RED CITY : ANNIHILATION

By MilenaReds

751K 138K 46.2K

Sequel of RED CITY : ISOLATION Aku sudah pernah dengar tentang ramalan itu. Ramalan bahwa akan terjadinya Per... More

Exodus
Illude
Abience
Obscure
Oblivion
Beginning
Desolate
Passage
Trace
Origins
Fragments
Entangled
Benign
Aegis
Resolute
Curvature
Axis
Protocol
Unison
Avior
Matter
Covert
Storm
Ambush
-Left Behind-
Trapped
Tides
Haywire
Mayhem
-Left Behind-
Hurdles
Symbiote
-Left Behind-
Underground
Emblem
Chivalry
Changes
Hero
Target
-Left Behind-
Threat
Crossing
Visitor
Reverie
Encounter
Insanity
Inhuman
Initiation
Equals
-News Update-
Contra
Nights
-Enigma-
Selfless
Stranded
Turn
Side
Glass
- Ultra Malström -
-The Syndicate-
Divide
-Bloodline-
Reality
Lies
Trust
Demands
-Left Behind-
Promises
Lead
-Enigma-
Calling
Mind
Dare
Fate
Stalling

-Left Behind-

4.8K 988 347
By MilenaReds

Jika dicengkeram lebih kencang lagi, mungkin setir mobil ditangan Ryan Badi benaran akan patah terbelah dua.

Ia benar-benar kecewa dengan pilihan yang dia buat sendiri.

Aku ini sebenarnya ngapain sih?!

Ia begitu saja setuju dengan putra Billioner Malstrom untuk coba datang mengecek ke PLTU keadaan si perempuan muka dua yang padahal ia sudah bersumpah takkan pernah mau lagi dekat atau bertemu lagi dengannya.

Semua terasa semakin absurd.

Kiamat Zombie, lalu sekarang tiba-tiba dia bicara langsung dengan keluarga Ultra Rich asal Eropa Utara yang padahal sekarang jelas termasuk jadi bahan utama pembicaraan semua manusia yang tersisa dibumi.

Orang yang selama ini hanya ia (terpaksa) tonton saja selama dikapal, sekarang berhadapan langsung (via ponsel yang dipinjami tentara utusan mereka tentunya) membicarakan misi.

Ia bersyukur hanya ada Malstrom muda dan pamannya. Karna sejujurnya ia masih tak sanggup jika harus berbicara dengan bertatapan langsung dengan sang sepupu Malstrom muda, Vincent.

Lihat lewat siaran tv saja selama di Kapal Atmaja rasanya muak sekali. Sudah ditampilkan di tv, dibicarakan di radio, dan diperbincangkan oleh semua orang disekitarnya. Benar-benar terasa seperti neraka.

Ditambah, keempat kawan Lucy yang ikut menyadari bahwa Lucian yang dibicarakan di tv ternyata adalah benar sahabat mereka sendiri, sahabat yang mereka sempat pikir mati karena helinya jatuh, jadi tak henti mendengungkan keluarga Malstrom secara non-stop.

"Oh Ya Tuhan Lucy?!"

"B-bagaimana bisa? Dia bergabung dengan Aegis!'

"Tuh kan kubilang apa! Aku tak percaya berita kemarin!"

"Hebat sekali! Kapt, kita bahkan tak tahu kalau Lucy punya kenalan keluarga Billioner! Dia tak pernah cerita! Humble sekali ya Lucy aduuh-"

"Oh ya Tuhan! Lucy sekarang jadian sama sepupu Malstrom!"

Pada saat masuk pada pembicaraan itu, Ryan hanya bisa diam saja. Pertahankan diri duduk di kursi, tetap mendengarkan.

Namun parahnya, Gerald Gery bereaksi lebih sekali terhadap berita itu. Mereka terlihat bahagia dan cenderung bangga mempunyai sahabat yang ternyata kenal dekat dengan keluarga Billioner.

"Cocok! Mereka cocok sekali, Vincent Lucy!"

"Yap benar, seratus persen cocok!"

