(43) Hati yang Berantakan

309 49 0
                                    

Perjalanan di udara nyaris 3 jam dan perjalanan dari bandara ke villa milik keluarga Sergio yang berada di daerah Ubud Bali nyaris 1 jam lamanya. Jam menunjukkan pukul 3 WITA sore saat Latisha berdiri tepat di depan pintu utama villa yang di dominasi warna putih, menunggu Bayu - Papa Sergio untuk membukakan pintu tersebut.

"Udah lama ya ma kita nggak kesini. Masih sama aja" seru Pamela

"Lima tahun" ucap Dewi yang terlihat antusias bisa melihat kembali keindahan Bali yang sudah lama tidak ia datangi

"Pak makasih ya sudah jagain villa" ucap Bayu kepada Pak Egar - penjaga villa keluarga Sergio yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun.

"Sama-sama Pak Bayu. Kalau begitu saya tinggal, kalau perlu apa-apa bapak bisa menghubungi saya" pamit Pak Egar dan diiyakan oleh Bayu.

Seusai Pak Egar meninggalkan villa, keenam orang tersebut bergantian masuk ke dalam rumah minimalis berjejer dengan beberapa rumah lain namun berjarak 50 meter

"Pamela, kamu sama kak Latisha. Kak Saga biar sama kak Sergio, mama sama papa" ucap Dewi kepada Pamela

"Siap mama" ucap Pamela kemudian menarik pergelangan tangan Latisha menuju ke kamar yang berada di area paling belakang villa.

Latisha menaruh koper nya di sudut ruangan, kemudian beralih ke tirai jendela berwarna putih yang bergerak-gerak karena tertiup oleh angin. Latisha menyibaknya, matanya di manjakan dengan keindahan persawahan yang begitu luas. Untuk pertama kalinya Latisha melihat keindahan seperti ini, jauh dari kesibukan kota dan jauh dari kemacetan.

"Hari ini kita istirahat dulu ya kak. Besok kita jalan-jalan jam 9 sama papa mama juga" seru Pamela sembari mengeluarkan beberapa isi koper.

"Iya" jawab Latisha tanpa mengalihkan pandangannya dari persawahan

"Kalau kak Latisha mau renang, di belakang ada kolam renang pribadi baru di kuras sama Pak Egar setelah ada tamu Minggu kemarin" ucap Pamela.

"Ini villa keluarga Mel?" Tanya Latisha kemudian berbalik, duduk di sebelah Pamela yang sibuk menata riasannya di atas nakas

"Iya kak. Biasanya papa kalau ada perjalanan bisnis ke Bali, selalu nginep disini. Setiap dua bulan sekali. Kalau kita-kita sih kesini nya tahunan kak. Sebenernya nyiapin buat papa tuh kalau ada perjalanan bisnis aja, sama di sewakan kalau kita nggak disini, jadi bisa buat biaya rawat villa juga" jawab Pamela yang dijawab anggukan oleh Latisha

"Kakak istirahat aja. Pasti capek" sambung Pamela

"Disini ada spa yang bagus banget. Pamela dulu mau kesana tapi kata mama karena Pamela masih SD kulitnya masih sensitif nggak boleh. Sekarang mungkin boleh" tambah Pamela dengan mata berbinar.

"Kita perlu kesana deh Mel kayaknya" seru Latisha yang tak kalah antusias. Lagi pula sudah sangat lama Latisha tidak memanjakan kulitnya, terakhir kali di New York dan itu sudah berbulan-bulan yang lalu.

Di sisi lain, Sergio malah berdiri di sebelah pintu kamar Pamela, mendengarkan obrolan antara adiknya dengan Latisha, membicarakan spa dan beberapa wisata terkenal yang sangat ingin di kunjungi oleh Pamela.

Sergio berdecih mendengar penuturan adiknya itu, seolah dirinya adalah tour guide yang sudah tau berbagai wisata di Bali. Mengesalkan memang.

"Ngapain lo disitu? Nguping?" Tanya Saga dengan suara pelan yang kebetulan melintas di depan Sergio. Cowok itu hendak ke dapur untuk membuat secangkir kopi.

"Sok tau" ketus Sergio kemudian beranjak pergi ke kamarnya.

Merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan kebosanan yang luar biasa. harusnya mereka datang jam 8 malam lalu tidur, bukan jam sesore ini dan bermalas-malasan sepanjang hari seperti orang tidak berguna.

My Flat BoyfriendUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum