Perpindahan Jiwa Gadis Penggo...

By jeongsa14

803K 45.9K 3.6K

Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghanc... More

01 - Gadis Penggoda
02 - Duplikat Apollo
03 - Kabar Kecelakaan
04 - Hilang Ingatan
05 - Suamiku, ayo mandi
06 - Kamu Mencintaiku?
07 - Pengangguran
08 - Perubahan Sifat Tuan
09 - Karena Tali Bathrobe
10 - Karena Alergi
11 - Memasak
12 - Diluar Angkasa
13 - Teman Latte
14 - Hari Pertama Kuliah
15 - Prof Rayden
17 - Sebuah Rumor
18 - Makna Cemburu
19 - Ungkapan Hati Nara
20 - Tanda Dileher
21 - Tamparan Keras
22 - Bertemu Papa
23 - Identitas Serena
24 - Tentang Pelantikan
25 - Diantar Papa
26 - Menuju Acara Pelantikan
27 - Acara Pelantikan
28 - Bukan Yang Pertama
29 - Anak Haram
30 - Postingan Instagram
31 - Kecurigaan Iviana
32 - Prioritas Diatas Prioritas
33 - Ingatan Yang Kembali (1)
34 - Konferensi Pers Mendadak
35 - Jenna Yang Patah Hati
36 - Pilihan Tepat
37 - Indahnya Damai
38 - Pendekatan
39 - Kasus Penembakan
40 - Serena Ovallius
41 - Acara Reuni
42 - Wanita Pertama
43 - Penyesalan Rayden
44 - Sehari Setelahnya
45 - Malam Pertama
46 - Posisi Terbaik
47 - Skin To Skin
48 - Kebenaran
49 - Kemunduran Rayden
50 - Menyerahkan Jabatan
51 - Sydney McKenna
52 - Ketakutan Serena
53 - Jantung Yang Tak Berdebar
54 - Siapa Dalang itu?
55 - Setelah Dua Bulan
56 - Rencana Pernikahan
57 - Nasib Jenna
58 - Keromantisan
59 - Kembali Ke Kediaman
60 - Hari Kebahagiaan
61 - Pengakuan
62 - Mulai Terkuak
63 - Selalu Siap Menunggu
64 - Terungkap
65 - Tanpa Absen
66 - Rencana Iri Dengki
Tersedia Versi Pdf
Beli 2 Pdf Gratis 1

16 - Dosenku Suamiku

15K 819 34
By jeongsa14

"Prof, jadwal rapat di majukan. Saya datang untuk memberi tahu Anda,"

Rayden mengangguk, "Saya akan segera ke sana. Anda bisa pergi lebih dulu dan terima kasih untuk informasinya,"

"Sama-sama, kalau begitu, saya permisi, Prof."

"Ya,"

Setelah di rasa aman, Serena di bantu Rayden keluar dari persembunyiannya. Gadis itu menatap sekitar, "Fyuh. Aman,"

Dan Rayden menggeleng pelan melihatnya, "Kamu itu mahasiswi aku di sini. Harusnya tidak perlu sembunyi, tinggal bilang jika ada urusan kelas yang harus kita bicarakan."

"Benar juga, hehe. Aku panik jadi tidak bisa berpikir,"

"Kalau begitu, aku harus pergi. Ada rapat,"

Serena mengangguk, "Aku juga akan pergi, aku duluan ya! Hubby belakangan!"

"Iya, hati-hati."

"Bye Dosenku suamiku!"

Serena mengecup pipi Rayden di balas kecupan di keningnya, setelah itu, Serena pun berjalan riang keluar ruangan Rayden. "Astaga!" Gadis itu terperanjat kaget saat baru keluar dari pintu, dia malah bertemu dengan Jenna dan Iviana. "Kalian kenapa di sini?"

"Kami penasaran, kamu ngapain di dalam sana?"

Serena mengingat ucapan Rayden tentang dirinya yang mahasiswi dan Rayden adalah Dosen, "Membicarakan tentang mata kuliah dong tentunya."

"Oh iya juga, Prof Rayden enggak mungkin panggil kamu kalau hanya untuk urusan tidak penting. Apalagi kan, kamu lumayan lama tidak masuk karena kecelakaan itu."

"Nah itu,"

Padahal, Rayden memang memanggilnya untuk urusan tidak penting tapi biarlah Jenna berpikir lain dari pada harus tahu dan berakhir dengan dirinya yang di santet. "Udah ayo pergi, nanti Prof Rayden keluar kita masih di depan pintu ruangannya."

"Kali ini Ivi benar, ayo pergi."

Ketiganya pun pergi menuju kelas karena memang masih ada satu mata kuliah lagi, "Na."

"Apa?"

"Kamu suka enggak sama Prof Rayden?"

Serena diam, jika sebagai suami, tentu saja Serena menyukai Rayden tapi jika di tanya sebagai mahasiswi, agaknya Serena tidak suka Rayden. Melihat dari cara Rayden mengajar yang super disiplin, Serena yang malas-malasan tiap belajar merasa tertekan di kelas. Apalagi, Rayden tidak pernah menghilangkan tatapan tajam dan dinginnya di kelas saat mengajar.

"Enggak,"

"Serius?"

Serena mengangguk, "Aku enggak suka pria galak." Maksudnya sebagai Prof Rayden, kalau Hubby sih aku sudah pasti suka. Sambungnya di dalam hati.

"Benar sih, cara mengajar Prof Rayden memang tegas. Prof Rayden juga tidak pernah mentolerir kesalahan sekecil apa pun, tapi ya gimana ya? Beliau ini tampan banget, cerdas, masih muda, kaya juga. Siapa yang tidak tergila-gila coba? Meski minusnya di sifat dingin sih," Komentar Jenna tentang Prof Rayden.

Iviana setuju, "Aku setuju tapi jujur ya, aku malah suka pria seperti Prof Rayden yang dingin-dingin gitu. Jadi enggak ramah ke semua wanita, bahaya kalau ramah, masa iya udah tampan, masih muda, cerdas, terus ramah juga. Bisa bahaya nih hati,"

"Haha, benar lagi!"

Serena hanya diam menyimak Jenna juga Iviana membicarakan tentang suaminya, "Mau langsung ke kelas?"

"Iya ke kelas aja,"

***

Jam mata kuliahnya sudah berakhir, tapi Serena masih duduk santai di kantin. Dia sebenarnya mau pulang, tapi Rayden belum memberi kabar apa pun pada dirinya. "Apa aku chat saja ya?" Jenna dan Iviana juga sudah pulang, tadi mereka ingin menemani Serena tapi Serena yang sungkan meminta mereka untuk pulang saja dan Serena akan pulang setelah memesan minuman sebentar di kantin.

| Hubby, aku sudah tidak ada kelas.

Di seberang sana, Rayden melirik ponselnya saat notifikasi dari sang istri masuk. Dia pun mengetikkan balasan tanpa menunggu lama.

| Tunggu di parkiran fakultas, aku jemput di sana.

Serena: Fakultas kedokteran?

Rayden: Iya

Serena: Mobil Hubby di mana?

Rayden: Parkiran Dosen

Serena: Ya sudah, aku tunggu di parkiran fakultas ya.

Rayden tidak membalas lagi, pria itu menutup layar laptopnya dan berjalan keluar ruangan menuju parkiran Dosen untuk mengambil mobilnya sebelum ke parkiran Fakultas menjemput Serena. Ketika berjalan menuju parkiran Dosen, seorang Dosen perempuan datang menghampiri dirinya.

"Selamat siang, Prof."

"Siang," Rayden tidak menatapnya sama sekali.

"Anda mau langsung pulang?"

"Iya,"

Nara tampak canggung mengajak Rayden bicara, "Bisa kita bicara sebentar?"

Rayden melirik jam di pergelangan tangannya, "Tidak bisa."

"Ray,"

Barulah, Rayden meliriknya dengan tajam. "Ini kampus,"

"Aku tahu, aku cuma mau bicara sebentar sama kamu. Kita sudah lama tidak bicara berdua, Ray."

"Saya sibuk,"

"Rayden, aku cuma minta waktu kamu sebentar saja. Ada yang ingin aku tanyakan,"

"Saya sibuk, Nara."

