AREGA [End]

By kastarasa

75.5K 6.1K 1.9K

‼️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA‼️ Happy Reading 🧡 "Gue suka lo...." "....mulai hari ini lo pacar gue," "Hahaha... More

prolog
01| Di hukum
02| Belajar Bareng?
03| Belajar
04| Suara Emas Alysa
05| Timezone
06| Jadian
07| Hujan.
08| Balapan
09|Jadi Kapan Putus?
10| Karena Pantai Itu Tenang
11| Main Basket Bareng
12| Diga Kenapa?
13| Baikan
14| Kembali ke sekolah
15| Telat
16|Makan Bakso
17| Siapa Dia?
18| Zidan lagi?
19| Dihukum pak Amir
20| Hari pertandingan
21| Rehan Bertengkar
22| Debat calon ketua osis
23| Tragedi Memalukan
24| Hangout
25| Celaka
26| Tawaran Pak Amir
27| Kak Dimas Pembawa Petaka
28| Hari Pertandingan Alysa
29| Adik kelas Centil
30| Rumah Nadila
31| Asep Koma
32| Hadiah kecil
33| Hari Ulang Tahun Diga
34| Devigos
35| Putus?
36| Gavin Bucin Mode On
37| Ketua Basket
38| Balas Dendam
39| Dia sakit apa?
40| Rencana Gavin
41| Tradisi Sekolah
42| Dunia repot
43| Upacara Terakhir.
44| Tuduhan Palsu
45| Serangan Ralax
46|Menguatkan diri
47| Siapa?
49| Alasan putus
50| Curiga
51| Misteri
52| Hari kelulusan
53| Terungkap
54| Kembali Pulang
55| The end
Extra part: Selamat jalan
Surat Kecil dari Arega
INFO!!!!!
COMING SOON?????

48| CCTV

600 39 0
By kastarasa

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

Gavin tiba di sebuah kosan khusus putri, untuk mengantarkan Neysya pulang. Gavin menunggu Neysya masuk terlebih dulu sebelum dirinya pergi, memastikan gadisnya aman.

Gavin menyerngit, melihat seorang pria yang menghentikan langkah Neysya, buru-buru Gavin melepas seatbelt dan turun menemui Neysya.

"Lepas," Intruksi Gavin menghentikan pergerakan pria itu.

Gavin memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. "Anda siapa?" Tanya Gavin yang masih berusaha tenang.

"Saya pengacara mamanya Neysya, Neysya di minta pulang ke rumah," Jelas pria tersebut.

Gavin menarik Neysya ke sebelahnya. Menggenggam erat tangan Neysya. "Neysya ikut sama saya,"

"Hak apa kamu?" Tanya sosok wanita yang baru keluar dari mobil, Mama Neysya.

Tanpa menjawab pertanyaan dari mama Neysya, Gavin lansung menarik Neysya ke arah mobilnya. "Heh mau kemana kamu!"

Neysya menghentikan langkahnya, membuat langkah Gavin juga ikut terhenti. "Kenapa?"

Neysya mendongkkan kepalanya menatap Gavin."Kita mau kemana? Aku gak punya tempat lain selain ini vin,"

"Tenang, aku tau tempat aman,"

Gavin memegang kedua bahu milik Neysya, menatap manik matanya lekat. "Kamu percaya aku kan Ney?"

Neysya hanya mengangguk lesu dan lansung masuk ke dalam mobil Gavin tanpa melirik ke belakang lagi.

Mobil Gavin meluncur membelah ibu kota, tidak ada yang membuka pembicaraan sepatah katapun, mobil tersebut hanya melaju dalam keadaan hening.

Melihat Neysya yang sejak tadi memandang keluar jendela membuat tangannya tergerak menggenggam tangan milik Neysya, mengelusnya pelan punggung tangan Neysya. Merasa ada yang mengenggam tangannya, hanya membalasnya dengan senyuman tipis seolah berkata dia baik-baik saja.

Gavin memberhentikan mobilnya di sebuah bangunan megah dah mewah, yaitu di sebuah hotel ternama.

