Aldebaran dan Andin yang sudah sampai di depan rumah sakit sejahtera lantas langsung membawa Nalla ke dalam ruang UGD untuk segera di periksa.
"Dokter tolong anak saya.." ujar Aldebaran dengan panik sambil menggendong Nalla yang sedang sesak nafas.
"Silahkan baringkan di sini pak.."
Aldebaran pun lantas langsung baringkan Nalla di tempat tidur rumah sakit.
"Mah pah Nalla takut di suntik.." ujar Nalla sambil nangis kepada Aldebaran dan Andin.
"Nalla gapapa sayang ga sakit kok.." ujar Andin berusaha menenangkan Nalla yang sedang ketakutan karna ingin di suntik.
"Aku ga mau di suntik.." tolak Nalla dengan begitu kencang.
"Sayang gapapa nak.." ujar Aldebaran kepada Nalla.
"Nalla engga mau Pah.."
"Hei kalau kamu engga mau di suntik nanti dada Nalla makin sesak loh..". Ujar Aldebaran berusaha memberi pengertian kepada Nalla.
"Bener sayang kata papah.." ujar Andin sambil mengusap kepala Nalla.
"Kamu engga usah takut kan papah sama mamah temenin kamu.." ujar Aldebaran sambil tersenyum kepada Nalla.
"Dokter tolong.." ujar seorang bapak-bapak sambil menggendong anak kecil yang mengalami sesak nafas juga.
"Ayah ibu.." ujar anak tersebut dengan nafas yang susah.
Andin dan aldebaran yang mendengar suara tersebut lantas langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut.
'Nalla..' Batin Aldebaran dan Andin secara bersamaan ketika melihat anak kecil sepantaran Nalla masuk ke dalam ruang UGD.
"Anak nya kenapa pak?." Tanya salah satu suster kepada bapak tersebut.
"Maaf sus sebelum nya saya bukan bapak nya, saya menemukan dia di pinggir jalan lagi sesak nafas jadi saya langsung bawa kesini.." . Jelas orang tersebut kepada suster nya.
"Baik pak kami periksa dulu.." ujar suster tersebut lantas memeriksa keadaan anak kecil tersebut.
"Papah mamah nalla takut.." teriak Nalla dengan keras kepada Andin dan Aldebaran.
Andin dan Aldebaran yang mendengar Nalla memanggil nya lantas langsung menoleh ke arah Nalla yang sedang menangis ketakutan.
"Kamu mau apa bilang sama papah nanti akan papah belikan asalkan kamu mau di suntik.." tawar aldebaran kepada Nalla sambil tersenyum.
Nalla langsung berhenti menangis ketika mendengar ucapan ayah nya.
"Papah beneran? Berarti papah udah ga marah sama aku kan?." Tanya Nalla kepada Aldebaran.
"Engga sayang. Tapi jangan di ulangi yah papah ga suka.." ujar Aldebaran sambil mengusap rambut Nalla.
Nalla tersenyum.
"Makasih papah.." ujar Nalla sambil memeluk Aldebaran.
"Yaudah sekarang mau kan di suntik? Biar obat nya masuk ke tubuh kamu.." tanya Andin kepada nalla.
"Mau mah.."
Kemudian suster lantas langsung menyuntik tangan kanan Nalla.
"Awwsss.." ringis Nalla ketika jarum suntik mendarat di tangan nya.
"Gapapa nak.."
Akhirnya Nalla pun Telah selesai di suntik dan rasa sesak di dada nya sedikit menghilang.
"Alana ga mau di suntik suster.." ujar anak gadis kecil yang berbaring di samping Nalla.
Andin dan Aldebaran yang mendengar ucapan tersebut lantas menatap nya dengan pandangan kasihan.
Anak tersebut sendiri dan tidak di dampingi oleh orang tua nya.
"Anak pintar gapapa kok yah ini ga sakit.." rayu dokter tersebut kepada Alana sambil tersenyum.
"Alana tetap engga mau Dokter. Alana mau pergi aja.." ujar Alana lantas langsung turun dari tempat tidur nya.
"Ya Allah dada Alana.." ujar Alana meringis ketika merasakan sakit di dadanya.
Andin yang melihat anak itu kesakitan entah Kenapa dada nya juga ikut merasakan sakit.
"Awwss.." ringis Andin memegang dada nya.
Aldebaran yang melihat Andin meringis kesakitan di dadanya lantas menanyakan nya kepada Andin.
"Din kenapa?."
"Dada aku tiba-tiba aja sakit.."
"Ya Allah kok bisa? Kamu di periksa dokter yah.." ujar Aldebaran sambil memegang tangan Andin.
"Engga usah mas gapapa ini juga kayaknya udah ilang.." jawab Andin ketika sudah tidak merasakan sakit di dada nya.
"Dokter gimana ini? Anak ini seperti nya takut jarum suntik jadi dia butuh dampingan orang tua nya." Ujar suster tersebut kepada dokter.
"Saya juga tidak tau dimana orang tua nya.."
"Ya Allah sakit.." ringis Alana sambil memegangi dadanya.