"Keren banget mereka berdua aduh-"

Berbanding terbalik dengan duo G, kawan Lucy lain, Alma dan Sam mempunyai reaksi heran dan mulai tak mempercayai apa yang disebut di tv.

Bahkan perbedaan pendapat diantara mereka sempat membuat perpecahan di internal pertemanan mereka.

"Oh hayolah Gerald! Masa kau tak bisa lihat di Live interview ekspresi wajahnya itu?!"

"Apa maksudmu sih Alma?!"

"Wajahnya itu! Kelihatan terpaksa sekali! Masa kalian tak sadar-"

"Terpaksa apaan sih?! Dia hanya gugup itu!"

"Itu kan ekspresi senyum khas Lucy jika dia sudah tak betah dalam perbincangan-"

"Tidak- bukan. Dia hanya gugup-"

"Gerald, Gery, tolong dengar dulu! Tidakkah kalian memikirkan kemungkinan yang aneh- lagi pula kita dulu tak pernah lihat selembar pun foto bareng mereka dengan Lucy- satu foto saja-"

"Maksudmu apa sih Al-"

"Maksudku, bagaimana kalau ini cuma skenario?'

"Skenario?!"

"Pokoknya skenario atau jangan-jangan paksaan - mereka kan keluarga berkuasa-"

"Oh jadi maksudmu tak mungkin sekali jika Lucy diam-diam punya kenalan Billioner? Kau meremehkan dia ya Al?"

"Bukan begitu ,Gery! Alma hanya memikirkan kemungkinan lain, lagipula rasanya benar, di mataku juga Lucy terlihat tak nyaman, bukan karna gugup tapi seperti ada hal lain! Aku memang baru kenal dia sekilas, tapi rasanya yang dibilang Alma benar. Dan si anak Billioner itu seperti banyak omong-"

"Waw sekali ya untuk kalian berdua! Selalu kalian berdua! Ingat ketika pertama kali kita sampai di hotel? Perilaku kalian juga buruk terhadap Lucy-"

Kapten Ryan tak tahu sama sekali apa perilaku buruk yang dilakukan Alma dan Sam.

Yang jelas ketika itu dia sudah tak peduli apa-apa lagi.

Ia bahkan merasa tolol sekali terlalu cepat mengambil hati ucapan Lucy diatap yang katanya punya perasaan sama seperti dirinya dan berencana untuk jumpa kembali setelah urusannya dengan Letkol Reginald usai.

Tak ada yang tahu konflik perasaan yang ada padanya. Kecuali Kopral Agam, sisanya hanya dia pendam saja sendiri.

Kopral Agam pun jadi tahu setelah Ryan mengalami mental breakdown ketika melakukan penyisiran pencarian jejak jatuh heli Letkol dan adiknya di laut.

Ryan begitu saja menceplos walau pelan bagaimana ia berharap waktu bisa diputar, karena mereka sudah saling berjanji akan bertemu lagi ketika segala urusan Letkol Reginald selesai.

Namun ironisnya, ketika mengetahui perempuan yang dicarinya masih hidup, alih-alih bahagia, kenyataannya ia tetap mengalami kesedihan parah juga yang hanya bisa dipendam saja.

Ketika mengetahui Lucy masih hidup, keempat kawan Lucy sepakat untuk coba hubungi kapal pesiar milik keluarga Billioner untuk memastikan berita yang ada. Terlebih ketika ada berita penembakan yang membuatnya ikutan panik disertai merasa bersalah juga. Karena hanya dia dan Kopral Agam saja yang tahu tentang laporan data Lucy yang telah di mata-matai selama ini.

Tak hanya itu saja. Alma dan Sam juga mendesak dirinya tiap hari untuk mau coba lagi cari kabar tentang Lucy.

"Kapt, benar deh masa sih kau tak lihat keanehan pada sesi wawancara itu-"

"Ya Tuhan, kalian masih saja-"

Sam didepannya yang tadinya menunduk jadi tiba tiba menegakan kepalanya.