"Dulu kamu selalu memprioritaskan aku, kenapa sekarang memprioritaskan kesibukan?"

"Karena kamu bukan prioritas saya," setelah itu, Rayden pergi meninggalkan Nara yang menatap nanar punggung tegapnya.

Di parkiran fakultas, Serena mengerucutkan bibirnya. Dia sudah menunggu lama tapi Rayden tidak kunjung datang, "Apa aku pulang naik taksi ya? Tapi aku tidak tahu alamat rumah, bagaimana kalau aku di culik lalu di jual? Ih seram, kasihan Hubby jadi duda."

"Siapa yang jadi duda?"

Serena mendongak, dia menyengir hingga memperlihatkan gigi putihnya. "Hubby sudah datang?"

"Hm, maaf membuat kamu menunggu lama. Mau pulang sekarang?"

"Ayo!"

Di dalam mobil, Serena terus menatap Rayden dari samping yang jujur saja, Rayden merasa salah tingkah terus di pandangi. "Kamu kenapa?"

"Hubby yang kenapa,"

"Aku kenapa memangnya?"

"Kenapa Hubby bisa setampan itu?"

Bibir Rayden berkedut menahan senyum, dia tidak menjawab dan hanya fokus menatap jalan di depannya. "Hubby tampan, pasti banyak wanita cantik yang suka Hubby kan?"

"Kamu salah satunya?"

"Benar,"

"Jujur sekali," lirih Rayden dengan pandangan yang tetap lurus ke depan.

Setelah itu, tidak ada lagi pembahasan di antara keduanya karena Serena yang ketiduran dan Rayden yang fokus pada jalanan di depannya. Sampai, ponsel di saku celana Rayden bergetar. Dia melihat siapa yang menghubunginya dan memilih untuk memasang earphone saja di telinganya.

"Apa?"

"Kau kembali mengajar di kampus, Ray?"

"Iya,"

"Serius?! Akhirnya, kau menggunakan gelarmu dengan baik."

Rayden mendengus, "Tidak ada hal penting yang di bicarakan, aku matikan panggilan."

"Tunggu dulu,"

"Apa lagi?"

"Berarti, kau bertemu Nara?"

Rayden terdiam, dia melirik ke arah Serena yang tertidur dengan sesekali kepalanya maju dan hampir terhuyung jatuh. "Iya,"

"Kau baik-baik saja?"

"Memangnya aku kenapa?"

"Jangan berpura-pura bodoh, Ray. Kau sudah memiliki Serena sekarang, jangan bertindak gegabah. Cukup Lizzy yang bertindak seperti ulat bulu, aku geli jika ada yang lain."

"Nara tidak seperti itu,"

"See, kau membelanya?"

Rayden memijat pelipisnya yang berdenyut, "Hentikan jika hanya ingin memancingku, Ares."

"Kau pernah bilang, jika Psyche lebih memesona dari Aphrodite."

"Ayolah, Ares. Itu hanya candaan dengan Brandon,"

"Tapi Aphrodite-nya kami itu istrimu, Serena dan Psyche yang kau maksud pasti Nara. Lalu Medusa yang aku sebut adalah Lizzy,"

"Ares, hentikan."

"Kau belum melupakannya, Ray?"

***

HAYOLOH ....

SPAM KOMENT YAKK!!

Babayy

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 292K 44
Baca aja. Ngga ada deskripsi. Gatau ilang sendiri.
75.3K 2.5K 44
21+ Adult + Romantis Hidup tanpa keluarga dan berstatus janda tanpa anak membuat Dian menjadi bahan cemohan tetangganya, tapi bagaimana jika semuany...
112K 6.4K 40
Annara Lingga dikenal sebagai putri tunggal yang cantik dan dimanjakan oleh Keluarga Lingga. Selain itu, karakternya yang arogan dan sombong juga sel...
10.7K 671 40
[BIASAKAN FOLLOW SEBELUM BACA, TIDAK MENERIMA PALAGIAT DALAM BENTUK APA PUN❗] Saat pernikahan tinggal satu Minggu lagi,calon istrinya mengalami kecel...