar Kecelakaan
04 - Hilang Ingatan
05 - Suamiku, ayo mandi
06 - Kamu Mencintaiku?
07 - Pengangguran
08 - Perubahan Sifat Tuan
09 - Karena Tali Bathrobe
10 - Karena Alergi
11 - Memasak
12 - Diluar Angkasa
13 - Teman Latte
14 - Hari Pertama Kuliah
15 - Prof Rayden
16 - Dosenku Suamiku
17 - Sebuah Rumor
18 - Makna Cemburu
19 - Ungkapan Hati Nara
20 - Tanda Dileher
21 - Tamparan Keras
22 - Bertemu Papa
23 - Identitas Serena
24 - Tentang Pelantikan
25 - Diantar Papa
26 - Menuju Acara Pelantikan
27 - Acara Pelantikan
28 - Bukan Yang Pertama
30 - Postingan Instagram
31 - Kecurigaan Iviana
32 - Prioritas Diatas Prioritas
33 - Ingatan Yang Kembali (1)
34 - Konferensi Pers Mendadak
35 - Jenna Yang Patah Hati
36 - Pilihan Tepat
37 - Indahnya Damai
38 - Pendekatan
39 - Kasus Penembakan
40 - Serena Ovallius
41 - Acara Reuni
42 - Wanita Pertama
43 - Penyesalan Rayden
44 - Sehari Setelahnya
45 - Malam Pertama
46 - Posisi Terbaik
47 - Skin To Skin
48 - Kebenaran
49 - Kemunduran Rayden
50 - Menyerahkan Jabatan
51 - Sydney McKenna
52 - Ketakutan Serena
53 - Jantung Yang Tak Berdebar
54 - Siapa Dalang itu?
55 - Setelah Dua Bulan
56 - Rencana Pernikahan
57 - Nasib Jenna
58 - Keromantisan
59 - Kembali Ke Kediaman
60 - Hari Kebahagiaan
61 - Pengakuan
62 - Mulai Terkuak
63 - Selalu Siap Menunggu
64 - Terungkap
65 - Tanpa Absen
66 - Rencana Iri Dengki
Tersedia Versi Pdf
Beli 2 Pdf Gratis 1

29 - Anak Haram

11.1K 495 68
By jeongsa14

Rayden tengah mengusap lembut rambut panjang istrinya, namun layar ponsel yang menyala dan memperlihatkan nama kontak Ares sebagai penelepon, membuatnya terpaksa menjauh dari sang istri hanya untuk mengangkat telepon. Serena pun paham, dia memilih untuk berbaring sembari memperhatikan punggung Rayden yang membelakanginya, Rayden berdiri di depan jendela yang terbuka untuk menerima telepon.

"Ray,"

"Ya,"

"Alasanmu tak pernah menyentuh Serena bukan karena kau tidak mencintainya kan? Tapi karena Serena bukan gadis pertama untukmu sedangkan Serena mempersiapkan dirinya hanya untukmu agar dirimu menjadi yang pertama," 

Rayden terdiam mendengar pertanyaan tak terduga dari Ares, di mana secara refleks, dia menatap ke arah Serena yang langsung tersenyum ke arahnya. "Sepertinya kau terlalu banyak minum, Ares. Pulanglah, tidak perlu ikut acara sampai selesai."

"Ray, aku tidak bercanda. Aku benar-benar bertanya padamu karena aku masih menaruh rasa pada istrimu, aku tidak ingin gadis yang aku cintai terluka, Ray."

Rayden menghela napasnya kasar, dia mencoba tenang tapi kepalan di satu tangan tak bisa membohongi. "Kita pria muda yang banyak mengeksplor hal baru, Ares. Bukankah itu hal biasa?"

"Ray, aku tahu kau bukan tipe pria yang suka melakukan one night stand. Kau tidak pernah menjadi brengsek,"

Tidak pernah menjadi brengsek? Rayden memejamkan matanya sejenak, "Aku harap begitu. Pulanglah, jangan terlalu lama di acara tidak bermutu ini, kau jangan sampai mabuk, kau menyetir sendiri."

"Ini kebiasaanmu, Ray. Selalu mengubah topik pembicaraan jika kau memang salah, baiklah, aku akan mempersiapkan bahu untuk Serena jika sewaktu-waktu kau membuatnya menangis."

"Itu tidak akan pernah terjadi,"

"Meski dia datang dan meminta pertanggung jawabanmu, Ray? Kau yakin bisa tetap memilih istrimu?"

Rayden kembali diam dan di balas kekehan dari Ares, "Kau bahkan tidak bisa menjawabnya. Semua ini sudah terlalu jelas, lepaskan Serena, jangan melukainya semakin dalam dengan tetap mempertahankan pernikahan kalian."

"Kau tidak memiliki hak atas pernikahanku, Ares."

"Baik, aku salah. Jaga pernikahanmu dan pastikan istrimu selalu bahagia, aku tutup."

Tut.

"Hubby, kenapa wajah Hubby berubah serius sekali?"

"Tidak ada, kamu mau istirahat?"

***

Di tempat acara, Hadrian kelimpungan mencari keberadaan putrinya yang tidak kunjung kembali padahal bilangnya hanya ingin ke toilet. Hadrian yang panik, langsung menghubungi anak buahnya agar mereka bergegas melacak tiap CCTV di gedung hotel ini. Tak butuh lama, laporan dari anak buahnya langsung dia terima.

Dia melihat bagaimana putrinya berpelukan dengan Rayden dan berakhir masuk ke dalam lift. Lift berhenti di lantai 10, Hadrian pun beralih membuka CCTV lantai 10 yang di kirimkan anak buahnya tapi tak lama, di susul kirimin CCTV lantai 11. Anak buahnya mengatakan, Rayden dan Serena tidak di lantai 10 melainkan berada di lantai 11.

Tanpa berpikir jauh, Hadrian bisa langsung menebak apa tujuan Rayden melakukan semua itu. Dia pun tidak lagi menaruh kekhawatiran sebab putrinya akan aman bersama dengan Rayden, kini, Hadrian hanya perlu berbasa-basi dengan Wilson Arter yang datang mendekatinya. Wilson begitu ramah pada Hadrian, mana mungkin dia bersikap dingin pada calon Presiden Pasquale.

"Hadrian, di mana putrimu?"

"Bersama putramu,"

Sekarang, Wilson tahu alasan Rayden tiba-tiba pergi tadi, pasti dia melihat istrinya. Wilson merasa tidak lagi perlu marah, karena yang Rayden datangi adalah sosok gadis dari latar belakang yang kokoh. "Biarkan saja kalau begitu, mungkin mereka mau leluasa bermesraan." Wilson menimpali yang hanya di balas anggukan oleh Hadrian.

"Oh ya, Hadrian. Apa kau tidak berniat menikah lagi?" Sambung Wilson bertanya pada Hadrian.

"Menikah? Aku rasa sudah cukup menikah sekali seumur hidup,"

Secara tidak langsung, Wilson merasa tersindir dengan ucapan Hadrian. Menikah sekali seumur hidup, tentu saja itu bukan dirinya. "Itu prinsip yang bagus Hadrian, tapi tidak ada salahnya untukmu menikah lagi."

"Sayangnya, aku tidak minat. Karena acara ini sudah membosankan, aku pamit. Selamat atas pelantikan putramu,"

Hadrian pergi meninggalkan acara juga Wilson yang mengepalkan tangannya erat, andaikan koneksi Hadrian tidak luas, mana mungkin Wilson mau basa-basi dengannya juga melantik putra haramnya menjadi Presiden Direktur Arter Group. Di saat yang sama, seorang wanita cantik seusia Wilson datang dengan gaya khasnya yang glamor.

"Sayang, aku masih kecewa padamu."

Wilson menghela napasnya kasar, keputusannya melantik Rayden sebagai penerus dirinya tentu saja langsung ditolak mentah-mentah oleh istri pertamanya. "Camille, aku memilih Rayden bukan tanpa alasan."

"Kalau begitu, beri tahu aku apa alasannya! Wilson, kau sudah mengkhianatiku dengan berselingkuh bersama wanita jalang itu! Jangan kau kecewakan juga putra kita! Dia yang jauh lebih pantas menjadi penerusmu dari pada anak haram itu!" Amarah Camille yang menggebu-gebu sangat Wilson mengerti.

"Camille, setidaknya jangan meluapkan emosimu di sini. Di sini terlalu banyak telinga yang mendengar dan mata yang melihat!"

Camille misuh-misuh, dia pergi meninggalkan Wilson yang telah berkali-kali mengecewakannya. Dia pergi menghampiri putrinya yang tengah duduk seorang diri, "Lizzy."

"Ibu," Lizzy berdiri dari duduknya dan menghampiri sang Ibu. "Ada apa, Bu?"

Camille memeluk putrinya dengan erat, satu-satunya yang menjadi alasan Camille Edith bertahan pada Wilson Arter adalah kedua anaknya, Lizzy dan Kakak laki-laki perempuan itu. Harusnya, secara garis keturunan, putra sulungnya lah yang sangat pantas menjadi Presiden Direktur Arter Group, bukan Rayden yang hanya anak haram dari wanita jalang karena mau di ajak berhubungan oleh pria bersuami.

"Ibu, jika Ibu tidak kuat, kita bisa pergi dari hidup Ayah."

"Apa kau siap, Nak? Ibu tidak ingin merusak kebahagiaanmu,"

"Aku bahagia jika Ibu bahagia, aku tak peduli sekali pun aku tidak di anggap lagi sebagai anak oleh Ayah yang penting, kita bisa bahagia."