"Vin?" Neysya menatap ragu kearah Gavin, kenapa dirinya malah di bawa ke hotel.

"Hm?" Gavin hanya berdehem sambil melepas seatbelt.

Gavin tau apa yang sedang Neysya pikirkan. "Tenang aku gal bakal macam-macam kok, kamu doang yang masuk,"

Sebelum turun Neysya kembali mencekal pergelangan tangan Gavin.
"Kenapa sih? Ayo turun,"

"Bentar,"

"Kayaknya ini terlalu jauh deh vin,"

"Ney, berhenti ngomong macam-macam, turun sekarang," Tegas Gavin.

Gavin menggandeng tangan Neysya memasuki lobby hotel dan memesan satu kamar untuk Neysya.

Gavin menyodorkan kunci kamar yang baru di dapatnya tadi. "Malam ini kamu tidur di sini aja dulu ya, aku cariin kosan baru besok,"

"Kamu?"

"Ya pulang, emang mau aku nginap disini juga?" Tanya Gavin dengan nada menggoda.

"Enak aja," Neysya menolak bahu Gavin pelan.

Gavin terkekeh melihat raut panik Neysya. "Bercanda, aku pamit pulang ya,"

Tanpa disadari sedari tadi sepasang mata melihat interaksi dua sejoli tersebut dan memotretnya.

Cekrek....

*****

Di sinilah kedua insan manusia yang sedang dihadapkan dengan wajah serius milik Bu Iren.

Neysya sejak tadi hanya menundukkan kepalanya memainkan jarinya, tidak berani melihat raut murka milik Bu Iren.

"Jadi apa yang kalian lakukan di hotel?" Tanya Bu Iren, mengintrogasi keduanya.

"Gak ada buk," Jawab Gavin santai.

"Kalo gak ada ngapain ke hotel segala? Pake baju sekolah lagi,"

"Ada urusan Bu dan kami tidak melakukan apapun seperti yang ibuk pikirkan sekarang," Jelas Gavin.

"Ya urusan apa? Jelaskan," Tuntut Bu Iren.

Gavin memijit pangkal hidungnya, bingung harus menjelaskannya, Neysya tidak mau masalah keluarganya di ketahui pihak sekolah. "Saya gak bisa jelasin, tapi yang jelas kami gak ngelakuin apapun,"

"Berarti kalian siap jika harus menjelaskannya di depan orang tua kalian," Keduanya terbelalak kaget dengan keputusan yang di buat oleh Bu Iren.

"Gini aja deh Bu, saya datang lain kali dengan saksi yang cukup membuat ibu yakin,"

"Okey saya tunggu. Sampai kapan?"

"Besok," Putus Gavin cepat, padahal dirinya saja masih bingung harus mencari bukti dimana.

"Dan sampai besok tidak ada laporan apapun ke orang tua kami," Sambung Gavin tegas.

*****

Gavin dan Neysya kini kembali di kelilingi dengan berbagai pertanyaan yang di beberkan kepada mereka berdua.

"Gue gak tau lo senakal itu vin," Asep yang seolah merasa syok.

Alysa menatap Gavin dengan penuh amarah. "Lo bawa Neysya ke hotel?"

"Lo apain Neysya hah?" Tanya Alana yang kini juga sudah mengeluarkan kilat murka dari matanya.

"Boleh gue jelasin dulu gak sih?" Tanya Gavin kesal, pasalnya sedari tadi dirinya hanya mendengar tuntutan saja.

"Tau ni kunyuk berdua, ngerocos aja," Ucap Nadila menunjuk Alana dan Alysa.

Gavin dan Neysya menjelaskan semuanya dari awal hingga akhir tanpa kurang sepatah kata pun dihadapan sahabat mereka, sahabat Diga pun akhirnya mengetahui apa yang sekarang tengah Neysya hadapi, tentu Gavin menceritakan itu dengan seizin Neysya

"Terus kok Bu Iren bisa tau?" Tanya Nadila heran.

"Itu yang masih gue bingung,"

"So, sekarang kita harus apa?" Tanya Alysa.

"Bantu gue jadi saksi ke Bu Iren, kalo gak, orang tua gue sama Neysya di panggil. Kalian tau kondisi keluarga Neysya kan?" Semua mengangguk paham.

"Soal jadi saksi itu gampang, semua orang bisa ngomong. Kita butuh bukti yang lebih dari itu?" Ucap Alysa, mereka mengangguk setuju, semua orang bisa mengarang cerita apapun.

"Apa?" Tanya Leo.

"Rekaman cctv lobi hotel?" Usul Alysa.

"Gue bisa tanganin itu," Tawar Diga santai.

Neysya menatap sekelilingnya, merasa tidak enak karena semua harus berusah payah hanya karena dirinya."Maaf ya gue jadi ngerepotin kalian,"

Alana tersenyum tipis, bangkit dari kusinya, merangkul bahu Neysya santai. "Emang sih banget malahan. Tapi gue dan kita semua ini di sini ada karena emang mau di repotin sama lo, it's okay Ney,"

Alysa tersenyum tipis, hatinya lega, Neysya ada di tangan yang memang tepat. Gavin menepati janjinya. Melindungi Neysya dari hidupnya dan Neysa kembali memukan kebagiannya perlahan.

"Siapa yang bisa temenin gue ke alamat hotelnya?" Tanya Diga.

Dinda tersenyum penuh makna dan lansung menunjuk Alysa. "Alysa tau, lo bisa bantu kan Al?"Dinda menyenggol bahu Alysa pelan.

Alysa melirik Dinda aneh. "Kenapa harus gue?"

"Soalnya kita ada urusan semua," Jawab Dinda.

"Urusan apaan?" Tanya Alysa semakin aneh dengan gelagat Dinda.

"Udah ada deh, pokoknya lo aja yang pergi," Desak Dinda.

"Gue kayanya simpan deh alamatnya," Alysa lansung buru-buru membuka handphonenya, berharap dapat apa yang di carinya.

"Ada gak al?" Tanya Dinda kepo. Alysa mengotak-atik isi handphonenya untuk mencari alamat hotel tersebut ternyata nihil, hingga Alysa membuka sosial media hotel tersebut dan menemukannya.

"Ada ni," Alysa menyodorkan hanphonenya dengan sumbringah.

"Nanti kalo lo kasih alamatnya gitu, Diga malah nyasar, lagi nyetir lagi ngeliat handphone, belum lagi kalo nyasar harus nanya-nanya , susah kali Al. Lagian kenapa sih gak lo aja yang pergi?" Rasanya Alysa hendak menyumpal mulut Dinda dengan bakso sekarang juga, karena sejak tadi dirinya sangat heboh.

"Udahlah al, lo aja yang pergi," Dinda kembali mendesaknya untuk pergi.

"Emang kenapa sih gak lo aja yang pergi?" Tanya Dinda yang menyudutkannya.

Alana menatap kesal Dinda kini yang mencoba membuat Alysa dan Diga berduaan. "Gue aja bisa kok," Alana menawarkan diri.

Diga menganggukkan kepalanya. "Yaudah boleh," Alysa tersenyum kemenangan, untung saja ada Alana yang menyelamatkannya.

"Loh lan? Lo janji mau nemenin gue kan hari ni," Senyum di bibir Alysa kembali luntur mendengar apa yang dikatakan Nadila.

"Tuh kan, udah lo aja al," Alysa berani bertaruh jika Nadila dan Dinda tengah bersekongkol kini.

"Iyaa al. Gue mau nemenin Neysya cari kos juga," Ucap Gavin.

Alysa hanya bisa mengangguk pasrah kini, tidak ada jalan keluar lain bukan?
"Iyaa boleh aja sih gue yang pergi. Mau pergi sekarang?"

Diga mengangguk dan lansung berjalan lebih dulu. "Iyaa biar besok kita lansung ke Bu Iren,"

Di dalam mobil berisikan dua insan manusia di dalamnya yang sejak tadi hanya berdiam diri saja, tidak ada yang membuka pembicaraan atau hanya sekedar menanyakan kabar, tapi memangnya untuk apa menanyakan kabar? Toh mereka sekarang bukan siapa-siapa.

Jalanan ibu kota yang padat hari ini karena memang sedang jam pulang kerja membuat mereka lebih lama tiba di tempat tujuan, itu berarti membuat mereka semakin lama juga terjebak bersama, rasanya Alysa ingin sekali menyingkirkan semua mobil yang menghalangi jalan mereka.

Hujan rintik-rintik mulai turun membasahi jalan, membuat keadaan yang semulanya sudah dingin menjadi lebih dingin kini.

"Di depan belok kiri," Diga mengangguk paham. Setelah setengah jam keduanya saling bungkam, hanya itu kata yang Alysa keluarkan.

Alysa dan Diga tiba di depan hotel tempat dimana Gavin mengantar Neysya semalam.

"Ayo turun," Ajak Diga. Alysa mengangguk dan turun dari mobil.

Saat memasuki pintu lobby hotel, keduanya di sambut dengan bangunan megah, lampu gantung besar dan mewah,siapapun pasti bisa menebak harga perkamar di sini, Alysa dan Diga mendekati meja resepsionis untuk menanyakan tentang cctv. "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis tersebut ramah.

"Saya mau minta vidio cctv di sini," Ucap Diga to the point.

Tampak resepsionis tersebut mengerutkan keningnya heran. "Maaf sebelumnya, atas kepentingan apa ya mas?"

"Penting deh mas pokoknya," potong Alysa.

"Mohon maaf tidak bisa karena itu bagian dari keamaan kami yang tidak boleh di ganggu gugat,"

"Ini masalah penting gawat genting bin ribet loh mas, boleh ya mas? Kita gak liat yang lain-lain kok, janji deh,"

"Mohon maaf mbak tidak boleh,"

"Mas, pelit-pelit ntar kuburan mas sempit loh," Ancam Alysa.

"Mohon maaf mbak tetap tidak boleh,"

"Pelit amat sih mas jadi orang, "

Diga menatap tajam gadis disebelahnya tadi, pasalnya sejak tadi ucapan Diga selalu di potong. "Bisa tenang bentar?"

Alysa mengerucutkan bibirnya. "Okey, sorry,"

"Boleh saya ketemu sama atasan di sini?" Alysa menganga mendengar pertanyan Diga, niat awalnya hanya ingin mengambil rekaman cctv kenapa jadi bertemu atasan hotel.

"Atas kepentingan apa ya mas?" Tanpa menjawab pertanyaan resepsionis tersebut Diga lansung mengambil dompet di sakunya, menyodorkan kartu namanya.

"Silahkan lewat sini pak,"

"Diga, panggil aja itu, saya masih muda,"

"Gue tunggu di sini," Diga mengangguk mengiyakan.

Resepsionis tersebut menuntun Diga ke sebuah kedepan pintu, yang Diga yakini ini adalah atasan dari hotel tersebut.

"Permisi pak, ada yang ingin bertemu," Ucap repsionis tersebut sopan dan lansung meninggalkan ruangan.

Diga tersenyum ramah. "Selamat sore om, saya Arega. Kita pernah ketemu di pertemuan rekan kerja?"

"Ohh iyaa saya ingat, anaknya Andre kan? Silahkan duduk,"

"Andre apa kabarnya?"

"Baik om,"

"Syukurlah, jadi apa yang bisa om bantu?"

"Kebetulan ada om. Bukan maksud saya lancang menganggu keamaan dan privasi dari hotel ini, tapi saya butuh rekaman cctv kemarin,"

"Buat apa kalo om boleh tau?"

Diga menceritakan sepintas kejadian yang sedang menimpa sahabatnya kemarin.

"Saya ngerti, ayo saya antar ke ruang cctv,"

Saat keluar dari ruang cctv dan mengambil semua bukti yang mereka butuhkan, bertepatan dengan itu Gavin sedang mengantar Neysya.

