About Barra 2 [TAMAT]

De najeealee

27K 2.2K 452

Kembali lagi bertemu dengan pria dingin Barra Sebastian Alexander dan perempuan yang selalu ceria, siapa lagi... Mai multe

6 November 2020
berbeda dari yang lain
pinter katanya
hamster baru
penguat
cuma sama Alisha
'sha'
12 panggilan
sakit
cemburu ceritanya
kupu-kupu
soal Biel
baikan sama Maudy!
tunangan Biel
nama kontak
pingsan beneran
kelas akselerasi
pasti ada alasannya
marahan
ala Barra
the reason is
perkara i love you
ape nih...
cara Barra
bukan Barra
see you Kevin!
keluh kesah
jangan ambil punya aku
quality time!!
perkara foto
kecelakaan
resikonya
overthinking
ribut lagi ribut lagi
disalahkan, lagi
putus....?
bagi capenya
gagal
dibalik gagal dinner
pinjem peluk
lucuan kue Barra
barra's effort
kura-kura
who?
lagi jenuh katanya
kejutan-kejutan pertama
terlalu semangat
beberapa fakta lainnya
first meet
masa lalunya (?)
fakta sebenarnya
rahasia pertama
rahasia kedua
deep talk
juara dua
Barra saying 'sayang'
Barra ngilangin gengsi
tiba-tiba?
semua punya alasannya
gelang edelweis
after broke up
it's too hard
let her go
acara kelulusan
alasan kuliah di Berlin
Gabriel and Ferra's wedding
keberangkatan Barra
memperlambat perpisahan
time flies
a letter from Alisha
setelah enam tahun
Nanda, si masih sama
reuni
satu kantor
satu apartemen
ketemu bunda!
kebongkar
rahasia berikutnya
the only truth 1
the only truth 2
Kavindra
istirahat ya
kembali
masih ada?
pdkt beneran
lahir kembali+Maudy's wedding
pemenangnya
dua minggu pertama
deep talk #2
pulang kepada-Nya
pemakaman
Maudy's Pregnant
fiancé
finally, the ending
extra part
iklan

Alisha mode PMS

206 17 6
De najeealee


SELAMAT PAGIII😻💘💐

HAPPY WEEKEND GAISSS, AKU UDAH LIBUR YEYY😻😻



Setelah salting dan ledek-ledekan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang karena sudah jam lima sore. Barra bilang nanti malam tidak jadi pergi, jadi mereka di sekolah sampai sekarang.

Alexander pasti tidak akan memperbolehkannya keluar jika sudah pulang telat begini.

"Bar, bentar dehh" ucap Alisha merasakan sesuatu yang tidak enak. "Aku ke toilet dulu yaa"

"Berani?"

"Berani lahh" ujar Alisha cepat. Barra hanya bisa melihat gadis itu yang berlari ke toilet.

Ia membuka ponselnya, belum ada chat dari papahnya. Terakhir hanya pesan Barra saja.






"Aduh mampus gue..." Ucap Alisha menepuk jidatnya. "Duh ngga ada orang lagi"

Perempuan itu mondar-mandir di kamar mandi sambil celingukan, bingung harus melakukan apa. Ya kalian cewek-cewek pasti tau Alisha kenapa. Iya, menstruasi.

Masalahnya ia tidak membawa satupun pembalut, karena jadwal Alisha harusnya tidak tanggal segini. Sekolah juga sudah sepi, keputusan terakhir ialah meminta tolong pada Barra.

"Tapi malu ngga sih..."

"Ah gapapa lah, chat aja" akhirnya perempuan itu nekat. Daripada saat di motor nanti malah nyeplak di motor Barra, lebih bahaya bukan?

Syukurlah. Alisha bernafas lega melihat jawaban Barra. Alisha pikir pria itu akan malu dan tidak mau membelikannya.

🌼🌼🌼

Di lain tempat Barra sedang dihadapkan pada benda yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Hanya sepintas saja, dan kini ia harus memilih satu diantara banyaknya pembalut disini.

