(77) Rooftop

291 43 2
                                    

Latisha sudah selesai membendung air matanya, gadis itu melenggang pergi dari kelas dengan berlari kecil. Tidak peduli dengan apa yang akan Latika lakukan pada Liana hari ini. Hatinya begitu sakit untuk melihat Sergio yang terus saja berbuat manis pada Liana.

"Nggak usah lo kejar. Dia nggak butuh itu semua. Kalau nggak ikhlas, mending nggak usah. Latisha nggak butuh belas kasihan. Lo yang bikin air mata Latisha turun, tapi air mata perempuan lain yang lo hapus. Gue nggak pernah lihat orang secerdik ini di dunia dalam menyakiti perempuan" tandas Latika lalu menyusul Latisha yang sudah berlalu pergi entah kemana.

Latisha terus berlari, beberapa orang nyaris di tabrak nya dan beberapa lainnya menyingkir saat mengetahui ada orang yang berlari. Air mata gadis itu sudah turun begitu deras, membendung air mata tidak akan mudah ketika ia melihat sendiri suatu hal yang benar-benar menyakitkan.

Andai bisa, Latisha akan mengulang waktu. Tidak akan jatuh cinta pada sosok Sergio dan tidak akan pernah merasakan sakit seperti ini. Jika bisa, semua momen yang pernah mereka lalui ingin dihapusnya dari ingatan. Melupakan semua yang pernah terjadi. Tapi semua sia-sia karena momen itu sudah membentuk memori dalam ingatan. Menyakiti jika teringat dan menusuk ketika ingin di lupakan. Latisha tidak menyangka jika jatuh cinta pada Sergio akan menjadi kesakitan untuk dirinya sendiri.

Apa yang dikatakan Latika benar. Sergio mengukir air mata Latisha, tapi air mata perempuan lain yang di hapus. Bukan sebuah keadilan untuk Latisha lihat. Semua kesakitannya, hancur hatinya tidak akan pernah bisa diobati oleh apapun. Jika Sergio tidak sehangat itu pada Liana, mungkin yang akan lebih mudah untuk Latisha berusaha memaafkan apa yang sudah terjadi. Tapi yang dilakukan oleh Sergio sudah melebihi batas sebagai seorang teman.

Kaki Latisha menginjak rooftop. Beberapa cowok yang ada disana langsung kaget dengan kedatangan Latisha di tempat yang tidak pernah di datangi orang lain.

Tidak peduli dengan adanya 6 cowok yang sedang sibuk merokok disana, Latisha duduk di bangku lalu menangkup wajahnya dengan tangan. Bahunya bergetar terlihat menangis. Membuat 6 orang disana kaget dengan apa yang dilihatnya.

"Pergi aja"

"Daripada urusan sama BK" ucap seorang cowok sembari menginjak putung rokok nya lalu beranjak pergi.

Langkah sepatu meninggalkan tempat itu, Latisha masih sesenggukan. Tidak mempedulikan bel yang baru saja berbunyi. Hatinya akan semakin sakit jika melihat Sergio melindungi Liana. Kehancuran itu tidak akan bertahan sekarang.

***

"Zoya Latisha Pradipta" panggil Bu Indah sembari menyusuri bangku Latisha yang kosong

"Kemana Latisha?" Tanya Bu Indah pada semua siswa nya yang hadir. Tapi semuanya bungkam, tidak ada yang berani berbicara lantaran takut urusannya akan lebih panjang jika ada yang angkat bicara.

"Sakit Bu. Tadi izin. Mungkin pulang atau di UKS" celetuk Aldi. Daripada Bu Indah semakin curiga dengan ketidakhadiran Latisha pagi ini. Apalagi ini masih jam pertama.

Bu Indah mengangguk, mengira jika Latisha masih syok pasca meninggalnya sang kakek yang sedang santer di bicarakan di ruang guru pagi ini. Sehingga gadis itu tertekan dan merasa sakit.

"Kita buka halaman 78" suruh Bu Indah

Semua murid serempak membuka buku paket sesuai dengan halaman yang ditunjukkan oleh Bu Indah.

Liana mengusap wajahnya kasar. Ia merasa bersalah dengan perginya Latisha secara tiba-tiba. Apalagi itu karena dirinya yang diperlakukan secara khusus oleh Sergio. Mungkin hal itu juga yang membuat Latisha tidak kembali ke kelas.

My Flat BoyfriendWhere stories live. Discover now