"Udah beres Ga?"

"Udah, nih filenya," Diga menyodorkan sebuah flash yang berisikan rekaman cctv ke pada Gavin.

"Thanks ya Ga," Diga hanya mengangguk mengiyakan.

"Kalo gitu kita balik ya," Pamit Diga.

"Okedeh, hati-hati bro,"

Alysa turun dari mobil milik Diga, tidak lupa mengucapkan terimakasih. Saat Alysa tengah mencari kunci rumah yang berada di dalam tasnya

Dinda calling....📞

Handphone Alysa berbunyi, menampikan nama Dinda. Alysa menggeser tombol hijau dan menempelkannya di telinganya.

"Iyaa apaan?" Tanya Alysa yang masih mencari kunci rumahnya.

"Kayanya lo punya cerita deh buat gue,"

"Cerita apaan?"

"Soal tadi?"

"Apaan sih lo?"

"Diga bego," Kesal Dinda.

"Ya kenapa sama Diga?" Alysa masih belum mengerti kemana arah pembicaraan sahabatnya.

"Kalian gak bicara gitu?"

"Bicara," Jawab Alysa singkat.

"Beneran? Bicara apa aja?" Tanya Dinda semangat.

"Soal jalan lah, emang lo ngarepin kita bicarain apa?"

"Gak ada nanya apa kabar gitu? Atau kenapa kalian putus? Masa iyaa gak ada sih,"

Alysa menghembuskan nafasnya lelah. "Din, semakin gue minta penjelasan lukanya juga semakin jelas, biarin ini tetap abu-abu, lebih baik gini menurut gue. Lagian itu juga udah berapa bulan yang lalu, aneh kali kalo baru gue tanyain sekarang,"

"Tau ah, aneh lo. Rugi aja dong tadi gue nyuruh lo berduaan,"

"Jadi udah seneng akal-akalan lo berdua terwujud?"

"Bodo amat, udah ya gue mau pergi dulu,"

Alysa hanya geleng-geleng kepala dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini. Bukankah harusnya dirinya yang marah sekarang?

****

Diga mengetuk-ngetukkan jarinya di stir mobil, memikirkan sesuatu yang beberapa hari ini bersarang di kepalanya.

"Cctv?" Mencoba menggali ide dari pendapat yang di keluarkan Alysa sore tadi.

Seketika Diga mengingat sesuatu di kepalanya, lansung memutar balik menuju jalan itu kembali.

Sesuai dengan harapannya, di jalan tersebut memiliki cctv yang di harapkannya masih menyimpan rekaman sejak 1 tahun yang lalu.

Diga lansung menancapkan gasnya menuju kantor penyimpanan rekaman cctv jalanan.

"Permisi," Ucap Diga saat masuk kedalam kantor yang kini tampak sepi tersebut.

"Iyaa ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria tersebut. Diga berjalan menghampirinya lebih dekat.

"Boleh minta rekaman cctv jalan ini gak pak?" Tanya Diga. Pria tersebut tampak menyerngit bingung.

"Atas keperluan apa?"

"Dulu saya pernah kesini ngebawa barang kenang-kenangan keluarga saya. Mungkin jatuh atau gimana saya juga lupa," Jelas Diga bohong.

"Maaf mas kami tidak boleh memberikan rekaman cctv ini ke sembarang orang,"

"Tapi saya mau cari barang saya yang hilang pak," Ucap Diga tapi pria tersebut tetap memberikan jawaban yang sama.

Melihat rayuannya tidak berhasil membuat Diga harus memikirkan cara lain, Diga terlebih dulu pamit untuk pulang, mengeluarkan handphonenya mencari nomor Gavin.

Calling Gavin.....📞

"Halo, dimana lo?"

"Lo punya kenalan polisi kan?"

"Bawa ke sini,"

"Kemana?"

"Jalan kenanga,"

"What? Are you crazy? Lo ngapain lagi ke situ?"

"Lo masih nanya? Buruan ke sini,"

Diga menunggu beberapa menit hingga mobil yang dikendarai Gavin datang membawa apa yang Diga butuhkan.