Alisnya mengernyit melihat perbedaan apa yang ada di pembalut itu. Alisha juga tidak berpesan apa-apa mengenai merek dan ukurannya.

"Maaf mba, kalo buat menstruasi yang mana ya?"

Pegawai itu terkekeh. "Ini semua buat menstruasi kak"

"Ohh" ucap Barra. "Kalo buat hari pertama ukurannya apa?"

Pegawai itu mengambilkan satu pembalut, ada tulisan 35cm disana. "Ini kak, buat pacarnya atau mamahnya?"

"Pacar saya, makasih ya mba" jawab Barra segera pergi.

Kini ia ke tempat minuman. Meneliti dan mencari satu botol yang waktu itu Tania pernah minum saat menstruasi hari pertama. Tak perlu waktu lama, matanya yang tajam itu mampu menemukan kiranti.

Bersyukur saat itu Barra bertanya pada Tania tentang minuman apa yang gadis itu minum saat menstruasi. Soalnya Alisha juga kadang mengeluhkan sakit perutnya.

Beberapa mata memandang Barra. Terutama ibu-ibu, bahkan ada yang bilang seperti ini:

"Ganteng-ganteng mau disuruh aja sama perempuan ya,"

"Justru lucu tau"

"Idaman banget anjir lah, cowok gue mana mauu"

"Ih ibu mah kalo punya anak perempuan, ngga boleh tuh suruh-suruh cowok buat beli pembalut, emang ngga malu sebagai perempuan?"

Barra hanya pura-pura tidak mendengar omongan sampah barusan. Baru kali ini sepertinya Barra di omongin sama orang yang negatif, dan kupingnya panas akan itu.

Barra langsung buru-buru membawa motornya ke Pelita. Alisha sudah protes kalau Barra sangat lama.

Tanpa menanyakan apapun lagi, Barra langsung menuju toilet perempuan yang berada di belakang. Tenang, ia tidak masuk. Ia hanya mengetuk pintu depannya saja.

Alisha menampilkan matanya dan langsung mengambil kantong plastik yang dipegang Barra. "Kamu tunggu sana aja"

Barra mengangguk. Bukan sekali dua kali ia kena imbas saat Alisha sedang menstruasi seperti ini. Waktu itu pernah, chat Barra benar-benar tidak dibalas seharian membuat Barra memastikan secara langsung. Ternyata gadis itu seharian tiduran di kasur karena nyeri perutnya.

Tak lama, Alisha datang.

"Makasihh. Btw kamu tau darimana kiranti?"

"Waktu itu Tania pernah minum. Mau beli obat dulu ngga?"

"Hah? Siapa yang sakit?"

"Kamu"

"Hahh?"

"Kamu sakit ngga perutnya, Alisha?" Tanya Barra lebih lembut. Daripada kena ulti mending dia yang lembut duluan.

"Belum"

"Yaudah mau jajan?"

"Orang lagi datang bulan malah jajan. Pulang aja, ntar keburu aku sakit perutnya" omel Alisha.

Barra mengangguk. Pria itu membawakan tas Alisha dan menggandeng tangan gadis itu. Dapat dipastikan Alisha akan berubah menjadi seekor singa kedepannya. Yang perlu dilakukan Barra ialah, tidak berbicara apapun yang bisa menyinggung gadis itu.

"Ish kok diem aja? Marah ya aku suruh beli?"

Kan. Padahal Barra udah diem.

"Engga, Sha. Aku fokus nyetir dulu yaa"

"Biasanya juga sambil ngobrol gapapa. Kamunya aja ganiat kali"

Barra tak membalas. Dari spion ia melihat wajah Alisha yang sudah ditekuk. Sejujurnya agak takut kalau Alisha sedang mode pms gini...

"Mampir gak?" Tanya Alisha. Sudah sampai dirumahnya.

"Engga, aku mau langsung pulang. Kamu mau tiduran kan?"

Alisha mengangguk. "Tas aku"

Barra turun dari motor. "Ayo aku bawain aja"

Alisha menurut. Ia melepas sepatu dan melihat Barra yang menaruh tasnya di ayunan dekat pintu masuk. "Beneran ngga mau mampir?"

Barra menggeleng. "Takutnya udah ditungguin papah"

"Yaudah, pulang sana"

Kan....kan...dibilang juga apa. Ini sisi lain Alisha kalo lagi datang bulan.

Barra mengacak-acak rambut Alisha. "Pulang dulu yaaa, nanti malem aku telpon kalo sempet"

"Kalo sempet??"

"Maksudnya, aku telpon langsung"

"Kalo sempet??"

"Al..."

"Mau kemana kamu?" Ketus Alisha.

"Aku ngga kemana-mana, takutnya nanti fasilitas aku diambil papah sebagai hukuman" jelas Barra.

"Yaudah, makannya pulang aja sekarang biar ngga di hukum"

"Iyaaa, pulang dulu yaaa. Kalo mau apa-apa chat aja"

Alisha mengangguk. Perempuan itu bahkan masuk duluan padahal Barra belum menyalakan motornya. Yang bisa dilakukan Barra ialah menghela nafas.

🌼🌼🌼

Barra mematikan motornya. Melihat beberapa mobil yang terparkir di halaman depan dan garasinya. Biasanya Alexander kalau meeting tidak pernah dirumah, lantas siapakah ini?

Ia memutuskan untuk lewat pintu belakang. Perbincangan dan gelak tawa memasuki indra pendengaran Barra.

"Bi"

"Eh, loh? Kok lewat sini, Den?"

"Itu siapa?"

"Aduh bibi kurang tau, tamu penting tuan pokoknya, Den"

Tamu penting? Memangnya ada tamu tidak penting bagi Alexander?

"Nah, ini dia anak saya. Barra! Kemari" panggilnya.

Orang-orang itu menatap Barra dengan senyuman. Beberapa diantara mereka memberikan pujian.

"Duduk dulu, Bar" suruh Alex.

Barra duduk disamping Gia. Ia berbisik. "Ada apa, mah?"

"Begini Barra, melihat prestasi kamu yang sudah sangat terkenal dan beragam itu membuat kita tertarik buat nawarin beasiswa untuk kuliah nanti. Sebenarnya berkas ini sudah di urus dengan papahmu dari tahun lalu, kalau Barra sendiri maunya gimana?" Salah satu pria berbadan besar dengan dasi di bajunya itu menjawab pertanyaan Barra.

"Saya ngga masalah, asal di Jakarta"

"Kalo itu gampang, Bar. Tapi untuk jurusannya kira-kira mau ambil apa nih?"

Sejujurnya Barra benci pertanyaan ini. Apalagi melihat wajah mereka yang sangat mengharapkan kalau Barra mempunyai gambaran yang jelas akan masa depannya. Padahal, Barra hanya mengikuti alur Alexander selama ini.

"Bisnis palingan, pak"

"Wah mau jadi kayak papahmu ya. Keren-keren, abis itu ada lain lagi? Kita sekalian wawancara sebentar yaa"

"Manajemen"

"Okee. Kalo misalnya nih, kamu lulusnya paling awal diantara temen-temen kamu, gimana tuh? Soalnya beasiswa ini bakal di daftarin bulan Maret. Kemungkinan April udah pengumuman, ya kalo kamu masuk, kamu lulus SMA jadinya bulan April. Kira-kira bersedia ngga?"

"Hanya beda satu bulan, Bar. Lagipula biasanya April juga udah ujian sekolah kan" sambung Alex.

"Boleh kasih saya waktu atas pertanyaannya?"

"Boleh dong. Besok kamu sampaikan lewat papahmu ya. Nah pertanyaannya selan-"

"Apa tidak bisa ambil hari lain? Daftar pertanyannya masih banyak kan?" Potong Barra membuat Alex menatap anaknya.

