(41) Sebuah Usaha

303 53 2
                                    

Bukan nya bersemangat, pagi ini Latisha hanya menguap dan sesekali memejamkan matanya yang masih terasa kantuk di tengah perjalanan menuju sekolah. Semalam Latisha belajar sampai jam 4 pagi, menghafalkan beberapa materi yang menjadi bahan ujian akhir semester pagi ini sampai semua materi ia hafal luar kepala.

Sergio berulang menatap Latisha yang terus memejamkan matanya yang memerah terlihat kurang tidur. Sergio melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada waktu untuk mampir di salah satu coffe shop di sebelah terminal yang buka dua puluh empat jam.

Cowok itu memutar balik mobilnya tanpa Latisha sadari karena gadis itu sudah terlelap dalam tidurnya

"Katanya mau ngalahin ujian. Jam segini aja molor" gumam Sergio lalu tersenyum.

Selang beberapa menit Sergio sudah menepikan mobilnya di coffe shop yang melayani Drive thru. Sergio memesan 2 cappuccino dan menunggu beberapa saat sampai pesanannya siap, memberikan beberapa lembar uang kemudian menjalankan mobilnya kembali

"Sha bangun" ucap Sergio sembari mengguncang tubuh Latisha sampai gadis itu mengerjapkan matanya berulang kali berusaha menghilangkan kantuk di matanya, menatap sekitar yang masih jalan raya. Latisha menatap manusia di sebelahnya dengan bengis, padahal jalanan ini masih jauh dari sekolah tapi Sergio sudah membangunkannya

"Minum dulu. Jangan kayak singa baru di keluarin dari kandang" ucap Sergio datar lalu memberikan segelas cappuccino hangat kepada Latisha

"Dari mana?" Tanya Latisha dengan mata menyipit

"Dari jonggol" jawab Sergio asal "makanya jangan molor mulu. Katanya mau ngalahin nilai ujian biologi biar dapet ekspresi langka gue. Tapi tidur aja kerjaannya sampai mobil berhenti nggak sadar. Tidur jam berapa semalem?" Tanya Sergio sembari memutar setirnya ke arah kanan, belokan paling cepat menuju ke sekolahnya

"Semalem? Tadi pagi mungkin maksudnya" koreksi Latisha dengan suara ketus khas gadis itu. Setelah itu Latisha menyeruput cappucino hangat sampai menyisakan setengah bagian.

"Rugi kalau gue dapat seratus lo dapat delapan puluh" ucap Sergio

"Kebalikannya bapak. Gue yang dapat seratus. Tenang aja, usaha nggak akan mengkhianati hasil" ucap Latisha lalu memalingkan wajahnya ke arah luar jendela, kantuknya hilang setelah Sergio membangunkannya dengan cepat dan tidak halus sama sekali.

Sergio mengangguk "semoga aja lo beneran dapat seratus" ucapnya

Latisha tidak menanggapi, ia berfikir jika Sergio pasti menyindir Latisha yang selalu mendapat nilai tidak lebih dari sembilan puluh saat ada tugas biologi di sekolah. Kali ini Latisha benar-benar ingin mengalahkan Sergio.

***

Tidak pernah ada penyesalan Latisha belajar sampai subuh dengan sedikit istirahat. Ujian kali ini ia mengerjakan semua soal sesuai dengan apa yang ia pelajari. Tidak ada yang terlewat dan tidak ada yang Latisha tidak bisa. Latisha yakin kali ini ia memenangkan taruhan dengan Sergio.

"Jangan lupa latihan senyum sejak sekarang" ucap Latisha lalu terkekeh.

"Latihan ketawa juga" sambung Latisha

Sergio hanya membalas dengan gumaman apa yang dilontarkan oleh Latisha. Tanpa Latisha suruh untuk belajar, Sergio selalu tersenyum bahkan tertawa setiap membaca pesan teks dari Latisha. Meskipun gadis itu tidak pernah mengetahuinya dengan langsung.

"Pulang yuk. Laper" ucap Latisha dengan wajah memelas

"Iya" jawab Sergio kemudian mendahului Latisha yang masih berdiri di kelas.

My Flat BoyfriendWhere stories live. Discover now