"Oke baiklah - Kapt,"
Tekan Sam sambil menarik napas.
"Yang dibilang Gery Gerald benar. Kami memang pernah berperilaku tak mengenakkan pada Lucy. Kami sempat tak percaya padanya dan menuduhnya akan meninggalkan kami semua, pergi naik heli dengan kakaknya. Aku bahkan sampai sempat baku hantam dengan Gerald karena masalah itu. Tapi setelah yang kami lewati selama ini , terbukti ternyata Lucy adalah tipe kawan yang setia-"

"Ya Kapt,'
Alma menyalip komentar.
"Jadi ini yang aku dan Sam pikiran sekarang. Kami sungguh ingin tahu benar apa yang terjadi sebenarnya dari mulut Lucy langsung. Jika memang benar cerita di tv mengenai aliansi eratnya dengan Malstrom ya tak apa-apa. Artinya itu bagus dan melegakan. Namun bagaimana jika sebaliknya? Kami tahu sih akan sulit rasanya untuk membantu Lucy terlebih jika dia dibelit oleh keluarga Ultra kaya. Tapi walau rasanya sulit, kami akan tetap coba meraih Lucy supaya bisa kembali pulang. Kami takkan melepasnya sendiri begitu saja, seperti bagaimana dulu dia tak pernah melepas kami diantara bahaya yang ada."

Sam terangguk.
"Nih Kapt, jika dipikir-pikir, Untuk Gery Gerald, dan Alma, jelas saja Lucy bisa merasa ikatan dekat, walau sebenarnya tak ada sebuah keharusan juga Lucy menolong, terlebih diriku ini yang belakangan baru kenal dengannya. Sebenarnya jika sampai terjadi, Lucy pergi begitu saja dengan kakaknya, itu tetap merupakan haknya juga. Walau terdengar kejam tapi itu benar. Namun Lucy tidak begitu Kapt! Dia teguh sekali tetap bersama kami, ia bahkan tak ada ungkit balas budi jika kami nanti berhasil selamat ke kamp. Jangankan ungkit balas budi- Bahas kakaknya saja tidak pernah selama dulu. Ia padahal bisa pamer mempunyai kakak perwira kelas atas-"

Dan Ryan hampir tertawa getir seketika.

Hal itu juga yang membuat dia menyukai Lucy.

Dulu dia akui memang meremehkan Lucy, namun ketika ia turun lompat langsung menghadapi mutan di rumah sakit, lalu ikut urus penjemputan buat para penyintas di rumah sakit supaya dipindahkan saja ke Kamp. Diantara selama waktu itu, tak ada Lucy menyombongkan diri atau bersikap kasar, menyesah para penyintas lain karena ia adik perwira kelas atas.

Padahal Lucy sangat bisa melakukan itu. Dan Ryan yakin orang lain jika di posisi Lucy, akan melakukan hal itu. Terlebih Lucy di beri privilese di kirim tim langsung untuk menjemput dirinya. Dokter Astrid padahal sempat mendesak bertanya pada Lucy sebenarnya siapakah dirinya karena dapat perlindungan militer langsung, namun si adik Letkol hanya diam saja tak ada balas menjelaskan.

Kemudian alih memikirkan bagaimana dirinya cepat diselamatkan, Lucy malah lebih berpikir cara menyelamatkan orang lain.

Padahal dia tak ada hutang sama sekali dengan para penyintas, namun ia tetap menolong.

Hal itu yang membuat hati Ryan tergerak.

Karena jika boleh jujur, dirinya yang sebegitu banyak pernah melakukan misi penyelamatan sebelumnya, melakukan penolongan hanya sekedar menuntaskan tugas yang diberi saja.

Sebegitu dingin tak pedulinya dirinya dulu. Ia hanya memikirkan pujian yang diberi atasannya, dan karier yang ia perjuangkan.

Ia hanya anak yatim piatu. Kabarnya ketika dirinya masih bayi, orangtuanya membuangnya begitu saja yang mungkin anggap Ryan hanya sebuah kecelakaan belaka.