"Ah iya, mohon maaf bapak-bapak. Barra sepertinya sedang capek abis ada acara di sekolahnya, jadi kita minta waktu lain hari ya? Tidak jadi masalah kan?" Tanya Gia. Ia tau Barra tidak nyaman ada orang-orang ini dirumahnya.

"Baik, nanti kita negosiasi saja ya pak Alex. Kalau begitu maaf mengganggu waktunya, kami pamit"

Alex mengangguk. Mengantar orang-orang itu sampai depan. "Jangan masuk ke kamar dulu" ucapnya pada Barra.



"Kenapa ngga kasih tau Barra, mah?"

"Mamah juga ngga tau, sayang. Mamah kira itu kolega papahmu kayak biasa, cuman kok bawa-bawa banyak kertas terus ada tulisannya dari kelembagaan pendidikan"

Barra menghela nafasnya. Setelah tidak mau maju saat Barra diumumkan menadapat juara, sekarang malah seperti ini?


"Bicara kamu kurang sopan tadi sama mereka. Mereka tuh dateng kesini baik-baik" suara siapa lagi kalau bukan Alex.

"Lagian darimana saja kamu? Jam lima sore baru pulang, ke rumah sakit? Atau ke kakakmu itu?"

"Sudah lihat hasilnya kan? Juara dua dengan selisih 0,45 poin. Gimana bisa?"

Barra masih menatap Alexander secara lekat tanpa mau menjawab. Membiarkan pertanyaan-pertanyaan itu keluar dari mulut papahnya.

"Beasiswa itu diincar semua orang, Barra. Mereka jauh-jauh, malah kamu usir. Sudah merasa diatas kamu?"

"Apa yang membuat kamu bangga? Juara dua?"

"Udah? Boleh Barra nyampein pendapat?"

Alex diam.

"Pertama, anak mana yang bisa fokus belajar saat orang yang melahirkannya lagi koma? Anak mana pah? Anak mana yang bisa dipaksa buat les sambil ngeliat kondisi ibunya yang semakin parah?"

"Papah pikir aku ini robot ya? Yang kalo capek tinggal diisi baterai. Papah pernah mikir ngga, selama ini papah ngedidik aku kayak gimana? Papah pernah intropeksi diri ngga? Pernah ngga papah ngakuin kesalahan papah ke aku? Pernah ngga?" Tanya Barra. Pria itu sudah berdiri dengan keringat dingin yang menjulur. Ia berusaha menguasai diri untuk tidak mengatakan hal diluar batas.

"Bahkan papah aja gamau maju kan? Cuman karena aku juara dua, papah ngga mau maju. Sebikin malu itu kah?"

"Selama ini aku turutin maunya papah, harus ini iya, harus itu iya. Tapi kemarin pas bunda sakit, aku bener-bener gabisa pah. Aku gabisa ninggalin bunda demi les olimpiade, aku gabisa fokus belajar, aku gabisa dan papah juga harusnya ngerti gimana keadaannya waktu itu. Tapi aku salah, ternyata papah ngga akan pernah ngerti dan ngga mau coba buat ngerti"

"Kaget aku ngomong kayak gini?" Tanya Barra melihat Alex yang hanya terdiam. Bahkan Gia pun tak tau harus melakukan apa.

"Aku juga manusia kalo papah lupa," ujar Barra mengakhiri perkataannya. Ia langsung naik ke atas menuju kamarnya. Nafasnya memburu, keringatnya mengucur, belum pernah sebelumnya seperti ini.

Tapi ia sudah cukup muak dengan kelakuan papahnya sendiri akhir-akhir ini.

tbc

ketemu minggu yupp

kayanya alurnya bakal gue cepetin deh buat ngejar target chapter soalnya....

Continuă lectura

O să-ți placă și

1.5M 129K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.7M 275K 64
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
HERIDA De Siswanti Putri

Ficțiune adolescenți

606K 23.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
4.1M 317K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...