Pengantin Pengganti

By indomieseleramurawr

1.2M 75.2K 804

"Pernikahan itu terjadi atas dasar kontrak bukan cinta, dan aku hanya pengganti bukan pemilik." - Gracellina... More

[01] - Acara Sakral
[02] - Edelweis
[03] - Business Kyle
[04] - Luka Dean
[05] - Tawamu laraku
[06] - Kematian Willy
[07] - Tssalisa Rivana
[08] - Astraphobia
[09] - Perverted Brain!
[10] - Pelik
[11] - Kasus Tssalisa
[12] - Kota hujan
[13] - Tuntutan pekerjaan
[14] - Sidang pertama
[15] - 5w 1h?
[16] - Sakit yang berkepanjangan
[17] - Berbadan dua?
[18] - Minyak panas!
[19] - Titipan Tuhan
[20] - Asmaraloka?
[21] - Retak!
[22] - Menuai rasa
[23] - Siapa aku?
[24] - Riana Andaretha
[25] - Roman picisan
[26] - Selesai
[27] - Dia milikku!
[28] - Apakah dia egois?
[29] - Tombak rasa
[30] - Sepenggal kisah
[31] - Kepingan luka
[32] - Siapa Carla?
[33] - Carla Oktarani
[34] - Risalah hati
[35] - Sebuah balasan
[36] - Berpeluk luka
[37] - About Dean!
[38] - Nestapa lara
[39] - Menepi rasa
[40] - Sehari saja sehati
[41] - Peluk dalam pelik
[42] - Rasa yang hilang
[43] - Bentuk perjuangan
[44] - Menetaplah sebagai pemilik
[45] - Aku pulang
[46] - Kapsul waktu
Info!
[47] - You complete me!
Info penting!
VOTE COVER
Cerita Baru @indomieseleramurawr!
Mampir, siapa tau tertarik!

Extrapart - 143 = I Love You!

29.5K 1.3K 38
By indomieseleramurawr

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu."

- Sapardi Djoko Damono

Iris hitam itu terus-menerus memandang ke arah perempuan cantik dengan senyumnya yang terus merekah, senyum yang tak pernah memudar, candu dan menenangkan. Bisakah dia memilikinya kembali?

Tentu saja jawabannya adalah tidak, bagaimana mungkin perempuan itu akan kembali sedangkan dirinya sendiri sudah menggoreskan luka yang cukup dalam, yang mungkin suatu saat nanti akan menjadi alasan kenapa dirinya dibenci.

Waktu terus berlalu, tetapi hatinya masih tertinggal di masa lalu. Sulit untuk beranjak, padahal perempuan itu sudah menemukan kebahagiaannya, cukup bodoh jika dirinya terus terjebak di dalam perasaan yang terus membelenggu.

Sejatinya, bukan dia yang tak mau pergi dari pikiran, tetapi kamu yang tak ingin beranjak dari masa lalu. "Cinta tak harus memiliki, tetapi jika rasanya sesakit ini akan aku tarik perkataanku waktu itu."

"Aku pikir jika melihatmu tertawa, aku akan bahagia. Nyatanya tetap sama, tawamu adalah laraku."

Di ujung jalan sana, laki-laki itu tersenyum tipis. Ini adalah tahun kedua setelah mereka berpisah, tetapi masih tidak ada jalan bagaimana caranya melepaskan rasa yang tak mungkin terbalaskan itu.

Selang beberapa menit kemudian, langkahnya mengayun-menghampiri seorang perempuan yang saat ini tengah sibuk memainkan ponselnya.

"Maaf aku terlambat." Suaranya tiba-tiba menginterupsi, membuat si empu sedikit terhenyak.

"Tidak apa-apa." Perempuan itu menjawab, ramah.

"Ini sangat canggung. Entah, aku harus memulainya darimana." Laki-laki itu terkekeh pelan, perbedaannya sungguh terasa. Bahkan, untuk mengatakan satu kata pun itu sulit.

"Aku akan mendengarkanmu, jadi bicaralah pelan-palan," jawab Grace, dia tersenyum membuat perasaan Dean kembali berdebar.