Ryan Badi untung ditolong oleh militer ketika berumur lima belas tahun. Ia diangkat, dilatih dan dididik jadi bagian kesatuan tentara.

Ia mau membuktikan dirinya walau dibuang, tapi bisa berdiri sendiri, tangguh sendiri.

Namun setelah bertemu perempuan yang ia sadari ternyata hanya sekedar perempuan bermuka dua itu, bisa diakui ada yang berubah pada cara berpikirnya.

Aneh memang, tapi perdana sekali ia merasa bangga bahagia ketika berhasil bantu penjemputan pada penyintas dirumah sakit, termasuk menyelamatkan pemuda yang secara sembarang diberikan nama Ekos, dan terutama ketika bisa menyelamatkan Lucy dan temannya juga.

Pertama kali ia merasa bahagia sekali karena berhasil menyelamatkan orang lain dengan tak memperdulikan ada atau tidaknya pujian serta pengakuan dari atasannya.

Rasa bahagia barunya jauh berbeda dengan dulu, ketika fokusnya mengarah hanya sekedar penyelesaian misi saja.

Dan hal itulah yang membuatnya sempat ragu untuk menghubungi Lucy yang sudah bersama Vincent Malstrom itu.

Karena bisa diakui dulu dia orang yang dingin dan egois sekali. Dan mungkin Tuhan sengaja mempertemukannya dengan Lucy di masa kiamat ini hanya untuk memperingati pemikiran serta perilaku masa lalunya yang cenderung egosentris itu.

Lagipula kemungkinan besar juga Vincent merupakan pria baik yang punya banyak hal positif ditebarkan hingga Lucy seketika merubah pikiran.

Kalau memang itu yang terbaik, Ryan walau berat berusaha menerima.

Namun Ryan Badi tak bisa membohongi yang dirasakan hatinya juga.

Ia jelas mengakui, walau hanya kenal sebentar, hanya seorang Lucy saja yang berhasil merubah pandangannya hingga bisa merasakan kebahagiaan, kebanggaan sesungguhnya.

Dari Lucy ia jadi mengerti, bahagia sesungguhnya bukan dengan terus memikirkan kepuasan, ego diri saja. Kebahagiaan benar nyata ketika dapat dibagikan bagi orang lain.

Pemikiran tersebut yang membuat rasa keinginannya untuk meraih Lucy menjadi mulai padam. Ryan bahkan hampir saja menyerah dan berbalik arah , kembali saja seperti dulu.

Lagipula siapa juga Lucy, siapa juga Ryan. Mereka berdua hanya sama-sama dipertemukan sebentar. Lucy saja langsung cepat sekali berubah pikiran seperti itu, seharusnya Ryan juga bisa.

Ia bahkan berpikir untuk coba menerima saja perempuan yang selama ini hatinya tak pernah berubah, selalu terpaut pada dirinya yaitu Tiarani. Cucu mantan Jenderal besar yang ia tahu sekali sudah menyukai dirinya semenjak masa pendidikan tentara dulu.

Ia menyadari belakangan ini Tiarani semakin gencar sekali mengejar dan menggodanya secara terang-terangan hingga berani menerobos masuk ke kamarnya. Pada saat itu saja ia masih terpikir Lucy yang menurut berita juga sering 'bersenang-senang' berdua dengan Vincent kekasihnya. Hingga seharusnya Ryan bisa juga seperti itu.

Harusnya ia bisa mencoba. Tekannya dalam hati.

Namun pemikiran untuk mencoba pindah hati berubah karena Alma dan Sam nonstop menghampiri dan mendesak untuk mencari apa yang terjadi sesungguhnya pada Lucy dan kakaknya.

Dan situasi kapal pun terasa tegang sekali, membuat dua kubu yang percaya dan tidak percaya jika ada personel militer Indonesia terlibat pada kejahatan internasional ini.

Keteguhan hati dia raih ketika ia sempat disekap lalu bahkan sampai mau dibakar hidup-hidup oleh militer yang ia banggakan dari dulu.

