(80) Semuanya Berakhir

615 53 7
                                    

Latisha duduk di meja makan bersama dengan Bara dan Latika. Makan bertiga tanpa ada papa dan mama nya yang masih belum pulang dari Amerika.

Semua asisten rumah tangga tetap dengan pekerjaannya masing-masing. Yang memasak akan tetap memasak, yang biasa bersih-bersih akan tetap bersih-bersih. Semuanya sama meskipun tidak ada majikan mereka.

"kakak berangkat dulu. Kalian hati-hati kalau berangkat" pamit Bara seusai menyelesaikan makannya. Cowok itu mencium kening adiknya secara bergantian

"Hati-hati di jalan kak" ucap Latisha dan Latika serempak.

Latisha mengecek notifikasi yang ada, beberapa Direct message yang belum di setujui ada di paling atas. Sementara chat tidak ada sama sekali kecuali chat yang ada di grup kelas.

"Lo nggak ada niatan putus aja sama Sergio?" Tanya Latika yang mulai muak melihat Latisha terus menanti kabar dari Sergio. Sejak awal sarapan sampai sekarang Latisha terus mengecek ponselnya secara berkala padahal Sergio tidak mengabari gadis itu sama sekali. Benar-benar harapan semu yang di bangun dalam hatinya.

"Belum ada" jawab Latisha asal. Jika boleh jujur, harapan itu ada. Keinginan untuk mengakhiri semuanya pun sempat terbesit dalam batin Latisha. Semua itu menyiksa Latisha diam-diam.

"Adain aja. Gue udah muak ya lihat lo sehari-hari cuma nangis, murung nggak jelas. Emangnya di Amerika nggak ada cowok yang mau sama lo? Terus lo mau begini aja terus sampai dunia jungkir balik" tanya Latika lalu memutar bola matanya kesal. Hati Latisha memang sekuat baja tapi selembut kapas. Sekali di sakiti akan terasa terbakar, tapi begitu kuat untuk bertahan.

"Gue harus gimana?" Tanya Latisha sembari memasukkan ponsel ke dalam ransel. Latisha berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan lagi bersedih karena perlakuan manis Sergio pada Liana.

"Gue tanya balik, kalau kenyataannya Sergio lebih milih Liana daripada lo, lo mau berbuat apa?" Tanya Latika

"Ya udah. Semuanya berakhir sampai disitu" jawab Latisha enteng.

Latisha berdiri dari duduknya, menggendong tas dan beranjak pergi meninggalkan rumah bersama dengan Pak Ilham yang bersedia mengantar gadis itu kemana pun. Hari ini Latisha tidak mood untuk menyetir sendiri, yang ada Latisha akan melamun dan mengabaikan pengendara yang lain.

Ponsel Latisha bergetar di tengah perjalanan, ada chat dari Latika yang menjadi notif chat pertama pagi ini

Latika: lo harus janji. Lo akan benar-benar meninggalkan Sergio kalau dia milih Liana. Gue nggak bisa lihat lo nangis terus setiap hari. Sedih terus. Masih ada bahagia di depan. Hidup bukan cuma tentang Sergio. Kalau memang Sergio jodoh lo, lo akan balik ke dia atau dia balik ke lo. Lo harus pegang janji lo kali ini

Latisha: iya

***

Pergelangan Latisha ditarik oleh Liana saat gadis itu hendak mengantri di absen finger print. Beberapa pasang mata melihat Liana menarik Latisha, dan beberapa lainnya berbisik-bisik, bergosip dan bahkan menyindir Liana yang akan mencelakakan Latisha.

Sampai di belakang sekolah yang sepi, Liana berhenti lalu menatap Latisha dengan tajam

"Gue nggak ada apa-apa sama Sergio. Gue pure berteman sama dia. Nggak ada yang namanya gue suka sama dia atau sebaliknya" ucap Liana

"Gue percaya" jawab Latisha lalu menepis tangan Liana dari pergelangan tangannya.

"Jangan pernah ninggalin Sergio. Dia akan hancur dengan semua itu" ucap Liana dengan mata memohon. Liana melakukan ini semua lantaran untuk kebahagiaan teman masa kecilnya. Kebahagiaan Sergio sekarang adalah prioritas nya

My Flat BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang