Akhir - akhir ini Jihyun sering murung. Ia bahkan menghindari ketiga temannya. Membuat Yuqi menjadi heran sementara Zena dan Tara jadi merasa bersalah. Bahkan Jihyun memilih ke perpustakaan saat istirahat, tidak bergabung makan dikantin seperti biasanya.
"Kayaknya emang ada yang gak beres deh sama Jihyun." Yuqi membuka obrolan disela makan siang bersama Tara dan Zena.
Tara menampakkan wajah khawatir. "Aku takut terjadi apa - apa sama Jihyun," sambungnya.
"Bahkan dia sekarang menghindari kita," tambah Zena.
Berjalan pulang sendirian seperti biasanya, Jihyun menundukkan wajahnya dalam - dalam. Ia bahkan merapatkan hoodienya, menutupi kepalanya menggunakan tudung hoodie dan menutupi wajahnya dengan masker. Seperti aib sedunia, itulah yang dirasakan Jihyun. Apalagi sejak kejadian malam itu. Ia bahkan juga menjadi anak yang pendiam.
_________
"Jihyun, makan dulu nak." Ibu berteriak dari arah dapur melihat anak semata wayangnya pulang dari sekolah.
Tidak mendapat respon dari Jihyun ibu menampakkan raut khawatirnya. Apa selama ini Jihyun kesal karena ia kurang perhatian pada anak itu.
"Anak itu, apa karena aku sering memarahinya ya?" gumam sang ibu sembari fokus pada adonan kuenya.
Jihyun duduk di pinggir ranjangnya, menatap nanar ke arah balkon kamarnya yang terbuka. Angin sepoi - sepoi masuk ke dalam kamarnya.
"Jihyun," panggilan yang familiar itu masuk kedalam telinga Jihyun.
Gadis itu menangis, tangannya menghapus liquid bening yang turun dari pelupuk matanya.
"Maafkan aku," ucap Mark yang memeluk erat gadis itu. Pria itu selalu bisa masuk ke dalam kamar Jihyun melewati atap rumah tetangga.
Jihyun terdiam, gadis itu sudah terlalu lelah untuk berontak.
"Aku takut, bagaimana jika ibu tahu?" tanyanya sambil mendongak pada pria yang tengah erat memeluknya.
Mark menangkup kedua pipi Jihyun. "Ya memang itu rencanaku," ucap Mark menyeringai.
"Dasar idol idiot!" umpat Jihyun.
Tidak peduli berapa kali gadis itu mengumpat, Mark tetap melancarkan aksinya. Mencium lembut bibir yang sudah menjadi candunya, merebahkan gadis itu secara perlahan. Mulai membuka kancing seragam Jihyun satu persatu.
"Harusnya fans mu tau ini," gumam Jihyun kala Mark menatapnya dengan dalam.
Lagi dan lagi bibir Mark bergerak melumat bilah bibir Jihyun yang sangat ia sukai. Tak peduli sang gadis mengumpatinya dengan ratusan kata kasar. Intinya Mark sudah mendapatkan yang ia ingin, yaitu Jihyun.
Terbuai dengan perlakuan Mark ditubuhnya akhirnya Jihyun pasrah, gadis itu mulai membalas ciuman pria diatasnya meski rasanya kaku dan amatir. Tangannya melingkar apik di belakang leher Mark. Mempersilahkan sang pria melumat dalam dan semakin dalam, mengobok mulutnya dengan lidah.
Plak!
"Aku tidak bisa bernapas bodoh, sudahi ciumanmu ahhh."
Sapuan lidah itu turun menyapu kulit leher jenjang Jihyun. Tidak disia - siakan satupun celah kulit gadis itu. Tidak bisa dibohongi bahwa sang gadis sudah terangsang hebat. Terbukti dari kedua putingnya yang tegak seakan menantang untuk dinikmati.
Kepala mendongak adalah ungkapan rasa yang tak bisa Jihyun tutupi. Ia hanya bisa memejamkan mata, tidak mau melihat betapa hebatnya Mark membuat tubuhnya luluh.
Sensasi terengah - engah seperti habis berlari maraton ratusan meter adalah hal yang gadis SMA itu rasakan saat ini. Rasanya seperti ada benda empuk nan basah yang terus menerus memanjakan tubuhnya. Ia hanya bisa mengumpat dan mendesah seiring benda tak bertulang itu bergerak kesana kemari dengan tempo cepat dan lambat tergantung desahan yang gadis itu keluarkan.
"Auhhhh hhahh ahh sebentar," Jihyun menahan kepala Mark yang sudah hendak bermain di area kewanitaannya. Ia meminta izin untuk bernapas sebentar. Suaranya serak karena sedari tadi mendesah.
"Sebentar Mark ahhhh ouuhhh bajingan!" kesalnya karena nyatanya Mark tidak memberinya jeda. Semangat seksual pria itu menggebu, melahap habis kewanitaan Jihyun yang sedari tadi sudah basah karena sensitif.
"Aarghhhhh." Tubuh Jihyun bergetar hebat, rasanya seperti ter electrify. Beruntung kamarnya sangat kedap suara, jadi ibu tidak akan tahu apa yang sedang anak itu lakukan dengan seorang pria. Lebih tepatnya ia mulai menikmati permainan yang dilakukan Mark ditubuhnya.
"Nungging sayang," bisik Mark tepat di telinganya. Gadis itu menghela napas sembari bangkit dari posisi berbaringnya menaikkan pantatnya sehingga Mark bisa dengan mudah menerobos areanya yang sudah tidak perawan lagi.
"Ahhh, pelann plisssh!" mohon nya karena masih kesakitan.
Kepala Mark pening, ia tidak tahu mengapa obsesinya semakin menjadi pada tubuh gadis itu. Ia mengeram rendah berusaha memasukkan benda tak bertulang itu ke dalam lubang Jihyun.
"Ahh shhh," keduanya mendesah keras seiring dengan brutalnya Mark memaju mundurkan penyatuan mereka.
"Ouhh," Jihyun pelepasan lagi tubuh gadis itu sudah tidak kuat menompang posisinya ia ambruk di kasur sembari terengah - engah.
Belum juga puas, Mark membalikkan tubuh mungil itu memasukkan bendanya dari depan. Sementara Jihyun sudah pasrah, ia hanya mampu mendesah sembari menutup mata.
Tubuh Jihyun menegang saat Mark memajukan kepalanya, melumat habis payudaranya yang tersaji bebas di hadapan pria itu.
"Ahhh." Gigitan Mark membuat Jihyun terlonjak, suaranya sudah serak karena sedari tadi mendesah tiada henti.
Penyatuan itu semakin dalam, Mark mendesah keras memajukan posisi kejantanannya sampai mentok di rahim Jihyun. Lama kelamaan milik Mark membesar dan tak lama setelah itu cairan putih kental meledak di dalam rahim gadis itu. Mark memajukan dengan gerakan patah - patah agar spermanya tidak terbuang sia - sia.
🐯
Pagi hari, seperti biasa Jihyun bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia tidak peduli betapa sakitnya kewanitaan miliknya yang semalam di gempur idol gila yang menjadi sasaengnya sepulangnya dari fanmeet itu.
Dunia ini seperti tidak adil bagi Jihyun. Orang-orang mengidolakan kpop untuk bangkit dari keterpurukannya atau menjadi motivasi dalam keseharian. Sementara yang Jihyun dapat, adalah pelecehan dari member grup yang selama ini ia elu - elukan dalam hidupnya. Dan yang paling miris, itu bukan biasnya.
Ibu mengerutkan kening, melihat gerak - gerik Jihyun yang terkesan tidak biasa.
"Jihyun, ada apa dengan cara berjalanmu?" tanya ibu. Pandangannya tak lepas dari setiap pergerakan Jihyun.
Gadis itu menghela napas, otaknya memutar sebuah alibi.
"Kemarin Jihyun jatuh dari sepeda bu, sakit sekali."
Berhasil, sang ibu tidak penasaran lagi. Karena memang Jihyun itu gadis ceroboh jadi akan terus ceroboh. Dan jika alasannya jatuh itu tak membuat ibu mengeluarkan beribu pertanyaan.