Dari cara mereka mematai Lucy, memastikan ia tak mencari kakaknya kemudian sekarang ingin tahu keberadaan serta rencana Lucy dan menggunakan sangat ekstrim sekali sehingga ia jelas menyadari ada yang salah pada kesatuan militer tempatnya bernaung selama ini.

Sungguh sebuah akhir yang cukup ekstrim dalam meninggalkan bumi ini.

Dibakar hidup-hidup.

Tapi saat itu, ia rasanya benar sudah pasrah saja. Ia merasa hanya sendiri, dan setidaknya lebih awal telah membaca keadaan sehingga berhasil mengeluarkan lebih dulu seperti Kopral Agam dan bahkan keempat kawannya Lucy. Sebelum dia sendiri yang ditangkap.

Rasanya dia sudah tak perduli apa-apa lagi selain bersiap untuk menerima rasa sakit yang akan menyerang ketika api akan disulut ke badannya.

Menurut yang Ryan pernah baca, kematian dengan cara seperti itu bisa membuat korbannya masih keadaan sadar merasakan panasnya api selama setidaknya tiga puluh detik sebelum mati.

Hanya tiga puluh detik saja artinya dia mesti bertahan, setelah itu usai semuanya.

Setidaknya ia berusaha berbuat baik akhir-akhir ini. Ia hanya bisa berdoa semoga Tuhan mau menerima jiwanya, lalu semoga rekan, teman-temannya yang masih hidup bisa bertahan dan menyelesaikan masalah wabah.

Lalu diakhiri dengan sisipan doa terakhirnya. Dia berharap Lucy dan Regi, jika benar ternyata ini hanya sebuah jebakan licik, akan bisa menemukan jalan keluar.

Dan Lucy,

Walau perempuan itu seenaknya pergi begitu saja tanpa kejelasan, tapi Ryan tetap sangat berharap semoga dia baik-baik saja disana.

Namun saat dia sudah pasrah bahkan ingin menembak mati dirinya sendiri, sungguh cara cepat dan tepat untuk menghindari disekap lagi, saat itu juga kegilaan tiba-tiba muncul.

Ryan Badi bahkan mempertanyakan keadaan pikirannya apakah benar-benar dia ini hanya berkhayal atau jadi gila sungguhan.

Namun ternyata tidak.

Itu benar Lucy Aulian dihadapannya.

Bola mata Ryan dalam keadaan berair dan napasnya juga tidak karuan menjadi membuatnya tak melihat dan mendengar jelas ketika Lucy memanggil, mendekatinya.

Lucy bahkan meraih, menggenggam tangannya duluan tanpa ragu. Di bawah sinar lampu temaram jalan ia melihat bagiamana Lucy seakan ikut bersinar.

Terdengar aneh memang gambaran bersinar, karna memang itu Lucy namun dalam versi diri yang berbeda sekali.

Menurut Ryan, Lucy itu memang juga cantik, tapi matanya jelas yang membuat dirinya tertarik.

Setelah bertemu lagi ini ia baru kembali sadar bagaimana mata Lucy itu lembut namun sangat ekspresif. Ryan rasanya bisa tahu apa yang terjadi dengan hanya melihat saja sorot matanya karena memancar apa adanya sekali.

Dan ia jelas melihat perubahan pada fisik Lucy walau hanya sekilas pandang.

Lucy seakan menjadi agak tinggi, postur badannya tegak tegas , kulit wajah bahkan rambutnya terlihat seperti halus sekali melebihi Lucy yang dulu. Serta wangi sekali. Bukan wangi menyengat tak nyaman. Namun wangi harum ringan lembut seperti sedang lewat didepan pintu toko parfum kaum kelas atas yang dulu Ryan pernah lewat.

Namun sinar yang terpancar lewat penampilan fisik tak sama sekali ada terpancar di matanya.

Lucy terlihat agak berbinar bertemu dengan Ryan tapi seperti ada beban hebat yang ia saat ini tanggung.