Lizzy adalah anak yang sangat pengertian, terlepas dari bagaimana terobsesinya dia ingin memiliki Rayden selaku saudara tirinya.

"Ya Tuhan, anakku." Camille kembali memeluk putrinya dengan menahan air matanya. Teringat kembali bagaimana Wilson datang ke rumah bersama seorang wanita yang tengah hamil besar, dengan mudahnya, Wilson mengatakan jika wanita itu adalah kekasih Wilson yang tengah hamil. Istri mana yang tidak merasakan sakit luar biasa?

Camille bukan wanita yang pandai memaafkan atau berdamai pada keadaan, dia cukup pendendam dan sulit melupakan. Terutama fakta jika Rayden adalah anak dari wanita yang menghancurkan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Dan diam-diam, Lizzy mengepalkan tangannya. Sang Ibu lagi-lagi menangis karena Ayahnya dan masalah yang mereka bicarakan pasti tidak jauh-jauh dari Rayden.

Bu, aku janji. Aku akan membuang rasa cintaku padanya dan membalaskan dendammu. Biarkan aku yang membalaskan padanya karena dia bukan tandinganmu.

"Nak, jangan terjebak pada dendam ya. Ibu menyayangimu," Camille mengecup kening Lizzy, meski tak mendengar batinnya tapi ikatan darah di antara keduanya membuat Camille seakan paham apa yang tengah putrinya pikirkan.

"Bu, aku ingin Ibu bahagia."

"Ibu akan bahagia jika anak-anak Ibu bahagia, maafkan Ibu yang belum bisa menjadi Ibu terbaik untuk kalian berdua."

Lizzy menggeleng, menggenggam kedua tangan Ibunya dengan erat dan hangat. "Ibu adalah Ibu terbaik untukku dan Kakak, terima kasih sudah bertahan sejauh ini, Bu. Kami mencintai Ibu,"

Andaikan bukan di tempat umum, Camille pasti sudah menangis. Dia lemah jika menyangkut anak-anaknya, "Ibu akan terus bertahan demi kalian. Jangan khawatirkan Ibu ya?"

"Tidak perlu memaksakan diri, Bu."

"Camille, kita harus bicara." Wilson datang dan memotong obrolan antara Lizzy dengan Ibunya. Camille pun mengangguk, dia mengatakan pada putrinya jika dia baik-baik saja dan Lizzy harus kembali ke kamar secepat mungkin untuk istirahat.

Dan Wilson membawa Camille ke dalam salah satu kamar hotel yang di sediakan, "Ada apa, Wilson?"

"Camille, tolong berikan kasih sayangmu pada Rayden."

Satu alis Camille terangkat, "Memberi kasih sayangku pada anak harammu? Kau bercanda, Wilson?"

"Camille, semua ini belum terlambat. Berikan perhatianmu pada Rayden,"

"Maaf, Wilson. Mengingat bagaimana kau terang-terangan mengatakan padaku jika cintamu lebih besar untuk wanita jalang itu, aku tidak cukup mampu untuk bersikap munafik pada anak haram kalian. Aku sudah lelah bertahan di sisimu selama ini Wilson, jangan lagi minta aku untuk memakai topeng."

"Camille! Kau tahu, aku akan menjadi walikota dengan bantuan mertua Rayden. Kau harus pandai mengambil hatinya agar Hadrian juga bisa melirik Charlie,"

"Tidak, Wilson. Anakku tidak perlu bergabung dengan dunia politik yang kau idam-idamkan, putraku harus memilih apa yang dia inginkan. Jika tidak ada lagi yang ingin kau katakan padaku, aku akan kembali ke acara."

Wilson menatap kepergian Camille dalam diam, dia mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sadar, kesalahannya sangat fatal di masa lalu sampai harus melukai Camille sedalam ini. Mengkhianati cinta tulusnya hanya karena nafsu sesaat, "Camille. Maafkan aku,"

Dari sisi Ibu tiri yang jahat, ada pelajaran tersendiri yang harus kita petik. Selalu bijak.

***

Satu kata untuk Rayden?

OH IYA WOI!! Konflik ringan bukan berarti misteri ringan, ingat yaa, ingat yaaa

Wkwk

Bye!

Sampai jumpa di chapter selanjutnya, SPAM KOMENT YAK KALAU MAU AKU DOUBLE UP!!

Minimal 200 komentar wajib tembus sih😋

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 105K 52
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
3.4K 602 40
Tentang Dia, si gadis pembenci suara hujan. Dan tentang Dia, si gadis yang lebih memilih diam dari pada mengungkapkan. Juga tentang Dia, si gadis seb...
385K 21.9K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
66.2K 8.5K 35
(Cerita telah tamat, part masih lengkap) Hidup Antares berubah drastis semenjak ia bertemu dengan sosok hantu cantik bernama Aluna. Antares terjebak...