Bagaimanapun juga, Grace pernah menyempurnakan hidupnya. Bagi Dean, perempuan yang saat ini tengah duduk di hadapannya itu adalah segalanya, maaf jika laki-laki itu egois. Namun, kenyataannya memang seperti itu.

Dean meletakkan satu buah buket bunga edelweis mini di atas meja, lalu atensinya kembali menatap Grace. "Kau masih ingat ini?" tanyanya, yang dibalas anggukan oleh perempuan itu.

Bunga yang pernah menjadi penyempurna untuk kisah asmara dirinya dengan Dean, bunga yang akan selalu menyimpan hal-hal indah bersama Dean, bunga yang akan terus disukai Grace sampai kapan pun, meski ia tahu bahwasannya cerita mereka telah usai.

"Bagaimanapun juga kamu pernah menjadi yang terpenting dalam hidupku, sebelum semuanya harus berakhir tanpa kesepakatan bersama."

"Tolong simpan bunga ini baik-baik, anggap saja ini adalah hadiah pertama dan terakhir dariku. Meski kisah kita tidak abadi, tetapi makna dari bunga ini tidak akan pernah berubah," tutur Dean panjang lebar.

Grace mengambil bunga tersebut, dipandangnya beberapa detik sebelum matanya kembali difokuskan kepada Dean. "Dey?" panggil Grace pelan, ketika ia melihat bulir bening yang menetes dari kornea coklat milik laki-laki itu.

Tangan mungil Grace meraih pipinya, lalu diusapnya dengan lembut. "Aku tahu ini mungkin berat buat kamu, tapi kamu harus bahagia," ujarnya.

"Aku ingin kamu kembali." Di luar hujan turun begitu deras, tetapi suara Dean terdengar sangat dalam.

"Rasanya aku ingin berkata demikian, menjadi seseorang yang egois yang hanya mementingkan kebahagiaanku sendiri, tapi aku tidak mau melakukannya karena itu akan menyakitimu," sambungnya.

"Aku membeli tiket sekali jalan."

"Kau akan pergi kemana?" tanya Grace yang sedikit terkejut akan keputusan Dean.

"Canada atau mungkin aku akan menghabiskan waktuku untuk menjelajahi dunia," terangnya seraya terkekeh pelan.

"Dean, aku serius."

Dean tersenyum, laki-laki itu meraih tangan Grace. "Aku tidak berniat untuk kembali ke Indonesia. Aku akan menghabiskan sisa umurku di negara orang."

"Kamu adalah semestaku, jadi teruslah bahagia agar aku bisa berpijak selamanya, karena jika kamu hancur maka aku juga akan ikut hancur."

"Selamat tinggal, Edellyn." Senyum perpisahan itu membuat Grace meneteskan air mata, entah rasanya ia merasakan rasa sakit yang Dean rasakan.

Kini, Grace hanya bisa melihat langkah Dean yang semakin mengayun jauh menerobos hujan. Sama halnya dengan laki-laki itu, kakinya melangkah bersamaan dengan rasa sakit.

"Selamat tinggal, Dey," ujar Grace, dengan mata yang masih menatap kepergian laki-laki itu.

"Berat? Kau tidak sanggup melepaskannya?" Suara bariton itu tiba-tiba menginterupsi, seketika arah pandang Grace pun beralih ke sumber suara tersebut.

"Kejar dia, jika kamu masih menyayanginya," ujarnya lagi dengan nada dingin.

Grace menatap laki-laki itu dengan sedikit kesal, perlahan ia mulai melangkahkan kakinya. Namun, tangan kekar milik Ansell berhasil menahan. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya.

"Mengejar Dean, salah?"

Mendengar itu membuat Ansell merasa sangat kesal. "Untuk apa mengejar seseorang yang ingin pergi?"

Kekesalan Ansell bukan tanpa alasan, tentu saja ia kesal karena dirinya melihat interaksi antara Grace dengan Dean, yang berhasil membuatnya cemburu. Bagaimana tidak? Dean menggenggam tangan sang istri, begitupun dengan Grace yang mengusap lembut pipi mantannya itu penuh kelembutan, suami mana yang tidak cemburu?

"Kamu cemburu, 'kan?" tanya Grace dengan kekehan kecil.

"Namanya telah mengisi jajaran huruf di cerita dalam hidup kamu. Jadi, apakah aku tidak boleh cemburu?" tanya Ansell serius.