Di sisi lain Andin yang melihat anak tersebut lantas menjadi kasihan. Dan entah dorongan dari mana kaki Andin melangkah menghampiri anak tersebut.
Aldebaran dan Nalla yang melihat Andin menghampiri anak kecil tersebut lantas menatap nya.
"Sayang.." ujar Andin kepada Alana sambil tersenyum manis.
Alana yang merasa di sapa lantas langsung menatap andin.
Deg.
Mata mereka saling bertemu.
Hati Andin dan Nalla begitu sangat adem ketika pandangan mereka bertemu.
"Ibu.." ujar Nalla dengan nada yang begitu lemas dan mata nya yang sayu.
Nalla mengambil tangan Andin dan menggenggam nya dengan erat.
Dan tiba-tiba saja Alana memejamkan matanya.
Andin yang melihat Alana memejamkan matanya lantas panik.
"Dokter anak ini kenapa?." Tanya Andin dengan panik kepada dokter tersebut.
Dokter tersebut lantas memeriksa keadaan Alana dan menyuntik Alana agar obat nya bisa masuk ke dalam tubuh Alana.
"Syukurlah anak ini udah bisa di suntik, terimakasih ya bu atas bantuan nya. Kalau begitu kami permisi dulu untuk menyiapkan resep obatnya." Pamit dokter tersebut kepada Andin.
"Iyaa dok.."
Setelah kepergian dokter tersebut Andin lantas menatap alana dengan pandangan dalam nya.
Tangan Andin terangkat untuk mengusap rambut anak tersebut dengan lembut.
'Wajah anak ini kenapa mirip sekali dengan wajah aku dan Nathan..' Batin Andin bersuara.
Nalla yang melihat mamah nya menatap alana terus lantas langsung memanggil Andin.
"Mamah.." panggil Nalla kepada Andin.
"Iyaa sayang.." ujar Andin lantas ingin pergi untuk menghampiri Nalla yang memanggil nya.
Tapi pada saat hendak pergi tangan Andin yang di genggam Alana belum terlepas.
"Mamah sini.." teriak Nalla Kepada Andin.
"Iyaa nak sebentar tangan mamah ga bisa di lepas.." ujar Andin kepada Nalla.
Aldebaran lantas menghampiri Andin.
"Kenapa sayang?."
"Ini mas tangan aku ga bisa di lepas. Anak ini genggam tangan aku erat banget.." ujar Andin memperlihatkan tangan nya yang di genggam Alana.
Aldebaran menatap alana dengan pandangan yang sulit di artikan.
Entah kenapa hatinya begitu tenang menatap wajah anak tersebut.
Nalla yang kesal karna orang tua nya mengabaikan dia lantas langsung turun dari tempat tidur dan berpura-pura jatuh
"Awwss.." teriak Nalla begitu keras.
Andin dan Aldebaran yang mendengar teriakkan Nalla lantas langsung menghampiri Nalla.
Andin yang melihat Nalla terjatuh lantas dengan berat hati mencoba melepaskan genggaman Alana terhadap tangan nya.
"Ya Allah sayang.." ujar Aldebaran sambil menggendong Nalla.
Nalla berpura-pura nangis kesakitan.
"Sakit papah lutut aku..". Ujar Nalla dengan tangisan bohong nya.
"Nalla gapapa kan sayang?." Tanya Andin sambil mengusap kepala Nalla.
"Lutut aku sakit mah.." ujar Nalla kepada Andin dengan nangis manja nya.
"Panggil dokter lagi ya.." ujar Aldebaran kepada Nalla.
"NO..!" Tolak Nalla kepada Aldebaran.
"Kan katanya sakit lutut nya.."
"Udah gapapa kok pah..". Jawab Nalla kepada Aldebaran.
"Beneran udah ga sakit?." Tanya Andin sambil menatap Nalla.
Nalla kemudian menggeleng kan kepalanya.
Dan tiba-tiba..
"Ayah..ibu.." ujar Alana yang seperti nya akan sadar dari pingsan nya.
Andin dan Aldebaran hanya bisa melihat Alana dari tempat tidur Nalla.
Kemudian Nalla pun membuka matanya dan menatap ke sekeliling nya.
"Tante baik.." ujar Alana ketika melihat Andin.
Andin lantas tersenyum.
"Hai sayang Gimana keadaan nya?." Tanya Andin Kepada alana dan ingin menghampiri Alana.
Tapi belum sempat Andin melangkah berjalan tangan Andin sudah di tahan oleh Nalla.
"Mamah disini aja.." ujar Nalla dengan nada manja nya.
Andin pun lantas mengangguk kan kepalanya dan tersenyum.
Alana Tersenyum melihat betapa bahagia nya jadi Nalla memiliki orang tua yang sayang pada dirinya.
"Alana kok bengong?." Tanya Andin kepada Alana.
"Gapapa kok Tante baik, keadaan Alana juga udah mendingan.." jawab Alana Kepada Andin sambil tersenyum manis.
Aldebaran dan Andin yang melihat senyuman Alana lantas Langsung tertegun.
