(2) Teman Baru

632 73 1
                                    

"lo mau nggak ke kantin bareng gue?" Tanya seorang gadis dengan rambut terikat tinggi kepada Latisha yang masih berdiam di kelas padahal bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu

"Boleh" ucap Latisha senang

"Kenalin, gue Tabita" ucap Tabita sembari mengulurkan tangannya dan langsung dijabat oleh Latisha

"Yaudah ayo" ucap Latisha bersemangat.

Tabita tersenyum lalu menarik pergelangan tangan Latisha. Meskipun papa dari Latisha adalah pemilik yayasan SMA Salvator, belum tentu Latisha tau letak tempat di SMA ini

"Lo mau apa Sha? Biar gue yang pesen, lo tunggu sini aja dulu matokin tempat" Tanya Tabita saat mereka menemukan satu tempat strategis di area kantin

"Terserah aja" jawab Latisha yang bingung dengan menu yang ada di sekolah ini. Di sekolah lamanya, Latisha biasa makan spaghetti, atau burger. Latisha tidak tau menu apa yang enak disini.

Latisha mengitari pandangan di penjuru kantin, berbagai orang berbisik-bisik sembari menatap ke arah Latisha. Ada yang menatapnya kagum, iri, dan datar. Mata Latisha bertemu dengan mata Latika. Tatapan Latika benar-benar seperti tatapan kesal, Latisha pun memutuskan kontak mata, berganti menatap ke arah segerombolan gadis yang baru datang di kantin, dan langsung menyerbu ke meja dimana Sergio Cs sedang duduk dan menikmati istirahatnya.

"Pasti ditolak lagi"

"Ya iyalah. Mana mau Sergio sama cewek jadi jadian"

"Cantik tapi udah ada saingan"

"Kegatelan jadi cewek"

Beberapa suara masuk ke dalam pendengaran Latisha. Gadis dibelakangnya kini menggosipkan segerombolan perempuan yang sebagai pemimpinnya adalah Jeslin. Sang most wanted yang kini disebut-sebut telah digantikan oleh Latisha.

Latisha tidak mau ambil pusing, ia lebih memilih menatap ke arah lain. Bara dengan beberapa teman sekelasnya yang juga menatap ke arah Latisha. Latisha membalasnya dengan senyum tanpa bertegur

"Jeslin itu yang gue maksud" ucap salah satu teman Jeslin saat matanya menangkap Latisha sedang seorang diri.

Jeslin akhirnya berbalik setelah Sergio yang diajaknya bicara hanya menjawab dengan gumaman. Jeslin menatap Latisha dari jauh, tidak dapat di pungkiri, wajah dari Latisha dua tingkat lebih unggul daripada Jeslin. Bukan wajah Indonesia murni, tapi blasteran Amerika Indonesia seperti yang santer digosipkan siswa Salvator

"Jes jangan bikin masalah. Habis lo sama Bara sama temen-temennya" ucap Sely - anggota geng Jeslin yang tergolong ke siswa pintar tapi lama dalam memberi tanggapan. Sely memperingatkan Jeslin yang senang membuat ulah jika ada yang melawannya atau menyainginya dalam bidang apapun.

"Pemilik yayasan. Lo jangan lagi urusan sama BK. Lo kan pernah bully Latika. Yang maju Bara sama BK. Jangan lo ulang kejadian bodoh itu" tambah Oliv - anggota geng Jeslin yang memiliki postur tubuh ideal dan otak yang lumayan pintar, tapi satu tingkat di bawah Sely

Jeslin berdecak "gara-gara dia, gelar tercantik gue gulung tikar" ucap Jeslin tidak terima

Sergio yang mendengar obrolan Jeslin dan teman-temannya memilih diam tak bergeming meskipun mereka berdiri membelakangi meja Sergio dan teman-temannya. Jeslin merupakan salah satu gadis yang diacuhkan Sergio meskipun Jeslin sudah berulang kali memberikan kode jika dirinya menyukai Sergio

"Gue nggak seneng ngeliat dia" ketus Jeslin.

Di sisi lain, Latisha kembali menatap ke arah segerombolan gadis di sebelah Sergio yang ternyata juga menatapnya dengan tatapan tak suka. Bertiga namun kompak. Latisha tidak mempedulikan hal itu, Latisha memalingkan wajahnya ke arah lain dari pada berurusan dengan orang yang tidak jelas disini.

"Minggir" ketus Sergio saat Jeslin dan teman-temannya menghalangi jalan

Jeslin menepikan tubuhnya bersama dengan Oliv dan Seli. Memberi jalan Sergio yang berjalan seorang diri, melewati berbagai siswi yang menatapnya takjub. Sergio berhenti tepat di meja Latisha, membuat gadis itu kaget dan menjingkat karena ada cowok yang di tabraknya tiba-tiba mendatangi mejanya

"Apa lagi?" Tanya Latisha

"Utang" ketus Sergio

"Lo yang salah Sergio" ketus Latisha

"Gue bakal bawa urusan ini ke kantor polisi kalau lo nggak mau ganti rugi" ucap Sergio kemudian beranjak pergi

"Polisi?" Tanya Latisha pada dirinya sendiri kemudian bangkit dari duduknya, menarik pergelangan tangan Sergio dan meninggalkan kantin. Dari pada Bara dan Latika akan mendengar semua kekacauan yang Latisha buat kali ini

"Oke kita damai. Lo benerin mobil lo dan gue ganti semua kerugiannya" ucap Latisha pasrah. Yang disalahkan polisi pasti tetap Latisha karena Latisha yang tidak konsentrasi terhadap kemudinya dan tidak mengatur jarak.

"Gue punya pilihan lain" ucap Sergio datar. Ia merasa direndahkan oleh Latisha tadi pagi. Maka dengan mengganti rugi saja tidak akan cukup bagi Sergio

Latisha memutar bola matanya kesal "apa lagi yang lo mau? Ganti rugi lima kali lipat? No problem" jawab Latisha kemudian melangkahkan kakinya

Tangan Sergio lebih sigap menarik ujung rambut Latisha yang dibiarkan terurai. Sergio tidak akan menarik tangan Latisha, itu terlalu vulgar dilakukan untuk Sergio

"Aduh" Latisha mundur beberapa langkah. Sergio ini manusia kasar atau apa Latisha tidak mengerti

"Belum selesai" ucap Sergio dengan wajah datar yang tidak pernah berubah. Sekali berubah pasti menjadi galak.

"Apa lagi?"

"Traktir apapun yang gue mau selama satu bulan dan kapanpun itu, di manapun" ucap Sergio enteng. Lumayan mengganti rugi mobil dan untuk ganti rugi mood hancurnya tadi pagi

"Ogah"

Sergio mengeluarkan ponsel dari sakunya, menekan beberapa digit angka yang dihafalnya kemudian menunjukkan kepada Latisha jika yang di telponnya adalah kantor polisi setempat "see?"

"Oke gue setuju. Setelah perjanjian kita selesai. Lihat aja lo, gue cites jadi kecoak" ucap Latisha lalu beranjak pergi ke kantin menemui Tabita. Ia tidak tahan untuk berlama dengan Sergio yang malah memerasnya. Iya jika Sergio memilih makanan cafe biasa, jika Sergio meminta restoran bintang lima atau bahkan bintang seratus di luar negeri. Uang dari mana Latisha jika hal itu berjarak satu bulan lamanya. 30 hari. Bisa hancur Latisha hidup disini

"Jangan sok cantik" ucap Sergio datar tapi tetap masuk ke indra pendengaran Latisha yang sudah jauh. Mulut Sergio benar-benar sepedas cabe. Lagi pula bagian mana Latisha 'sok cantik' disini. Sedari tadi, Latisha juga bersikap biasa saja, tidak tersenyum-senyum atau memamerkan wajahnya

"Lo dari mana Sha?" Tanya Tabita saat Latisha duduk dihadapannya dengan wajah tanpa bersalah

"Ada urusan bentar. By the way thanks ya Ta" ucap Latisha sembari menyeruput jus alpukat yang telah di pesankan oleh Tabita

"Iya Sha. Santai aja" ucap Tabita dengan senyuman.

"Rumah lo dimana Ta?" Tanya Latisha memakan gado-gado yang sudah di pesankan oleh Tabita

"Jl. Teuku Umar. Kalo lo pasti di Jl. Seruling kan?" Tanya Tabita balik setelah menelan gado-gado miliknya

"Kok lo tau? Udah pernah kesana ya sama Latika?" Tanya Latisha

Tabita menggeleng "siapa yang nggak tau alamat pemilik yayasan sih Sha? Lagian gue nggak kenal sama Latika atau Bara kok, ya cuma tau-tau aja. Kan Latika orangnya pendiem nggak banyak ngomong" ucapnya lalu tersenyum

Latisha mengangguk, yang dikatakan Tabita benar. Siapa yang tidak tau dengan alamat pemilik yayasan SMA Salvator. Salah satu SMA Elite yang berada di tengah kota dan masuk dalam nominasi SMA swasta terfavorit di kota ini.

My Flat BoyfriendWhere stories live. Discover now