Tampak seorang pria tegap turun dari mobil Gavin. Diga menyodorkan tangannya untuk memperkenalkan diri. "Diga,"

Orang tersebut menyambut jabatan tangan Diga ramah. "Anton,"

"Jadi apa yang bisa gue bantu?" Tanya Anton.

"Gue butuh rekeman cctv tanggal 22 febuari 2021,"

"Gue boleh tau untuk apa?" Diga mengangguk, mengambil nafas dalam-dalam, mulai menceritakan apa yang terjadi pada mereka satu tahun lalu.

"Bantu kita buat nyari orangnya," Ucap Gavin penuh harap.

Anton mengangguk."Okey,"

"Gue udah cek jalan itu dan ada cctvnya, tapi mereka gak ngasih gue akses," Jelas Diga.

"Kartu nama lo?" Tanya Gavin.

Diga menggeleng. "Gak berfungsi,"

Anton memasuki kantor penyimpanan cctv tersebut, memperlihatkan tanda pengenalnya sebagai polisi.

"Saya minta semua rekaman cctv di bulan febuari 2021, untuk bahan investigasi kami,"

"Data bulan febuari 2021 dulu sempat di curi dan di retas, jadi kami kehilangan datanya," Diga mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Dulu pernah ada kasus pembunuhan, setelah polisi pergi, ada seseorang yang juga nanya soal rekaman cctv tanggal itu. Apa ini ada hubungannya dengan itu ya mas?" Tanya penjaga cctv tersebut, membuat ketiganya tampak penasaran.

"Oh enggak pak, saya memang cuma mau mencari barang pusaka keluarga saya yang hilang," Elak Diga.

"Kalo boleh saya tau, ciri-ciri orang yang nanya rekaman cctv setelah polisi itu gimana ya pak?" Tanya Gavin.

"Orangnya ganteng, rambutnya hitam rapi gitu, tato kelelawar atau biawak gitu di pergelangan tangannya sebelah apa gitu saya lupa," Diga yakin itu semua ulah Zidan, pasti Zidan berusaha mencari pelaku dari pembunuhan Aldi.

Ketiganya mengangguk paham dengan apa yang dikatakan penjaga cctv tersebut. "Ingatan bapak masih tajam ya pak meskipun udah satu tahun yang lalu?" Canda Gavin.

"Hahaha itu mah gak usah di tanya mas," Ucap Penjaga cctv, membalas candaan Gavin.

"Ada yang lain bisa saya bantu mas?"

"Enggak pak, terimakasih ya pak," Ucap Anton, ketiganya meninggalkan kantor penjaga cctv tersebut.

"Emang ada orang nato gambar biawak?" Tanya Gavin penasaran.

Diga terkekeh mendengarnya."Gak ngerti juga gue, terlalu kreatif kali tu orang,"

"Kita ke rumah sakit sekarang," Ajak Diga. Anton dan Gavin mengangguk setuju.

JANGAN LUPAA COMENT,VOTE AND FOLLOW.

See you next part 🌻

Continue Reading

You'll Also Like

138K 9.8K 48
Ini tentang Galang Alvaz Ganendra, si ketua geng ZAXANO yang paling berpengaruh di SMA Bhakti Dharma. Yang secara tidak sengaja di pertemukan dengan...
134K 6.5K 66
(ON GOING) Kevin Tanuara, siapa yang tidak mengenal nama itu ? Ketua geng dari "тнє вℓα¢кєяѕ" yang memiliki sifat dingin, semena-mena, dan ingin mena...
ARGEO By ceyy

Teen Fiction

14.5K 1.8K 57
_________________________________________ Argeo si wakil ketua geng yang terkenal cuek, tegas dan tak kalah berwibawa dari ketuanya itu bisa tunduk p...
43.2K 3.3K 28
Satria Anggara anak remaja yang baru naik kelas 12 merupakan salah satu bad boy di sekolahnya. Bukan pemimpin dalam geng nya namun pemimpin dalam kel...