Dan tentu tak diketahui Lucy, ada rasa gelombang listrik seakan menyengat ketika Lucy menggenggam tangannya, terlebih ketika Lucy dimata Ryan terlihat tak berubah sikap. Bahkan mau menolongnya berjalan menuju tempat aman.

Terus terbawa perasaan, Ryan dengan panik memohon untuk bisa berbicara kembali pada Lucy ketika Lucy lanjut ingin keluar kembali mengambil tas yang tertinggal.

Dan Lucy berkata iya dan berjanji akan menemukan kembali dirinya.

Namun entah mungkin sudah jadi tipikal
Aulian, berjanji namun tak ditepati.

Ia bahkan bisa melihat kesamaan Lucy dan Reginald. Sama- sama suka pergi menghilang tanpa kejelasan.

Alih yang datang menghampiri pos tempat Ryan berlindung adalah empat tentara asing yang mengaku pengiring penjaga Lucian Malstrom.

Nama Lucy yang digabung dengan nama marga Malstrom membuat dirinya ditarik kembali pada kenyataan.

Nyata sudah Lucy hanya memang hobi tebar janji, dan nyata sudah Lucy memang memilih Malstrom, bukan karena paksaan seperti yang diramalkan oleh Alma dan Sam.

Tuan muda Pierre dan Tuan Cyril bahkan sampai mengancam dirinya karena menghindari ada pihak yang tersakiti, yaitu Vincent, keluarga mereka sendiri. Ryan bisa melihat jelas mereka tak terima jika Lucy sampai membuang waktu menolong dirinya.

Dan Ryan seakan merasa punya hutang besar pada Lucy.

Dan dia tak mau ada hutang itu. Hingga ia menerima permintaan untuk menjemput Lucy di PLTU sebelum pergi meninggalkannya.

Ryan bahkan merasa heran terhadap betapa gesitnya pergerakan Lucy dalam berpindah. Seakan Lucy jadi salah satu manusia yang Ryan susah tebak pemikirannya.

Hingga saat ia menyetir mobil kali ini, terus menerawang apa sebenarnya niat Lucy datang ke jakarta.

Ryan berhasil masuk dengan memanjat pagar menyeberangi halaman berumput tinggi sesuai dengan arahan Tuan Cyril yang dilihat sebelumnya lewat pergerakan Lucy dari mata drone.

Pertama ia sampai kedepan pintu, ia menemukan pintu setengah terbuka yang membuatnya langsung saja menyelonong masuk. Ia tetap sempat tertahan oleh pria bernama Fajar yang terlihat panik ketakutan sekali pada dirinya namun Ryan berusaha menjelaskan bahwa dia teman dari Chef dan perempuan yang sebelumnya masuk ke PLTU.

Setelah itu ia kembali bertemu dengan Lucy. Lucy terlihat seperti memikirkan sesuatu sehingga tak memperhatikan jelas kedatangan dirinya sebelum ekspresi Lucy berubah panik tertunduk.

Perasaan Ryan sudah campur aduk saja kesal, heran, dan kecewa amat besar pada Lucy.

Dan tambah mengesalkan lagi, Lucy tetap memandang dengan tatapan polos tak berdosa dan masih sok baik menarik tangannya lagi untuk melarikan diri dari kumpulan gengster yang pastinya bagian dari 'klub' Arion itu.

Rasanya Ryan mau meledak saja. Murka mengetahui Letnan Jan dibuat terpojok hingga bunuh diri oleh geng Arion, marah ketika Lucy berani bicara sok peduli dengannya.

Semua yang keluar dari mulut Lucy hanya kebohongan saja.

Lucy jelas orang yang oportunis. Dia akan baik tergantung pada siapa saja yang ada didepannya. Tepat setelah orang dihadapannya membelakangi, atau bahkan sudah tak berada didepan, akan langsung jadi objek sasaran penjelekan dan hinaan dari Lucy.

Ia hanya ingin Lucy berhenti mengarang penjelasan. Drone Lucy bahkan menjelaskan dengan nada memohon supaya Lucy tak mengkhianati kepercayaan keluarga Malstrom dan terutama Vincent kekasihnya.