Selesai mencuci piring, Jihyun berniat pamit kepada ibunya. Ia berjalan tertatih menuju ke kebun belakang rumah.
"Ibu, Jihyun mau pamit."
Sang ibu yang sedang berkutat dengan tanamannya mengangguk.
"Tidak usah bersalaman nak, tangan ibu kotor."
Mengangguk, Jihyun kembali berjalan keluar rumah. Namun, baru sampai di ruang tamu gadis itu merasakan pusing luar biasa beserta mual yang tak tertahankan. Ia menahan perutnya kemudian berlari menuju kamar mandi ruang tamu.
"Hoooeeekkk hoekk!"
Muntah.
Makanan yang telah Jihyun telan tadi keluar semua melalui mulutnya. Gadis itu memijat pelipisnya, membasuh mulutnya di wastafel. Mual itu kembali datang menyerang. Jihyun segera membuka penutup toilet.
"Hoeeeeekk hoekk!"
Suara orang berlari mendominasi pendengarannya. Sang ibu menatap Jihyun dengan guratan khawatir. Memijat tengkuk sang anak yang terus menerus mengeluarkan isi perutnya.
Bisa dilihat air muka ibu Jihyun sangat khawatir. Ia segera menelpon dokter langganannya setelah membantu sang anak duduk di sofa ruang tamu sembari membantunya minum segelas air.
Yeoboseo
Anakku tiba-tiba muntah - muntah, bisa kau datang kesini?
Eoh?
Iyaa secepatnya, cepatlah Kang Sujin aku sudah sangat khawatir.
Baiklah, hati - hati di jalan.
Telepon terputus, fokus wanita paruh baya itu kembali pada sang anak yang sedang memejamkan mata. Bisa dilihat Jihyun kelelahan memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Jihyun, apa kau salah makan kemarin?" tanya sang ibu sambil membuka beberapa kancing seragam Jihyun mengoleskan gadis itu dengan minyak aroma terapi agar lebih rileks.
Ting tong...
Mendengar bel rumah berbunyi, Ibu Jihyun bangkit dari posisi duduknya membukakan pintu rumah.
___________
Kang Sujin menatap iba pada Jihyun, satu hal yang menjadi fakta. Ia tidak mampu memberikan kabar mendadak pada kedua wanita yang ada di hadapannya.
"Kim Jihan, anakmu hamil."
Prang!
Gelas berisi teh camomile kini jatuh bebas di lantai keramik. Hancur berkeping-keping seperti hati anak dan ibu yang terpukul dengan kenyataan ini.
Ibu Jihyun sampai tidak bisa berkata, apa ia terlalu membiarkan Jihyun hingga anak itu melakukan hal yang tak semestinya dilakukan? Apa ini salahnya karena kurang perhatian dengan anak semata wayangnya itu.
"Siapa ayahnya?"
Tangan Jihyun bergetar hebat, air mata mengalir deras dari pelupuk mata. Dahinya berkeringat melihat raut wajah sang ibu yang syok.
Gadis itu menggeleng patah - patah.
"Kim Jihyun! Siapa ayah dari bayi yang kau kandung itu?" bentak sang ibu sambil meledakkan tangis.
"Ibu, maafkan Jihyun hiks!"
"Jihyun ak-"
"Aku ayahnya!"
Kedua wanita itu terlonjak kaget melihat seorang pria yang tiba-tiba masuk kedalam rumah.
Mata ibu Jihyun melebar sempurna, tangannya menutup mulut. Tak mampu berkata apa - apa.
"Kau bercanda nak?"
"Aku tidak bercanda ibu, akulah yang menghamili anak ibu, Kim Jihyun."
🐯 My Idol Is Sasaeng 🐯
To be continue!
Ceritanya kurang nge feel yah?
Entah ini aku lagi mode insecure atau apa. Rasanya kehilangan feeling.
Tapi, tetap tinggalkan jejak Juseyo!
Rara mabok Dreamies 。・:*:・(✿◕3◕)❤
Everyday mabok NCT (✿ ♥‿♥)
Duh mas Chenle guanteng banget anjirrrr (✿ ♥‿♥) gabakal oleng!