"Oh yaa Alana pamit duluan ya Tante baik dan om baik.." pamit Alana Kepada Andin dan Aldebaran ketika mengingat dia belum mendapatkan uang untuk ayah dan ibu nya di rumah.
"Kamu pulang sama siapa?." Tanya Aldebaran dengan lembut kepada Alana.
"Sendiri om baik.."
"Naik apa?." Tanya Andin kepada alana.
"Jalan kaki Tante baik soalnya rumah aku juga kayaknya ga terlalu jauh.." jawab Alana kepada Andin sambil tersenyum.
"Yaudah kamu ikut mobil om aja yah nanti om sama Tante anterin kamu pulang.." ujar Aldebaran kepada Alana.
"Engga usah om baik gapapa kok Alana ga mau ngerepotin.." tolak Alana dengan halus Kepada Aldebaran.
"Gapapa Alana kamu ikut pulang naik mobil om sama Tante aja yah.." ujar Andin kepada Alana sambil tersenyum.
"Tapi Tante.."
"Udah gapapa.." jawab Andin kepada Alana.
"Mah pah kok bareng sama dia si Nalla ga suka.." ujar Nalla kepada Aldebaran dan Andin dengan muka kesal nya.
"Sayang ga boleh gitu ah.."
"Ingat ga pesan mamah kemarin? Harus saling tolong menolong sama siapapun itu." Ujar Andin kepada Nalla.
"Tapi Nalla ga suka sama anak itu.."
"Ga suka bukan berarti kamu tidak mengizinkan dia untuk bisa naik mobil bareng kita sayang, dia juga kan lagi sakit. Masa kamu tega membiarkan orang sakit jalan kaki menuju rumah nya.." ujar Aldebaran kepada Nalla sambil tersenyum.
Alana yang mendengar ucapan Andin, Aldebaran, dan Nalla pun jadi merasa kurang enak kalau harus ikut semobil dengan mereka .
"Tante baik, om baik, aku gapapa kok jalan.." ujar alana Sambil tersenyum manis.
"Kamu ikut sama Tante sama om aja.." ujar Aldebaran kepada Alana Sambil tersenyum.
Belum sempat Alana membalas ucapan aldebaran, tiba-tiba saja dokter masuk ke dalam ruang UGD tersebut.
"Pak Bu ini resep obat untuk Nalla yah.." ujar dokter tersebut memberikan resep obatnya kepada Aldebaran.
"Dan ini resep obat untuk Alana.." ujar dokter tersebut kepada alana.
"Terimakasih dok.."
"Em dokter kalau mau ambil resep obat apakah harus pakai uang?." Tanya Alana dengan wajah polos nya.
"Iyaa cantik.."
"Yah Alana ga punya uang dokter jadi Alana ga ambil resep obat nya ya.." ujar alana kepada dokter tersebut.
"Gapapa Alana ambil aja nanti biar om yang bayar.." ujar Aldebaran Kepada Alana.
"Ya Allah om baik ga usah om Alana udah ga sakit kok.." tolak Alana dengan halus kepada Aldebaran.
"Gapapa cantik.."
"Yaudah sayang aku tebus resep obat nya dulu ya.." ujar Aldebaran kepada Andin.
"Papah tebus resep obat nya dulu ya sayang kamu di sini sama mamah.." ujar Aldebaran sambil mencium kening Nalla.
Pada saat Aldebaran mencium kening Nalla, hati Alana begitu sedih melihat nya. Karna Alana tidak pernah mendapatkan ciuman sayang dari ayah dan ibunya.
"Iyaa mas.."
"Okeh pah.."
Setelah kepergian Aldebaran, Andin lantas tiba-tiba saja ingin pergi ke toilet.
"Sayang kamu tunggu sebentar yah mamah mau ke kamar mandi dulu.." ujar Andin kepada Nalla.
"Oke mah.."
"Alana Tante ke toilet dulu yah.."
"Iyaa Tante baik..". Jawab Alana dengan tersenyum manis.
Setelah kepergian Andin, Nalla menatap alana dengan mata tajamnya.
"Jangan pernah dekat dengan mamah papah aku.." ujar nalla tiba-tiba kepada Alana.
"Aku ga suka kamu dekat dengan mamah papah aku.." lanjut Nalla kepada Alana.
"Iyaa kak.." jawab Alana sambil tersenyum manis menatap Nalla.
"Awas aja kalau kamu bohong nanti.." ujar Nalla kepada Alana dengan muka kesal nya.
Alana hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Nalla.
Nalla yang melihat Alana hanya tersenyum lantas menggerutu dalam batin nya.
'Kenapa si dia senyum terus. Cantikan juga senyum aku..' batin Nalla sambil menatap alana dengan muka kesal nya.
Bersambung...
Ini Nalla palsu udah pinter akting yaa bund🏃🏃
Nalla asli ternyata punya ikatan batin yang kuat sama Andin dan Aldebaran.
Duh Mereka mau nganterin Alana Pulang tuh, kira-kira nanti pak Dani syok ga ya liat muka Aldebaran dan Andin?
Selamat membaca semua:)
And good night:)