(12) Jatuh Kedua Kalinya

413 56 3
                                    

Sarapan selalu terasa sepi jika tanpa papa nya. Tidak ada yang mengajak ngobrol dan hanya keheningan serta suara piring yang beradu dengan pisau potong.

"Latisha, siku kamu kenapa?" Tanya Bara yang tidak sengaja melihat siku Latisha yang tertutup dengan kain kasa. Kasa yang baru diganti Latisha sendiri setelah mandi agar tidak tertempel kuman dan menjadi infeksi

Mama dan Latika yang ada di meja yang sama pun ikut menatap ke arah siku Latisha. Tapi Latika kembali memfokuskan dirinya ke roti di hadapannya. Luka Latisha bukanlah urusannya

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Caca dengan wajah panik

"Jatuh Ma, kak" jawab Latisha

"Dimana?" Pertanyaan Caca dan Bara begitu kompak dan bersama

Latisha memutar otaknya untuk mencari jawaban yang pas dengan keadaan sikunya

"Di toko buku ma. Waktu mau ke parkiran Latisha cari kunci mobil. Eh pas ada tangga malah jatuh" jawab Latisha

"Kalau jalan hati-hati dek" ucap Bara

"Cuma itu yang luka? Atau ada yang lain sayang?" Tanya Caca khawatir. Karena jika sampai suaminya tau jika anaknya terluka, maka Samudra akan marah pada dirinya sendiri dan marah sedikit kepada Caca karena telah menganggap lalai dalam menjaga anak-anak mereka

"Cuma ini kok ma, tenang aja. Udah mendingan sakitnya" jawab Latisha lalu tersenyum.

Seluruh orang di rumah ini baru tau karena semalam Latisha tidak ikut makan malam bersama dan memilih makan di jam 11 malam setelah gadis itu selesai belajar, saat semuanya sudah tidur dengan lelap.

"Jangan lupa diobati. Diganti kasa nya 2 kali sehari. Jangan males, bisa infeksi" ucap Caca

"Iya Mama. Ini udah Latisha ganti kok" jawab Latisha dengan gemas. Karena mama nya selalu berlebihan dalam menanggapi anaknya. Mungkin setiap orang tua akan selalu seperti itu jika sudah menyangkut anaknya.

***

Sudah menjadi rutinitas selama 1 tahun lebih bagi Sergio untuk menunggu teman-teman nya datang. Menunggu di parkiran seperti orang sedang mangkal dan pamer wajah. Dan hal itu dijadikan alasan berbagai siswi untuk datang pagi, dan beberapa lainnya ikut nangkring di parkiran atau sekedar berlalu lalang berulang kali demi melihat wajah Sergio. Meskipun cowok itu acuh dan tak peduli sama sekali

Mobil Mini Cooper milik Latisha memasuki area parkir dan langsung menjadi perhatian beberapa siswa yang baru datang. Tak terkecuali Sergio dan Brian yang sejak 10 menit yang lalu sudah nangkring diatas kap mobil Brian. Latisha memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari lokasi Sergio saat ini. Selang beberapa waktu Latisha keluar dengan ponsel ditangan dan ransel di bahunya. Gadis itu menyisir rambutnya dengan jemari, barulah Latisha berjalan menuju ke kelasnya tanpa memperhatikan Sergio. Yang diperhatikan gadis itu malah layar ponselnya, yang menampilkan chat dari Tabita mengingatkan Latisha untuk membawa buku paket Biologi karena guru Biologi cukup kritik dengan anak yang tidak mempunyai buku sendiri.

Sergio menghela nafasnya panjang, Latisha memang tidak pernah memperhatikan jalannya saat melangkahkan kaki. Dari pada menatap Latisha dan berakhir menjadi bahan bully-an teman-teman nya nanti, Sergio memilih memalingkan wajah ke arah gerbang parkiran, melihat barangkali Revan dan Aldi akan muncul lebih cepat. Tapi matanya justru menangkap motor sport masuk dengan kecepatan 40 Km/jam padahal aturannya adalah 10 km/jam. Sergio menatap lurus ke motor tersebut lalu beralih menatap Latisha yang terus memperhatikan ponselnya dan jalannya semakin menengah seolah ingin menjemput celaka lebih cepat.

My Flat BoyfriendWhere stories live. Discover now