Grace tersenyum. Lalu berkata,"Dia hanya pamit, Ansell."

"Salam perpisahan tidak harus melakukan physical touch."

"Itu yang terakhir, setelah itu tidak akan pernah lagi."

"Jadi, jika Dean tidak pergi, kamu akan terus melakukannya?"

"Tidak. Bukan begitu, Ansell," sanggah Grace dengan cepat. Kenapa akhir-akhir ini Ansell selalu bersikap berlebihan atau memang Grace yang berlebihan terhadap Dean?

"Coba jelaskan. Maksud perkataanmu bagaimana? Biar aku tidak salah paham."

"Harus, ya?" tanya Grace, dia mulai kebingungan harus darimana menjelaskan kesalahpahaman kecil ini.

"Aku tidak tahu," ujarnya dengan mata berbinar, berharap suaminya itu tidak memperdebatkan masalah ini lagi.

"Lain kali jangan seperti itu. Lupa jika kamu punya aku?"

Grace meraih tangan kekar milik Ansell, lalu menggenggamnya dengan erat. "Aku bahkan bisa menggenggam tanganmu setiap hari, kenapa harus marah hanya karena satu kali genggaman yang bahkan kita tidak akan pernah bertemu dengannya lagi?"

Ansell terdiam. Dia tidak tahu jika Dean akan pergi, karena mereka masih larut dalam kisah kelam yang mungkin tidak akan pernah dilupakan sampai kapan pun, Ansell yang akan terus membenci Dean, sekalipun dirinya sudah hidup bahagia dengan wanita yang dicintai oleh sepupunya itu.

"Gracellina Edellyn." Suara Ansell tiba-tiba menginterupsi, melupakan akan kejadian yang baru saja diperdebatkannya.

"Perempuan yang tidak dengan sengajanya aku nikahi, tetapi kini berhasil membuatku takut kehilangan."

"Aku tahu." Grace tersenyum percaya diri, siapa yang tidak akan luluh padanya?

Mungkin Ansell beruntung dalam mempertahankan rumah tangganya, tetapi ia gagal mempertahankan posisinya sebagai direktur utama perusahaan Kyle, saat ini Ansell tengah berjuang kembali untuk mendapatkan posisi itu meski nyatanya memang tidak mudah.

"Hari ini bukannya jadwal cek kandungan?" tanya Ansell, yang diangguki oleh Grace.

"Sebelum pulang, ada yang ingin kamu makan?" tanyanya lagi. Namun, Grace menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Kenapa tiba-tiba diam?" Ansell tersadar, sedari tadi pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban dari sang istri.

"Aku salah ngomong? Atau masih sedih karena kepergian Dean?"

"Lihat." Grace menunjuk kepada seorang anak kecil yang sedang bermain bersama ayahnya.

"Aku tidak sabar, itu terlalu menggemaskan sampai aku tidak bisa berkata apa-apa," ujar Grace.

"Hanya beberapa bulan lagi, kita akan melihatnya. Jadi, tetaplah sehat." Ansell menjawab.

Ini adalah kehamilan kedua setelah Grace mengalami keguguran tahun lalu, karena terlalu banyak menerima tekanan yang menyebabkan kandungannya melemah. Namun, sekarang Ansell sangat memperhatikan setiap pergerakan sang istri, dia tidak akan membiarkan Grace berpikir terlalu banyak.

Bercermin dari masa lalu, yang sudah memberikannya banyak pelajaran penting untuk laki-laki itu. Terima kasih, karena sudah memberi kesempatan untuk memperbaiki, terima kasih karena sudah bertahan meski pernah terluka, terima kasih untuk perempuan cantik yang bernama Gracellina Edellyn.

Love does not begin and end the way we seem to think it does. Love is a battle, love is a war; love is a growing up.

Continue Reading

You'll Also Like

134K 9.2K 32
(17++) Awalnya sih cuma nolongin sodara yang mau dihajar Cowok Paling berkuasa dikampus, eh kok malah dia yang harus jadi babu si Cowok songong itu? ...
622K 7.3K 28
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...
1.2M 48.3K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
1M 48.1K 46
(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Suatu hal yang paling buruk bagi Atlantik...