Drone itu begitu menjaga Lucy hingga tak mengijinkan dirinya mendekat pada Lucy ketika Lucy mengalami pusing dan mual.

Pengertian pun jatuh kembali pada Ryan dan membuat hatinya mencelos. Ryan entah kenapa merasa mungkin mual Lucy akibat sudah hamil saat ini. Makanya keluarga serta dronenya gigih menjaga Lucy.

Namun Lucy tetap getol sekali ingin mengejar berbicara bohong hingga Ryan merasa sangat sudah cukup.

Ia pun memutuskan mungkin semua kejujuran bisa dimulai dari dirinya dulu.

Perasaannya yang sudah ditahan lama sekali ia putuskan untuk ditumpahkan saat itu juga. Ia hanya bisa berharap jika saja hal itu akan segera bisa membuatnya lega dan mampu melanjutkan hidup.

Terserah jika Lucy niat bohong lagi, yang jelas Ryan sudah selesai dengan semua kebohongan.

Namun Lucy tetap menahan, tak mau membiarkan perbincangan usai. Ia bahkan masih saja berusaha mengarang cerita kebohongan dari sisinya ketika terpisah di Aegis.

Ryan pun masih kukuh pada pendiriannya sampai ketika sampai dititik dimana Lucy jujur tahu bahwa dirinya ada diantara interview online dan bagaimana Lucy tak bisa berbuat apapun hingga akhirnya menangis ketika tahu dirinya sudah move on dengan Tiarani.

Ryan merasa heran dan tak adil sekali. Bisa-bisanya jadi berbalik pada dirinya yang seakan membuat masalah ini jadi timbul walau Lucy juga tak menyalahkannya.

Alhasil Ryan pun mencetuskan dengan nada keras bagaimana ia sudah berusaha berulangkali tanpa memperdulikan harga diri, menghubunginya sampai beberapa kali dan disambut oleh kekasih baru kaya rayanya.

Lucy malah terlihat bingung sekali ditambah ceritanya bahwa tak sudi bertemu orang dari masa lalunya.

Ryan sudah mau marah lagi saja namun ia memperhatikan kembali mata Lucy.

Matanya terlihat jujur tak tahu menahu.

Lucy pun menceplos pertanyaan siapa yang telah berbicara dengannya sambil menjatuhkan tuduhan bahwa Tuan Pierre yang berbicara seperti itu.

Dan pencetusan nama Vincent yang membuat Ryan sadar ada yang ganjil.

Bahkan pencetusan nama Vincent juga yang mengawali terbukanya seluruh sisi cerita lain yang sekiranya mulai bisa menjawab pertanyaan dirinya tentang penyebab awal wabah zombie yang masih terus berlangsung terjadi.

Ryan bisa merasakan tak ada kebohongan yang saat ini keluar dari mulut Lucy.

Dari mata Lucy dapat terlihat kengerian murni terhadap adanya kasus percobaan manusia yang telah berjalan lama serta bagaimana ia berusaha keras mengatasi walau hanya sendirian.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Authors note.

Karena next chapter masih direvisi, jadi keluarkan dulu draft POV Ryan yang masih tersisa.

Again, Thanks for the wait!

Stay safe!

See you next chap!

Continue Reading

You'll Also Like

6.2K 499 9
Kenalin gw John atau sering di kenal dengan irrad gw pindahan dari sekolah di Philipina dan gw udh mau setahun di sini gw sekolah di salah satu sekol...
Jimin Or Jimmy By arzy

Science Fiction

515K 2.9K 8
hanya cerita tentang jimin yang memenya sering gatel pengen disodok
491K 72.9K 91
CERITA INI ADALAH CERITA SURVIVAL, DAN SUDAH BERISI SEASON 1, 2 DAN 3 [High School Of The Elite] Ditengah kekacauan negara, pemerintah di seluruh dun...
GreShan.... By whehe

Science Fiction

22.3K 920 23
"Dasar anak manja" Shani Indira Natio Shn dom!